
PWMJATENG.COM, Surakarta – Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ardiansyah, tampil membanggakan di forum akademik internasional International Conference on Islam Malay World (ICON IMAT) XIV yang digelar di Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam. Dalam forum bergengsi tersebut, ia memaparkan gagasan mendalam tentang pentingnya keimanan sebagai pondasi utama pendidikan karakter.
Lewat presentasi berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an: Kajian Kisah pada Surah Al-Buruj Ayat 4–8”, Ardiansyah menyoroti bahwa sistem pendidikan modern terlalu lama terjebak dalam paradigma Barat yang minim sentuhan spiritual. Menurutnya, pendidikan karakter sejati hanya dapat terbentuk di atas dasar nilai keimanan yang bersumber dari Al-Qur’an.
“Sekarang ini kita masih berada dalam sistem pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh paradigma Barat. Akibatnya, nilai-nilai keimanan seringkali diabaikan. Padahal, pondasi karakter yang kokoh hanya bisa dibangun di atas iman yang bersumber dari Al-Qur’an,” ujar Ardiansyah, Minggu (12/10).
Ia menjelaskan, kisah-kisah dalam Al-Qur’an memiliki kekuatan edukatif luar biasa. Melalui kisah tersebut, peserta didik dapat memahami nilai perjuangan, keteguhan, dan moralitas dengan pendekatan emosional serta spiritual. “Kisah dalam Surah Al-Buruj mengajarkan keteguhan iman dalam menghadapi ujian hidup. Pesan ini sangat relevan untuk membentuk karakter tangguh di tengah derasnya arus modernisasi,” tambahnya.
Gagasan Ardiansyah mendapat sambutan hangat dari moderator dan peserta konferensi. Mereka menilai gagasan tersebut mampu memberikan solusi terhadap krisis nilai dalam dunia pendidikan global. Ardiansyah menekankan bahwa integrasi antara ilmu modern dan nilai-nilai Islam harus menjadi arah baru pendidikan abad ke-21, termasuk di lembaga pendidikan Islam seperti Muhammadiyah.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
“Karakter peserta didik tidak cukup dibentuk melalui kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus ditopang oleh kekuatan iman. Karena itu, kurikulum pendidikan Islam harus berpijak kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah,” jelasnya.

Ia juga menegaskan pentingnya keberanian dunia pendidikan Indonesia dalam merancang kurikulum berbasis nilai-nilai Al-Qur’an. Menurutnya, selama porsi pendidikan agama masih kecil, sulit bagi sekolah-sekolah negeri menanamkan karakter islami yang kuat. “Jika porsi pendidikan agama masih kecil, bagaimana mungkin karakter islami dapat tumbuh kokoh di diri peserta didik?” ujarnya retoris.
Selain menjadi pemakalah, Ardiansyah turut mendampingi dosennya, Muthoifin, yang hadir sebagai delegasi UMS dalam forum tersebut. Ia mengaku memperoleh banyak pengalaman berharga, mulai dari diskusi lintas negara hingga peluang riset bersama akademisi internasional.
“Bertemu para akademisi dari berbagai negara memberi semangat baru. Kami bisa bertukar gagasan, menjajaki kolaborasi riset, dan memperluas wawasan akademik,” tuturnya.
Ardiansyah berharap partisipasi mahasiswa UMS dalam forum internasional seperti ICON IMAT terus mendapat dukungan kampus. Menurutnya, kegiatan semacam itu merupakan sarana strategis untuk memperkuat reputasi akademik dan riset UMS di tingkat global. “Semoga ke depan semakin banyak mahasiswa dan dosen UMS yang berani tampil di forum internasional, membawa nilai Islam dan semangat kemuhammadiyahan ke dunia,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha