Pengajian sebagai Ruhnya Muhammadiyah
Oleh : Bahtiar Effendi, S.E.Sy., M.E.*
PWMJATENG.COM – “Pengajian adalah ruhnya Muhammadiyah” begitu ungkapan singkat yang disampaikan oleh Kiai Abdur Rozak Fachruddin atau yang familiar dengan panggilan Kiai A.R. Fachruddin. Sebagai Ketua Muhammadiyah dengan periode terlama, yaitu 22 tahun (1968- 1990) beliau paham betul bahwa pengajian merupakan indikator dan denyut nadi yang menandakan organisasi masih hidup dan terus bergerak.
Bila menengok jauh ke belakang, organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan juga mengawali dan mengembangkan pergerakannya melalui pengajian-pengajian.
Merujuk catatan Sukriyanto AR (2017), tercatat pengajian-pengajian yang pernah Kiai Dahlan lakukan dalam mengawali mendirikan Muhammadiyah seperti misalnya Pengajian Wal ‘Ashri (th 1904) yg menelaah dan mentadabburi kandungan surat Al ‘Ashr serta Pengajian Thaharatul Qulub yang dilaksanakan selepas kepulangan haji kedua (th 1904) yang khusus mengambil tema-tema mengenai bagaimana membersihkan penyakit-penyakit hati serta cinta keduniaan yang banyak dihinggapi masyarakat pada saat itu. Kegiatan pengajian-pengajian ini sekaligus merupakan tonggak awal pergerakan yg kemudian hari di tahun 1912 Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan pengajian atau sering pula disebut dengan Tabligh semakin mendapat porsi yang sangat penting bagi perkembangan gerak langkah Muhammadiyah. Bahkan pembentukan Majelis Tabligh menjadi tulang punggung utama gerak organisasi disamping terbentuknya Taman Pustaka dan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). Ketiganya merupakan trilogi yang menguatkan dasar-dasar yg menjadi ciri khas gerakan Muhammadiyah saat ini.
Baca juga, Respon Keinginan PWA Jateng, Bupati Blora Izinkan Penggunaan Eks Puskesmas sebagai Rumah Singgah
Di era masa kini, tantangan Tabligh semakin berat. Hadirnya era disrupsi, di mana teknologi berkembang begitu cepat dan serba canggih, kegiatan Tabligh dituntut untuk bisa terus berjalan secara dinamis dan mampu bertransformasi untuk menjawab apa yg dibutuhkan jamaah.
Format kajian-kajian yang terkesan monoton serta redundant dalam penyampaian materi ditambah masih gagap dalam penggunaan teknologi menjadi unsur yang membuat kegiatan tabligh harus segera berbenah. Bila tidak, kegiatan tabligh yang dilakukan akan ditinggalkan jamaah karena jamaah punya alternatif lebih banyak melalui kajian di media-media sosial yang berkembang.
Karenanya di Muhammadiyah, gerak kemajuan Tabligh membutuhkan sinergi dengan semua pihak baik dari unsur pimpinan, majelis, lembaga, maupun Ortom dan AUM agar bisa menghadirkan syiar yang terus penuh inovasi dan mampu menyedot atensi jamaah. Kurikulum kajian perlu disusun dengan rapi, serta penggunaan media bisa pula digunakan sebagai inovasi dalam mendukung dan menghindari kejenuhan jamaah.
Tentu kita berharap, kegiatan Tabligh terus bergerak dan tidak sunyi serta mampu memberikan pencerahan bagi umat. Oleh karenanya ide-ide baru serta inovasi-inovasi perlu dilakukan agar kegiatan tabligh semakin disukai dan digemari masyarakat.
*Ketua Majelis Tabligh PDM Pemalang
Editor : M Taufiq Ulinuha