
PWMJATENG.COM, Surakarta – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merayakan Milad ke-67 dengan penuh semarak. Perayaan yang digelar pada Kamis (18/9) di Auditorium Moh. Djazman Kampus I UMS itu menghadirkan pentas Wayang Climen dengan lakon Babad Alas Wonomarto. Pertunjukan seni tradisi tersebut menjadi sorotan utama yang memikat sivitas akademika, dosen, hingga mahasiswa.
Wayang Climen, yang dikenal sebagai wayang berukuran kecil, dibawakan dengan apik oleh Aditya Gandhi. Ia adalah siswa kelas V MI Muhammadiyah PK Kartasura sekaligus murid dari dalang Ki Tulus Raharjo. Penampilan Aditya disambut meriah dan menjadi bukti nyata bagaimana UMS mendukung pelestarian seni tradisi Jawa. Selain itu, panggung ini juga memberi ruang ekspresi bagi generasi muda yang ingin menyalurkan bakat di dunia budaya.
Rektor UMS, Harun Joko Prayitno, menegaskan bahwa peringatan Milad FKIP UMS kali ini tidak boleh dipandang sebagai acara seremonial belaka. Ia menyampaikan bahwa momen tersebut menjadi kesempatan penting untuk meneguhkan jati diri universitas.
“Milad ini kita syukuri bersama dengan menyaksikan pentas wayang cilik. Semoga Allah SWT meridai setiap ikhtiar kita dalam menjaga keseimbangan antara akademik dan budaya,” kata Harun dalam sambutannya. Menurutnya, FKIP UMS memiliki peran vital sebagai fondasi pengembangan UMS sejak awal berdiri hingga saat ini.
Dekan FKIP UMS, Anam Sutopo, turut menyampaikan apresiasi kepada seluruh sivitas akademika dan tamu undangan. Ia menekankan bahwa perjalanan 67 tahun FKIP UMS adalah hasil kerja keras dan kolaborasi banyak pihak.
“Mugi-mugi FKIP tambah regeng, tambah mahasiswa, tambah dosen, tambah guru besar. Insya Allah UMS semakin mantap,” tutur Anam dengan penuh optimisme. Ia menambahkan, capaian yang diraih fakultas ini tidak terlepas dari dukungan dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, hingga para alumni.
Acara juga menghadirkan sesepuh FKIP UMS, Slamet, yang menuturkan sejarah panjang fakultas tersebut. Menurutnya, FKIP merupakan cikal bakal berdirinya Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Baca juga, Memaknai Maulid: Mengayuh di Antara Dua Karang (Bagian Pertama)
“Asal mula UMS ini dari FKIP yang digagas empat tokoh pada 1958. Dari sanalah perjalanan panjang hingga menjadi universitas besar seperti sekarang,” ucap Slamet. Kisah sejarah itu mengingatkan hadirin bahwa FKIP bukan sekadar bagian dari UMS, melainkan titik awal kelahiran universitas yang kini telah berkembang menjadi salah satu perguruan tinggi ternama.
Milad kali ini juga menjadi istimewa karena dihadiri Guru Besar baru FKIP UMS, Sutrisno Wibowo. Ia sebelumnya pernah menjabat sebagai Dirjen di Kementerian Pendidikan dan juga memimpin Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Rektor UMS menyebut kehadiran Sutrisno sebagai penguatan sumber daya akademik. “Dengan hadirnya Prof. Sutrisno, FKIP akan semakin kokoh dalam menghadapi tantangan pendidikan ke depan,” ujar Harun.
Tidak hanya menampilkan Wayang Climen, perayaan ini juga melibatkan puluhan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang tengah menempuh mata kuliah karawitan. Mereka ikut menyemarakkan acara dengan sajian musik tradisional yang berpadu harmonis dengan pementasan wayang.
Kolaborasi ini menjadi simbol sinergi antara pendidikan, seni, dan budaya. UMS melalui FKIP ingin menunjukkan bahwa kampus bukan hanya tempat mengembangkan ilmu akademik, tetapi juga ruang untuk menjaga warisan budaya bangsa.
Rangkaian perayaan Milad ke-67 FKIP UMS ditutup dengan doa bersama serta pemotongan tumpeng. Suasana hangat yang tercipta menggambarkan semangat kekeluargaan di lingkungan kampus.
Kontributor : Al
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha