Metodologi Dakwah dan Pembagiannya Sesuai Kondisi Mad’u
Dakwah secara bahasa memiliki arti menyeru atau memanggil; sedangkan menurut istilah dakwah adalah seruan untuk beriman kepada Allah dan ajaran yang telah dibawa oleh utusan Allah. Adapun Buya Hamka pernah mengatakan bahwa arti dari dakwah itu adalah seruan atau panggilan untuk mengikut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif untuk melakukan amar makruf nahi munkar.
Tujuan Dakwah
Tujuan dari dakwah ini sendiri yaitu mengubah pribadi seseorang/sekelompok orang yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik. Baik itu kepribadian sendiri (individu), kelompok maupun mengubah pribadi masyarakat untuk menjadi baik. Maka dari itu, dalam berdakwah itu sendiri seyogyanya senantiasa bersikap dinamis dan juga progresif.
Selain tujuan dalam artian objek, dakwah juga memiliki dua tujuan (intensitas) yaitu tujuan dakwah secara umum dan juga tujuan dakwah secara khusus. Tujuan dakwah secara umum itu sendiri adalah untuk mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mendapat rida dari Allah agar bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun tujuan dakwah secara khusus yaitu: pertama, adalah untuk mengubah cara berpikir seseorang tentang arti penting dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Kedua, menginternalisasikan ajaran Islam terhadap kehidupan seorang muslim sehingga menjadi kekuatan batin agar seseorang dapat melaksanakan syariat.
Baca juga, SD ‘Aisyiyah Demak Field Trip ke Jepara, PDA Jepara dan PDA Demak Lakukan Silaturahim
Ketiga, yaitu agar seorang muslim memiliki keinginan untuk mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu orang yang berdakwah biasa disebut dengan mubaligh yaitu orang-orang yang telah menyampaikan ilmu agama Islam kepada masyarakat sekitarnya yang sekiranya masih awam dengan ilmu-ilmu agama. Adapun syarat-syarat sebagai seorang mubaligh yang benar yaitu yang pertama memiliki niat yang ikhlas dan juga tulus, yang kedua bertanggung jawab kepada Allah untuk kemaslahatan umat.
Keempat yaitu seorang mubaligh harus memiliki kejujuran dalam menyampaikan dakwahnya, dan yang terakhir yaitu seorang mubaligh harus bisa menjalin hubungan dengan baik kepada semua pihak yang berpegang teguh kepada ajaran Islam
Lantas apa yang dimaksud dengan orang awam tentang agama? Orang yang awam ini bukanlah orang yang bodoh apalagi bodoh tentang agama. Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud orang awam dalam agama ini adalah orang yang tidak mempunyai perangkat untuk berijtihad dan menggali hukum sendiri dari dalil-dalil yang terdapat di dalam Al-Quran maupun di dalam hadis.
Bahkan Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa sifat dari orang yang meminta fatwa yaitu orang yang masih awam tentang agama yang tidak memiliki perangkat ijtihad. Adapun juga para ulama mengatakan bahwa apabila orang yang masih awam dalam agama dan juga awam untuk mengetahui dalil-dalil yang sesuai syariat maka orang itu wajib untuk taklid.
Konsepsi Metodologi Dakwah pada Masyarakat Awam
Lantas, bagaimana konsep kita sebagai mubaligh untuk berdakwah di masyarakat awam tentang agama? Rasulullah telah mencontohkan kepada para umatnya bagaimana cara berdakwah dengan baik yaitu dengan cara melalui lisan, tulisan dan bisa juga dengan cara perbuatan kita seorang mubaligh berdakwah dengan keluarganya, temannya, adiknya, sahabat dekatnya setelah itu baru berdakwah di kalangan masyarakat umum dengan empat cara yaitu:
Pertama, dakwah fardiah yaitu berdakwah kepada satu orang atau dengan orang yang terbatas. Kedua, dengan cara menyampaikan lewat media maupun secara lisan langsung kepada banyak orang; contohnya ketika pengajian, khutbah Jum’at, khutbah Ied, kultum setelah tarawih.
Baca juga, Literasi Rendah, SD Muhammadiyah 1 Solo Garap Video Senandung Pandemi
Ketiga, yaitu dengan cara bil hal atau bisa kita sebut dengan berdakwah dengan langsung mempraktikkan di setiap harinya. Contohnya, ketika kita sudah melakukan kultum (Kuliah Tujuh Menit) tentang larangan berpacaran; maka diri kita sendiri juga tidak boleh melakukan hal yang namanya berpacaran.
Karena apabila kita sudah berdakwah bahwa pacaran dalam Islam itu tidak boleh, namun kita malah melakukan hal tersebut; maka, orang di sekitar kita tidak percaya lagi dengan apa yang telah kita dakwahkan atau bisa menjadi omong kosong belaka. Maka sebelum kita berdakwah kepada orang lain, semestinya kita harus introspeksi diri kita masing-masing sebelum melakukan aktivitas dakwah tersebut.
Keempat, yaitu dengan cara berdakwah melalui tulisan, baik itu menerbitkan buku, menulis kitab, menulis di majalah yang tercetak ataupun menerbitkan tulisan secara online yang yang memiliki pesan dakwah di website. Cara yang kelima yaitu dakwah dengan cara arif atau secara bijaksana.
Dakwah Kultural Muhammadiyah
Adapun dakwah kultural menurut Muhammadiyah adalah bagaimana Muhammadiyah melalui wahana adat, tradisi dan juga budaya lokal; karena Muhammadiyah sudah menganggap bahwa tidak benar apabila budaya lokal tidak dapat dimanfaatkan sebagai wahana dakwah; menurut Muhammadiyah dakwah kultural ini adalah bagian dari suatu strategi.
Selain itu, dakwah kultural sendiri merupakan salah satu dari pengembangan metode dakwah yang ada di tubuh Muhammadiyah sekaligus mengkolaborasikannya dengan metode purifikasi. Keberhasilan dakwah kultural dalam Muhammadiyah ini memfungsikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi, rumah tangga maupun kelompok masyarakat. Terdapat beberapa cara/metodologi dalam dakwah kultural menurut Muhammadiyah, di antaranya:
Dakwah Kultural dengan Cara Pendekatan Budaya Lokal
Kebudayaan merupakan salah satu hal yang sangat lekat pada masyarakat, bahkan dalam beragama pun masyarakat masih sangat terikat dengan budaya. Hal ini paling banyak dialami oleh masyarakat yang cenderung mempunyai pengetahuan dan pemahaman Islam yang bisa dikatakan masih rendah; atau pada masyarakat yang masih memegang erat budaya dan tradisi lokal.
Dakwah Kultural dengan Cara Apresiasi Seni
Selain dengan adanya pendekatan kultural budaya lokal, Muhammadiyah juga menggunakan kesenian sebagai metode dakwah kepada masyarakat yang masih awam. Karena dengan itu masyarakat akan tertarik apabila dakwah itu dikemas dengan sedemikian rupa; dengan nilai-nilai yang estetika agar tidak monoton dengan menggunakan metode ceramah yang membosankan. Karena dengan adanya dakwah yang melalui kesenian dapat memikat hati peserta sampai kemudian mereka bisa mengikuti ajaran-ajaran yang muballigh sampaikan.
Dakwah Kultural yang Melalui Multimedia
Muhammadiyah dalam berdakwah juga senantiasa memanfaatkan IPTEK, termasuk media-media digital dan konvensional. Saat ini media informasi telah menjadi media yang sangat strategis untuk dijadikan media dakwah. Karena media seperti radio dan televisi tidak hanya dilihat oleh orang yang berada di perkotaan; melainkan orang yang berada di pedesaab juga dapat mengaksesnya.