BeritaTokoh

Meneladani Spirit Idul Adha: Membangun Karakter Mulia dari Semangat Pengorbanan dan Empati Sosial

PWMJATENG.COM – Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momentum spiritual yang sarat makna dan refleksi. Dalam suasana khusyuk Hari Raya Idul Adha 1446 H, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Masrukhi, menyampaikan pesan mendalam dalam khutbahnya yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, baik individu maupun sosial.

Dalam khutbah tersebut, Masrukhi menegaskan bahwa spirit Idul Adha dan ibadah haji tidak hanya berkutat pada simbolik penyembelihan hewan kurban atau rangkaian ibadah di tanah suci, melainkan meniscayakan penghayatan nilai-nilai ketulusan, pengorbanan, dan penghargaan terhadap sesama. Menurutnya, nilai-nilai tersebut menjadi fondasi penting dalam membangun pribadi berakhlak mulia, terlebih bagi insan akademis yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam membumikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan bermasyarakat.

β€œSemangat pengorbanan, ketulusan, dan penghargaan terhadap sesama yang diajarkan dalam Idul Adha dan Haji menjadi fondasi penting dalam membangun karakter insan akademis yang berakhlak mulia,” ujar Masrukhi di hadapan jamaah.

Ia mengingatkan bahwa dalam sejarah Islam, para sahabat Nabi Muhammad SAW telah menampilkan keteladanan luar biasa dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Para sahabat tidak hanya berlomba dalam beribadah, tetapi juga dalam memperhatikan dan memuliakan sesama manusia. Sikap mereka mencerminkan pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang luhur, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

Ω„ΩŽΩ†Ω’ ΨͺΩŽΩ†ΩŽΨ§Ω„ΩΩˆΨ§ Ψ§Ω„Ω’Ψ¨ΩΨ±ΩŽΩ‘ حَΨͺΩŽΩ‘Ω‰Ω° ΨͺΩΩ†Ω’ΩΩΩ‚ΩΩˆΨ§ Ω…ΩΩ…ΩŽΩ‘Ψ§ ΨͺΩΨ­ΩΨ¨ΩΩ‘ΩˆΩ†ΩŽ

β€œKamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Ayat ini, menurut Masrukhi, merupakan seruan Allah SWT agar umat Islam menempatkan pengorbanan sebagai manifestasi dari keimanan yang hakiki. Dengan meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, umat Islam diajak untuk menguji keikhlasan dalam memberi dan berbagi, terlebih dalam konteks sosial yang semakin kompleks dewasa ini.

Lebih jauh, Masrukhi menyoroti pentingnya menghidupkan kembali semangat empati sosial di tengah masyarakat. Ia menyampaikan bahwa Idul Adha bukan semata perayaan, tetapi sarana introspeksi dan peneguhan kepedulian sosial. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu dan ketimpangan sosial yang masih terasa, umat Islam dipanggil untuk menjadi solusiβ€”bukan sekadar penonton.

Baca juga, Ketentuan Terlambat dalam Salat Jumat: Apa Batasannya Menurut Syariat?

β€œMomentum Idul Adha harus kita jadikan penguat rasa empati dan semangat berbagi, terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kian kompleks,” ujarnya.

Masrukhi menilai bahwa semangat berbagi dalam bentuk kurban tidak boleh berhenti pada tataran simbolik. Nilai kurban harus diterjemahkan dalam tindakan nyata sehari-hari, baik melalui perhatian terhadap kaum dhuafa, penguatan solidaritas sosial, hingga kepedulian terhadap masalah lingkungan dan kemanusiaan.

Dalam konteks ini, ia mengajak umat Islam untuk membumikan semangat haji dan kurban ke dalam berbagai lini kehidupan. Sebagaimana ibadah haji yang mempersatukan jutaan umat dari berbagai bangsa dan latar belakang, demikian pula seharusnya kehidupan umat Islam dibangun atas dasar ukhuwah, kerja sama, dan penghapusan sekat-sekat sosial.

Masrukhi juga menggarisbawahi bahwa tantangan modernitas dan globalisasi tidak boleh melemahkan jati diri umat. Sebaliknya, nilai-nilai Islam yang diajarkan melalui peristiwa Idul Adha dan ibadah haji justru harus menjadi modal utama dalam menghadapi zaman. Menurutnya, umat Islam perlu meneguhkan kembali posisi spiritualitas sebagai pondasi dalam menjawab berbagai persoalan kontemporer.

Dalam khutbahnya, Masrukhi tidak hanya berbicara normatif. Ia menyelipkan contoh-contoh konkret tentang bagaimana semangat pengorbanan dan empati dapat diwujudkan di lingkungan kampus dan masyarakat. Ia menyebut pentingnya kegiatan sosial, pemberdayaan ekonomi umat, hingga gerakan filantropi sebagai bentuk nyata dari semangat Idul Adha.

Menutup khutbahnya, Masrukhi mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan perayaan Idul Adha sebagai momentum spiritual dan sosial yang utuh. Ia menekankan bahwa Islam bukan sekadar agama ibadah ritual, melainkan agama amal dan pengabdian.

β€œMarilah kita menjadikan Idul Adha ini sebagai sarana untuk memperkuat iman, menumbuhkan empati, serta memperluas makna pengorbanan dalam kehidupan nyata,” pungkasnya.

Ass Editor : Ahmad; Editor :Β M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://pdkwonogiri.id/ https://syariah.radenfatah.ac.id/ https://sgmwmultifinance.id/public/ https://www.hargamazda.id/htdoc/ https://sipil.teknik.untan.ac.id/
https://bgpbali.kemdikbud.go.id/