Muhammadiyah Yang Saya Pahami
PWMJATENG.COM – Alhamdulillah saya lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Muhammadiyah, hal tersebut berlanjut hingga penentuan pendidikan formal TK sampai Pascasarjana di sekolah Muhammadiyah. Ditambah lagi beberapa pengkaderan ideologis mulai dari Taruna Melati I, Taruna Melati II, Darul Arqom tingkat Daerah sampai Nasional. Diantara perkaderan tersebut, Pesantren Ramadhan Muhammadiyah selama 20 hari di Buntalan Klaten adalah yang paling berkesan karena diasuh secara langsung oleh KH Badruzzaman yang selalu bersemangat mengajari lagu Muhammadiyah gerakan Islam jika para santri mulai jenuh.
Dan dalam praksis kehidupan organisasi yang membawa paham ideologi saya juga tidak pernah bersama organisasi lain di luar Muhammadiyah. Alur kehidupan itulah yang membawa saya aktif dalam Muhammadiyah sekaligus sebagai pilihan dalam paham keagamaan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini ada fenomena yang menjadikan saya sedikit gusar tentang pemahaman jamaah atau bahkan pimpinan Muhammadiyah tentang Muhammdiyah itu sendiri. Tidak sedikit perbincangan jamaah atau pimpinan berkutat pada surga-neraka, halal-haram, daulah dan khilafah, isbal-cingkrang atau hal-hal yang bersifat tampilan “hijrah”. Dan ironisnya adalah bahwa hal-hal seperti itu menurut analisa sederhana yang saya rasakan justru muncul dari paham beragama “kelompok lain” yang orang-orangnya entah kenapa saya juga merasakan mereka bergerak di dalam tubuh Muhammadiyah. Sementara saya tetap yakin bahwa apapun munculnya gerakan baru pastilah bahwa gerakan itu mempunyai maksud dan tujuan sendiri.
Melalui pemahaman sedehana saya itulah yang disebut dengan “politik gerakan” terlepas bahwa saya tentu sepakat dengan konsep Fastabiqul Khoirot, tetapi konsep ini silahkan dilakukan dengan cara masing-masing dengan tidak mengganggu gerakan lain, apalagi masuk dalam gerakan lain sehingga terasa “mengganggu”. Biarkanlah Muhammadiyah menata rumahnya sendiri sebagaimana Muhammadiyah juga mempersilahkan gerakan lain untuk menata rumahnya sendiri.
Baca Juga ; https://pwmjateng.com/karanganyar-akan-dirikan-kampus-muhammadiyah/
Bahkan mengenai isu covid pun tak kalah ramai yang ditangkap oleh banyak jamaah atau pimpinan dengan tendesi politik, terbawa teori konspirasi bahkan dipengaruhi oleh tulisan di sosial media yang kadang tidak jelas kebenarannya, sementara dilain sisi diskursus tentang hal tersebut sudah dibahas tuntas oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan sudah ada surat edaran resmi yang dikirim ke semua tingkatan.
Beberapa hal di atas tentu menjadi perhatian khusus, bahwa ada semacam “kerapuhan” ideologi di ruang-ruang Muhammadiyah. Perlu saya sampaikan bahwa narasi yang saya utarakan bukan untuk mengambil posisi menolak dengan perdebatan atau pilihan gaya fashion yang digunakan. Tetapi narasi ini hanyalah sebuah keresahan yang dimana nantinya mampu menjadi refleksi kita bersama.
Muhammadiyah seperti yang dicatat oleh sejarah adalah sebuah organisasi yang profesional dengan gagasan besar “Islam berkemajuan” yang mesti senantiasa berjalan beriringan dengan roda zaman. Apabila berbicara mengani ketuhanan, ibadah, bermasyarakat sebenarnya Muhammdiyah sudah selesai. Jika kita mau sedikit meluangkan waktu untuk memahaminya bisa saja kita membaca dokumen-dokumen resmi Muhammadiyah, seperti halnya Himpunan Putusan Tarjih, Tanya Jawab Agama, bisa juga berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah yang didalamnya ada kolom tanya jawab perihal fatwa dalam paradigma Muhammadiyah, lebih instan lagi dapat dikunjungi laman majelis Tarjih fatwatarjih.or.id
Sekali lagi, hal tersebut tentu aktivitas mudah jika ada iktikad baik untuk memahami paham keagamaan di dalam Muhammadiyah, kalaupun memang sedari awal tidak ada iktikad baik dan bertendensi memperdebatnya tentu apa daya bahwa kita akan lebih suka menggunjing.
Namun, sekali lagi persoalan ini adalah hal serius yang mesti kita sadari. Sebagai kader atau bahkan pimpinan di berbagai tingkatan, kita perlu menyemarakkan diskusi ideologi terutama pengarusutamaan paham keagamaan di dalam Muhammadiyah dan jangan lelah menyirami benih-benih yang sudah disemai di beberapa organisasi otonom, serta dalam Amal Usaha Muhammadiyah, sebagai pelangsung gerak langkah pimpinan Persyarikatan.
Baca Juga : https://pwmjateng.com/membumikan-cashless-sd-muh-1-solo-terapkan-m1smart/
Sembari kita sedikit membawa diskursus jamaah yang lebih konstruktif dan berkemajuan sebagai ciri gerakan Muhammadiyah. Seperti pada pertikaian Negara vis a vis Agama, Muhammadiyah merespon konsep negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah sebagai konsep dan dokumen resmi dari Muhammadiyah yang disahkan di Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang menjadikan pijakan kita memahami ke-Indonesiaan.
Tak kalah perlunya kita perlu menghadirkan sentuhan sains dan teknologi dalam perbincangan atuapun pijakan langkah gerakan. Jangan sampai persoalan penyakit semacam covid selalu dikaitkan dengan adzab, politik ataupun konspirasi semata, tetap perlu adanya kajian ilmiah. Serta di era industrialisasi, Muhammadiyah mempunyai tanggung jawab atas ikrar berkemajuannya untuk segera menerjemahkan revolusi industri 4.0 dalam setiap layer gerakan.
Terakhir Muhammadiyah adalah organisasi besar yang harus terus berjalan menghadapai tantangan zaman, tidak boleh Muhammdiyah menjadi rongsokan zaman, hal tersebut perlu ditopang oleh kader dan jamaahnya yang selalu berpikir melampaui zaman. Semoga kita terhindar dari penyakit menyia-nyiakan waktu dengan perdebatan usang.
Rizka Himawan, S.Psi., M.Psi
(Ketua PDM Kudus, Wakil Rektor II UMKU)