Memberikan Makanan Bergizi bagi Anak, Wajibkah?

PWMJATENG.COM – Dalam Islam, anak adalah amanah sekaligus karunia dari Allah SWT. Sebagai titipan ilahi, anak-anak wajib dipelihara, dibesarkan, dan dididik dengan penuh tanggung jawab. Salah satu tanggung jawab utama orang tua adalah memberikan makanan bergizi bagi anak-anaknya, agar mereka tumbuh sehat secara fisik dan mental serta mampu menjalankan peran sebagai hamba Allah yang kuat dan cerdas.

Al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 172:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya kepada-Nya menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini menekankan pentingnya makanan yang ṭayyib, yaitu yang baik, halal, dan bergizi. Makanan yang bergizi bukan sekadar memenuhi rasa lapar, tetapi juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Dalam Islam, perintah memberikan makanan yang baik kepada anak tidak hanya bersifat anjuran, tetapi kewajiban moral dan agama. Orang tua yang lalai dalam memberi nutrisi yang cukup kepada anaknya termasuk dalam golongan yang tidak menunaikan hak anak. Nabi Muhammad SAW bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ

“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini menegaskan bahwa menelantarkan kebutuhan dasar anak, termasuk asupan gizi, merupakan perbuatan tercela. Dalam konteks kehidupan modern, gizi yang seimbang menjadi fondasi utama bagi anak-anak untuk belajar, bermain, dan beribadah dengan baik. Anak yang kekurangan gizi rentan terkena penyakit, mengalami keterlambatan pertumbuhan, bahkan gangguan perkembangan kognitif.

Baca juga, Hukum Mengikuti Kegiatan Keagamaan bersama Pacar: Ibadah atau Maksiat Terselubung?

Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam pola makan. Keseimbangan antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral merupakan bentuk dari pendekatan Islam yang menyeluruh dalam menjaga kesehatan umat. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami pentingnya menyediakan makanan bergizi sejak dini, mulai dari masa kehamilan hingga anak tumbuh dewasa.

Selain itu, tanggung jawab pemberian makanan bergizi juga berkaitan dengan keberlangsungan generasi. Anak-anak adalah calon penerus perjuangan agama dan bangsa. Jika mereka lemah secara fisik dan mental karena kekurangan gizi, maka umat Islam akan mengalami kemunduran. Maka dari itu, perhatian pada gizi anak merupakan bagian dari visi jangka panjang umat.

Tidak hanya dalam urusan dunia, tanggung jawab ini juga akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”

Orang tua adalah pemimpin dalam keluarga, dan anak adalah bagian dari “rakyat” yang dipimpin. Maka memberikan makanan bergizi merupakan bentuk dari kepemimpinan yang amanah.

Dalam konteks sosial, memberikan makanan bergizi bagi anak juga dapat menjadi ladang amal jariyah. Sebab, anak yang sehat dan cerdas akan tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang tua, masyarakat, dan agama. Pahala akan terus mengalir kepada orang tua yang telah membentuk pondasi kesehatan anak sejak dini.

Kesimpulannya, kewajiban orang tua dalam memberikan makanan bergizi kepada anak adalah amanah besar dalam Islam. Hal ini bukan hanya demi kesejahteraan fisik anak, tetapi juga merupakan bentuk ibadah dan tanggung jawab keagamaan. Sudah seharusnya orang tua menunaikan kewajiban ini dengan penuh kesadaran, ilmu, dan keikhlasan. Makanan bergizi adalah hak anak, dan memenuhinya adalah bukti cinta yang sejati dalam bingkai ketakwaan.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha