Kolom

Muhammadiyah: Menuju Persyarikatan yang Maju, Profesional, dan Modern (MPM)

Muhammadiyah: Menuju Persyarikatan yang Maju, Profesional, dan Modern (MPM)

Oleh : H. Dodok Sartono, S.E., M.M. (Sekretaris PWM Jawa Tengah)

PWMJATENG.COM – Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, terus berkomitmen untuk membenahi manajemen dan pelayanannya. Langkah ini diambil demi mewujudkan visi besar menjadi Persyarikatan yang Maju, Profesional, dan Modern (MPM). Hal tersebut ditetapkan dalam Muktamar ke-48 di Surakarta sebagai salah satu Program Prioritas Muhammadiyah, yaitu “Reformasi organisasi dan Digitalisasi sistem organisasi yang tersistem sehingga keberadaan dan gerak Muhammadiyah semakin profesional, maju, dan modern.”

Untuk mewujudkan program tersebut Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) saat ini secara bertahap menjalankan pelatihan untuk para Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) di seluruh Indonesia. Menurut sekretaris PP, Dr. Muh. Sayuti Pelatihan tersebut akan berlanjut sampai pada PDM, PCM, bahkan PRM. Pelatihan ini dirancang agar para Pimpinan Muhammadiyah mampu menjadi penggerak Persyarikatan di setiap tingkatan, mulai dari Pimpinan Pusat sampai Ranting. Yang menarik, pelatihan ini berstandar Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), sebuah langkah maju untuk memastikan profesionalitas.

Namun, upaya menuju profesionalisme ini juga memunculkan diskusi kritis. Peran sekretaris dan anggota pimpinan di Muhammadiyah, seperti halnya dalam organisasi lain, sering kali bersifat sementara, mirip dengan jabatan politik yang berganti hampir setiap 5 tahun. Jabatan ini juga bukan merupakan profesi yang mendapat imbalan layaknya pekerja penuh waktu. Maka, muncul pertanyaan: “Apakah pelatihan profesi dengan standar BNSP relevan untuk jabatan sekretaris dan anggota pimpinan di Muhammadiyah?”

Tantangan Profesionalisme di Muhammadiyah

Dalam dunia profesional, terdapat tiga indikator utama yang menentukan suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi: keahlian (expertise), keterlibatan penuh waktu, dan tanggung jawab penuh. Ketika kriteria ini diaplikasikan pada posisi sekretaris atau anggota pimpinan di Muhammadiyah, tampak bahwa jabatan tersebut tidak sepenuhnya memenuhi syarat sebagai profesi yang dilakukan secara profesional. Jabatan tersebut lebih bersifat part-time di sela sela pekerjaan/profesi utamanya dengan batasan periode tertentu. Bahkan ada doktrin tidak boleh menjadikan jabatan Pimpinan di Persyarikatan sebagai profesi atau tempat mencari maisyah, sesuai pesan Kiai Dahlan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah”.

Sehingga muncul perdebatan, apakah pelatihan profesi standar BNSP tepat jika diterapkan langsung kepada para pimpinan. Terlepas dari perdebatan itu, saya sangat apresiatif terhadap langkah PP memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi para sekretaris dan Pimpinan Persyarikatan. Menunjukkan kesungguhan, semangat dan spirit reformasi organisasi menuju MPM. Mungkin ini pertama dalam sejarah Muhammadiyah.

Baca juga, Muhammadiyah: Membangun Ekonomi dengan Fokus Hulu dan Pendidikan Kesehatan sebagai Pilar Utama

Menurut hemat saya, sebagai solusinya, Muhammadiyah perlu mengembangkan tim sekretariat atau eksekutif yang bekerja secara penuh waktu, memiliki keahlian di bidangnya, dan didedikasikan untuk mendukung pimpinan. Tim inilah yang sejatinya perlu dilatih secara profesional dan bahkan layak menerima imbalan setara dengan profesional. Dalam konteks Muhammadiyah, model serupa bisa dilihat pada LAZISMU, di mana ada Badan Pengurus (BP) sebagai pengambil keputusan, serta eksekutif yang bekerja secara profesional sebagai amil. Dengan dukungan sistem yang modern, tim eksekutif mampu melaksanakan tugas amil dengan standar tinggi.

Reformasi Struktur untuk Muhammadiyah yang Lebih MPM

Untuk mencapai visi MPM, reformasi struktur dalam organisasi Muhammadiyah juga perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa gagasan reformasi yang dapat mendukung terciptanya Persyarikatan yang lebih profesional dan modern:

  1. Penghapusan Jabatan Bendahara: Dalam struktur pimpinan, jabatan bendahara sebaiknya dihapuskan. Fungsi keuangan bisa diambil alih oleh tim sekretariat yang ahli dan bekerja penuh waktu. Dengan demikian, data keuangan dapat disajikan secara transparan, akuntabel, sesuai dengan standar PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), dan dapat diaudit kapan saja.

note.
(Kalau perlu keuangan Persyarikatan di kelola satu atap oleh Baitul mal Muhammadiyah yang kuat dan sehat /LAZISMU. Dan ini sudah dilakukan oleh Muhammadiyah Jawa Tengah. Lebih lengkapnya dibahas dalam tulisan lain… insyaallah)

lanjuttt….

  1. Kepemimpinan Kolektif Kolegial: Kepemimpinan di Muhammadiyah dapat dilakukan secara kolektif oleh ketua, sekretaris, dan anggota. Pola ini telah diterapkan dengan sukses di berbagai organisasi seperti LAZISMU, Baznas, hingga Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kepemimpinan kolektif ini akan didukung oleh tim sekretariat yang memiliki standar profesional sesuai sertifikasi BNSP.

Dengan reformasi ini, Muhammadiyah dapat meningkatkan kinerja organisasinya dan siap menghadapi tantangan modernitas. Langkah ini juga akan membantu Muhammadiyah dalam menjalankan amanat besar untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa dan umat, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip keislaman yang menjadi fondasi organisasi ini.

Menuju Muhammadiyah yang Lebih Modern

Muhammadiyah telah menempuh langkah besar dalam upaya menjadi organisasi yang lebih modern dan profesional. Dengan pelatihan berstandar BNSP, Muhammadiyah menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan kapasitas para pemimpinnya. Namun, perlu dicatat bahwa transformasi ini membutuhkan dukungan yang kuat dari semua elemen, termasuk tim eksekutif yang mampu bekerja secara penuh waktu dan profesional.

Reformasi struktur organisasi akan menjadi kunci bagi Muhammadiyah untuk terus maju. Penghapusan jabatan bendahara dan penerapan sistem kepemimpinan kolektif kolegial, serta dukungan tim sekretariat yang profesional, akan membuka jalan bagi Muhammadiyah untuk menjadi organisasi yang tidak hanya relevan di masa kini, tetapi juga siap menghadapi masa depan.

Muhammadiyah yang Maju, Profesional, dan Modern bukan hanya sebuah visi, tetapi sebuah kenyataan yang dapat dicapai dengan kerja keras, inovasi, dan komitmen yang terus-menerus. Wallahu a’lam bish shawab.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE