Napak Tilas Penuh Haru: Jamaah KBIHU Muhammadiyah Jepara Telusuri Jejak Perjuangan Rasulullah di Thaif
PWMJATENG.COM, Jepara – Perjalanan spiritual jamaah KBIHU Muhammadiyah Jepara pada Sabtu, 14 Juni 2025 atau 18 Dzulhijjah 1446 H menjadi momen tak terlupakan. Mereka melakukan rihlah religi ke Kota Thaif, menapak tilas perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan Islam di tengah rintangan yang berat.
Sekitar pukul 06.30 waktu Arab Saudi, sebanyak 73 jamaah yang tergabung dalam Rombongan 8 dan 9 berkumpul di lobi Hotel Namma Mawaddah, Misfalah, Mekkah. Mereka tampak antusias menunggu dua bus yang akan mengantar mereka ke Thaif, kota yang terletak sekitar 90 kilometer dari Mekkah. Jamaah mengisi waktu dengan bercengkerama dan berbagi pengalaman selama berhaji di Armuzna.
Bus tiba pada pukul 07.00. Rombongan 8 dengan sekitar 50 jamaah menempati bus pertama, sementara Rombongan 9 yang berisi 26 orang berbagi bus kedua dengan jamaah asal Kabupaten Pati.
Dalam perjalanan menuju Thaif, seorang pemandu wisata bernama Muhammad Kosim mulai mengisahkan perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah di kota tersebut. Ia menjelaskan, Rasulullah mengirim surat kepada para pemuka Thaif untuk mengajak mereka menerima ajaran Islam. Namun, upaya itu dihalangi Abu Jahal yang lebih dahulu mengirim surat ancaman agar penduduk Thaif menolak dakwah Rasulullah.
Muhammad Kosim menegaskan, “Thaif adalah kota yang sarat dengan sejarah perjuangan Rasulullah. Di sinilah beliau menghadapi penolakan, cacian, bahkan kekerasan saat menyampaikan risalah Islam.”
Tujuan pertama dalam napak tilas itu adalah Masjid Abdullah bin Abbas. Di tempat ini, pemandu menceritakan bahwa Abdullah bin Abbas, keponakan Rasulullah, pernah didoakan langsung oleh Nabi dengan doa: “Allāhumma faqqihhu fī ad-dīn wa ‘allimhu at-ta’wīl.” Doa tersebut bermakna, “Ya Allah, jadikanlah ia ahli dalam memahami agama dan menguasai tafsir.” Abdullah bin Abbas pun tumbuh menjadi sahabat Nabi yang hafal Al-Qur’an dan ribuan hadis. Ia dimakamkan di Thaif, dan perpustakaan peninggalannya masih tersisa hingga kini.
Baca juga, Berita Resmi Muhammadiyah Nomor 05/2022-2027/Zulkaidah 1446 H/Mei 2025 M
Perjalanan dilanjutkan ke Masjid Addas dan Masjid Qu’. Di Masjid Addas, jamaah mendengar kisah seorang pemuda Thaif bernama Addas, yang menjadi satu-satunya penduduk kota itu yang masuk Islam saat Nabi berdakwah di sana. Kisah tersebut menggugah hati para jamaah, mengingat keberanian dan keikhlasan Addas dalam menerima kebenaran.
Masjid Qu’ menjadi titik paling menyentuh. Di tempat ini, Malaikat Jibril menawarkan kepada Nabi untuk membinasakan penduduk Thaif akibat penolakan dan kekejaman mereka. Namun, Rasulullah menolak tawaran itu. Ia bahkan tetap mendoakan kebaikan bagi penduduk Thaif. “Meskipun mereka melempar batu dan kotoran unta kepadanya, Nabi tidak membalas dengan doa keburukan. Inilah akhlak agung Rasulullah,” ujar Kosim dengan suara bergetar.
Usai napak tilas spiritual, para jamaah diajak menikmati makan siang bersama di sebuah rumah makan dengan hidangan khas nasi mandi. Satu baki berisi nasi dan ayam disajikan untuk empat orang, lengkap dengan sambalnya. Kebersamaan dalam santap siang ini menambah hangat suasana rombongan.
Sebagai penutup perjalanan, para jamaah diajak naik gondola atau kereta gantung untuk menikmati keindahan panorama Kota Thaif dari ketinggian. Sepanjang perjalanan di udara, zikir dan doa terus mengalun dari mulut para peserta. Mereka berharap perjalanan ini membawa keberkahan dan memperkuat cinta kepada Rasulullah.
“Sungguh, perjalanan dari Mekkah ke Thaif ini memberi pelajaran besar tentang kesabaran, ketulusan, dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW,” ucap salah satu jamaah dengan haru.
Kontributor : Imanullah Noor Amala
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
