PWMJATENG.COM, Surakarta – Kabar tragis tentang wanita yang meninggal setelah mencabut gigi di Ngawi menjadi sorotan utama. Dosen dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Nina Runting, memberikan pencerahan mengenai kasus tersebut.
Nina menjelaskan bahwa gigi bungsu sering kali menjadi masalah karena posisinya yang tidak ideal. Biasanya, gigi bungsu mulai tumbuh pada usia 18 hingga 50 tahun.
“Gigi bungsu seringkali menjadi keluhan karena tumbuhnya tidak dalam posisi yang baik, menyebabkan pusing, nyeri, bahkan infeksi,” ungkapnya.
Penanganan gigi bungsu membutuhkan operasi khusus yang disebut Odontektomi, tidak seperti pencabutan gigi biasa. Operasi ini harus memperhatikan kondisi tubuh secara menyeluruh, tidak boleh dilakukan saat ada infeksi atau kekebalan tubuh yang lemah.
“Operasi gigi bungsu memerlukan perhatian khusus dan sebaiknya dilakukan oleh dokter bedah mulut yang memiliki keahlian khusus dalam tindakan operasi tersebut,” tambahnya.
Baca juga, Halal-Haram Musik dan Nyanyian
Nina juga menjelaskan bahwa FKG UMS memiliki materi bedah mulut sebagai bagian dari kompetensi dasar dokter gigi yang lulus dari universitas tersebut. FKG UMS telah terakreditasi unggul oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) dan memenuhi standar kompetensi dokter gigi Indonesia.
“Setiap FKG di Indonesia harus memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Asosiasi Dokter Gigi Indonesia untuk meluluskan dokter gigi,” tegasnya.
Prestasi dan kualitas FKG UMS tercermin dari banyaknya lulusan yang berhasil menduduki posisi penting di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk menjadi direktur rumah sakit dan memiliki klinik sendiri.
“Dokter gigi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menangani gigi bungsu dan FKG UMS telah melatih lulusannya sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku,” pungkasnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha