
PWMJATENG.COMย โย Idul Adha bukan sekadar perayaan tahunan bagi umat Islam. Lebih dari itu, hari besar ini merupakan momentum sakral untuk merenungi makna sejati dari pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam khutbah Idul Adha 1446 Hijriah yang disampaikan di halaman Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, A. Hasan Asy’ari Ulamaโi, mengajak umat Islam untuk menyelami kembali nilai spiritual yang terkandung dalam ibadah kurban.
Menurut Hasan Asy’ari, kurban bukan sekadar ritual penyembelihan hewan, tetapi merupakan bentuk lain dari pengalaman iman dan amal saleh yang mampu menghantarkan manusia pada kedekatan spiritual dengan Sang Khalik. Ia menegaskan bahwa esensi kurban bukanlah terletak pada apa yang dikurbankan, melainkan pada niat dan keikhlasan yang melandasinya.
“Pengurbanan bukanlah terletak pada apa yang akan dikurbankan, tetapi niat dan keikhlasan semata-mata untuk memperoleh posisi sedekat mungkin di sisi Tuhan,” ucapnya di hadapan sekitar 3.000 jamaah yang memadati lokasi salat Id.
Dalam khutbahnya, Hasan Asyโari mengingatkan bahwa seluruh kenikmatan yang dimiliki manusiaโbaik berupa harta, kekuasaan, jabatan, maupun cintaโmerupakan titipan dan amanah dari Allah SWT. Amanah tersebut, menurutnya, harus dijalankan secara benar agar menjadi sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.
โBila amanat tersebut kita jalankan secara benar, berarti kita telah menggunakan nikmat itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Dzat Yang Maha Benar. Sebaliknya, jika dijalankan secara salah, bukan saja akan menjauhkan diri dari Allah, tetapi juga menciptakan kerusakan dalam kehidupan,โ tuturnya.
Ayat Al-Qurโan yang sering dikaitkan dengan keikhlasan dalam berkurban terdapat dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
ูููู ููููุงูู ุงูููููู ููุญููู ูููุง ููููุง ุฏูู ูุงุคูููุง ูููููฐูููู ููููุงูููู ุงูุชููููููููฐ ู ููููู ู
โDaging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya.โ (QS. Al-Hajj: 37)
Ayat ini secara gamblang menjelaskan bahwa Allah tidak memerlukan daging ataupun darah dari hewan kurban. Yang Allah nilai adalah ketakwaan dan keikhlasan dalam setiap amal yang dilakukan.
Baca juga, Beragama di Tengah Polarisasi: Tantangan Muslim Menjaga Ukhuwah
Hasan Asy’ari juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan posisi manusia dalam kehidupan dunia. Menurutnya, manusia memiliki peran besar dalam upaya memperoleh kebahagiaan, kekuasaan, dan kedudukan. Namun, semua itu tidak akan diraih tanpa adanya perjuangan yang sungguh-sungguh.
“Tiada perjuangan di dunia ini yang tidak membutuhkan pengorbanan. Bahkan Nabi Ibrahim AS pun diuji dengan perintah mengurbankan anaknya, Ismail, sebagai simbol totalitas ketaatan. Dalam sejarah Islam, momen itu menjadi pelajaran penting bahwa kesetiaan kepada Allah harus berada di atas segalanya,” jelasnya.

Pengorbanan yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail tidak hanya mencerminkan keberanian, tetapi juga ketundukan dan kepasrahan mutlak kepada kehendak Ilahi. Dalam konteks ini, Hasan Asy’ari menilai bahwa kurban sejati justru terletak pada kemampuan seseorang untuk menundukkan ego, hawa nafsu, dan ambisi pribadi.
Lebih jauh, Hasan Asyโari menyoroti kondisi bangsa Indonesia yang sedang menghadapi beragam tantangan, baik berupa bencana alam, krisis moral, hingga konflik sosial di sejumlah wilayah. Ia mengajak umat Islam untuk menjadikan semangat kurban sebagai energi kolektif dalam membangun persatuan dan menyelesaikan persoalan kebangsaan.
“Semoga Allah berkenan memberikan jalan kemudahan bagi mereka yang senantiasa berjuang dan ikhlas berkurban, khususnya bangsa Indonesia yang sedang mengalami berbagai persoalan,” ujarnya.
Melalui ibadah kurban, Hasan Asyโari berharap umat Islam tidak hanya menghidupkan sunnah Nabi, tetapi juga membangun karakter masyarakat yang tangguh, empatik, dan penuh solidaritas sosial. Pengorbanan dalam bentuk materi hendaknya menjadi titik awal dari pengorbanan yang lebih besar: membela kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan merawat kebersamaan.
Sebagai penutup khutbah, ia mengajak umat untuk terus menanamkan nilai-nilai keikhlasan dan perjuangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, menurutnya, iman dan amal saleh yang tulus akan menjadi penopang utama dalam membangun masyarakat yang diridhai Allah.
Ass Editor : Ahmad; Editor :ย M Taufiq Ulinuha