Muhammadiyah dan Ekonomi Inklusif: Menjembatani Kesetaraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat di 2024
Muhammadiyah dan Ekonomi Inklusif: Menjembatani Kesetaraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat di 2024
Oleh : Nashrul Mu’minin (Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta)
PWMJATENG.COM – Pada tahun 2024, isu ekonomi inklusif menjadi perhatian besar bagi organisasi sosial-keagamaan seperti Muhammadiyah. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki tanggung jawab sosial yang signifikan dalam menjembatani kesenjangan sosial dan memberdayakan masyarakat, terutama mereka yang terpinggirkan. Dengan semangat “Islam Berkemajuan,” Muhammadiyah terus mengupayakan pembangunan ekonomi yang merata dan berkelanjutan melalui berbagai inisiatif sosial, pendidikan, dan kesehatan. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana Muhammadiyah merespons tantangan ekonomi inklusif serta kontribusinya dalam menciptakan kesetaraan sosial di Indonesia.
Ekonomi Inklusif dan Tantangan Kesenjangan Sosial
Ekonomi inklusif adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada partisipasi aktif semua kelompok masyarakat, terutama yang rentan dan terpinggirkan, dalam kegiatan ekonomi. Tujuannya adalah agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi juga dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Muhammadiyah melihat ekonomi inklusif sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan yang terus melebar antara kelompok kaya dan miskin. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dalam pengelolaan ekonomi, Muhammadiyah mengarahkan kebijakannya pada upaya pemberdayaan masyarakat.
Muhammadiyah meyakini bahwa Islam mengajarkan kesetaraan dalam hal hak dan kesempatan ekonomi bagi setiap individu, sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13).
Ayat ini menegaskan bahwa kesetaraan sosial tidak hanya berlaku dalam aspek moral, tetapi juga ekonomi, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan berkontribusi.
Kontribusi Muhammadiyah dalam Pemberdayaan Masyarakat
Muhammadiyah, yang didirikan pada tahun 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan, telah lama berfokus pada penguatan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial sebagai jalan untuk memberdayakan masyarakat. Dengan lebih dari 10.000 sekolah, 172 universitas, dan ratusan rumah sakit serta klinik yang tersebar di seluruh Indonesia, Muhammadiyah telah memainkan peran penting dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
Pada tahun 2024, Muhammadiyah berfokus pada pengembangan program-program yang mendorong kewirausahaan sosial di kalangan generasi muda, termasuk mahasiswa. Dengan meningkatkan keterampilan teknis dan kewirausahaan, Muhammadiyah ingin membekali mereka agar mampu berpartisipasi dalam ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, Muhammadiyah juga mendirikan koperasi syariah yang berfungsi sebagai lembaga keuangan inklusif, menawarkan akses permodalan bagi masyarakat bawah yang tidak terlayani oleh sistem perbankan konvensional.
Koperasi Muhammadiyah di berbagai daerah telah membuktikan efektivitasnya dalam memberdayakan masyarakat lokal. Misalnya, program pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren yang dijalankan Muhammadiyah berhasil mengubah pola pikir masyarakat desa yang semula tergantung pada sektor informal, menjadi lebih terarah dalam mengelola usaha kecil dan menengah. Dengan demikian, Muhammadiyah memainkan peran vital dalam membangun ekonomi inklusif yang merata, terutama di wilayah pedesaan.
Peran Muhammadiyah dalam Menangani Kesenjangan di Masa Depan
Muhammadiyah memahami bahwa pembangunan ekonomi yang berkeadilan membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Ekonomi inklusif tidak hanya berbicara soal akses modal, tetapi juga bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Muhammadiyah telah meluncurkan berbagai program pendidikan untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki jiwa sosial yang kuat.
Baca juga, Tarjih Muhammadiyah: Hiburan, Termasuk Game Online Diperbolehkan Asal Tidak Melanggar Syariat
Sebagai mahasiswa, saya melihat peran Muhammadiyah sebagai sesuatu yang sangat relevan di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi. Ekonomi digital yang berkembang pesat memberikan peluang baru, tetapi juga memperbesar risiko ketimpangan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses terhadap teknologi. Muhammadiyah, dengan jaringan institusi pendidikan yang luas, berada di posisi yang tepat untuk menjembatani kesenjangan ini dengan mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi revolusi industri 4.0.
Mahasiswa Muhammadiyah, khususnya yang belajar di berbagai universitas Muhammadiyah di Indonesia, dapat memainkan peran strategis sebagai agen perubahan. Mereka tidak hanya diharapkan menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an:
وَٱلَّذِينَ فِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّۭ مَّعْلُومٌۭ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)” (QS. Al-Ma’arij: 24-25).
Ayat ini menekankan pentingnya kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan, suatu prinsip yang menjadi landasan bagi Muhammadiyah dalam menggerakkan ekonomi inklusif.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Meskipun Muhammadiyah telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai aspek pemberdayaan masyarakat, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan program-program yang telah dijalankan. Di era globalisasi, tantangan eksternal seperti ketimpangan ekonomi global, krisis lingkungan, dan disrupsi teknologi akan terus mempengaruhi dinamika ekonomi lokal. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu terus berinovasi dan menyesuaikan pendekatannya dalam menghadapi dinamika tersebut.
Dalam konteks 2024, Muhammadiyah perlu memperkuat kolaborasi dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memperluas dampak program-program pemberdayaan ekonominya. Selain itu, penting bagi Muhammadiyah untuk terus mempromosikan nilai-nilai Islam yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesejahteraan kolektif.
Muhammadiyah memiliki peran strategis dalam mengatasi tantangan kesenjangan sosial melalui ekonomi inklusif. Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan, Muhammadiyah terus berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat dan menciptakan kesetaraan sosial yang berkelanjutan. Tahun 2024 menjadi momentum penting bagi Muhammadiyah untuk memperluas dampaknya dalam menciptakan Indonesia yang lebih adil dan sejahtera. Sebagai mahasiswa, saya melihat potensi besar dari gerakan ini dalam mengubah wajah Indonesia, terutama dalam mempersiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peduli terhadap kesetaraan sosial.
Editor : M Taufiq Ulinuha