Meneguhkan Ruh Faham Keagamaan Muhammadiyah di Tengah Ragam Gerakan Islam dan Dakwah Ramah Anak Muda

Meneguhkan Ruh Faham Keagamaan Muhammadiyah di Tengah Ragam Gerakan Islam dan Dakwah Ramah Anak Muda
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Momentum Milad Muhammadiyah ke-113 menjadi saat yang tepat untuk menggairahkan kembali semangat perkaderan di tingkat cabang, ranting, dan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Melalui Roadshow Baitul Arqam Muhammadiyah–‘Aisyiyah se-Daerah Wonosobo yang digelar pada Oktober hingga Desember 2025, gerakan ini menjadi wujud nyata penguatan ruh ideologis dan pembinaan kader di akar rumput.
Kegiatan tersebut dimotori oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) serta Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA), bekerja sama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Upaya ini bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan ikhtiar berkelanjutan untuk memperkuat jamaah, jam’iyah, dan jariyah Muhammadiyah.
Baitul Arqam: Penguatan Ruh Ideologis
Baitul Arqam menjadi instrumen penting dalam proses perkaderan formal yang singkat namun harus mantap. Di dalamnya, setiap peserta diajak memantapkan ruh ideologis agar langkah dakwah senantiasa berpijak pada paham keagamaan Muhammadiyah yang murni, tajdid, dan berkemajuan.
Di tengah beragamnya gerakan dan paham Islam saat ini, Muhammadiyah hadir sebagai gerakan yang memadukan akal, wahyu, dan amal sosial. Bermuhammadiyah bukan sekadar aktivitas organisasi, tetapi sebuah kesadaran tauhid yang menyeluruh—mewujud dalam akidah yang murni, ibadah yang benar, serta amal sosial yang membebaskan dan mencerahkan kehidupan.
Militansi dalam Muhammadiyah tidak dimaknai sebagai sikap radikal yang menegasikan pihak lain, melainkan lahir dari tradisi intelektualitas yang kuat. Melalui kajian dan diskusi, kader Muhammadiyah memperluas wawasan terhadap beragam faham keagamaan Islam dan membandingkannya secara kritis dengan pandangan Muhammadiyah.
Tantangan Faham dan Generasi Muda
Dalam dinamika keislaman, muncul setidaknya tiga isu besar terkait faham keagamaan yang sering dikaji melalui dua poros utama, yakni Nahdliyah dan Salafiyah. Kajian ini mencakup aspek akidah, syariah, fikih, muamalah, tasawuf, dan sejarah, termasuk isu-isu kontemporer yang banyak viral di media sosial.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Salah satu isu penting yang mengemuka adalah generasi muda. Mereka kini menjadi kelompok dominan, diprediksi mencapai 70 persen populasi dalam beberapa tahun ke depan. Generasi ini membawa potensi besar, tetapi juga tantangan bagi dakwah Muhammadiyah. Ciri khas mereka yang adaptif, dinamis, dan tidak ingin tertinggal tren menuntut metode dakwah yang lebih ramah, kreatif, dan relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Inilah tantangan bagi Muhammadiyah yang menempatkan dirinya sebagai Dien al-Hadlarah—gerakan Islam yang berkemajuan.
Dialog dan Tajdid: Menjawab Zaman
Dalam setiap Baitul Arqam dan pengajian Muhammadiyah, penting untuk menyinggung dan mempelajari berbagai faham keagamaan, baik tradisional maupun kontemporer. Pendekatan yang arif dan kritis diperlukan agar kader mampu memahami, menyaring, dan meneguhkan identitas keislaman Muhammadiyah.
Kajian Manhaj Tarjih yang terus berkembang, beserta risalah-risalah ideologis yang berpacu dengan zaman, menjadi landasan penting dalam memperkuat posisi Muhammadiyah di tengah dinamika umat. Dalam proses perkaderan, setiap perbedaan pandangan dan karakter generasi perlu didialogkan, bukan dipertentangkan. Dakwah sejatinya adalah menghadirkan kegembiraan, kearifan, dan kemanusiaan yang membebaskan.
Muhammadiyah bukan hanya gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar melalui pengajian dan amal sosial, tetapi juga gerakan tajdidiyah—pembaruan pemikiran Islam. Di sinilah pentingnya menjaga ruang diskursus agar wacana keislaman terus tumbuh tanpa stigma liberal atau radikal. Melalui kajian intelektual dan basis nilai historis, kader akan menemukan jati diri dan karakter faham Muhammadiyah yang sejati.
Inilah jalan panjang menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya—cerdas, berkemajuan, berakhlak mulia, dan senantiasa dalam ridha Allah Swt. Wallāhu a‘lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



