
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi membanggakan di ajang Indonesia Inventors Day (IID) 2025 yang digelar pada 11–14 September 2025 di Smesco Exhibition Hall, Jakarta. Dalam kompetisi bergengsi tersebut, lima tim mahasiswa UMS berhasil membawa pulang dua medali perak dan tiga medali perunggu melalui inovasi yang kreatif dan solutif.
Tim Mynterke dengan inovasi Education Game untuk membantu siswa memahami pelajaran sekolah, serta Tim Phisio Connect yang menghadirkan teknologi pengukuran standar posisi tulang secara mandiri, sukses meraih medali perak.
Tiga tim lainnya juga tak kalah berprestasi. Tim Xantoria mengembangkan obat analgesik berbahan kulit manggis, Tim Sadhara menghadirkan aplikasi pendukung kesehatan mental, sedangkan Tim Yica berhasil memanfaatkan eceng gondok untuk bahan sabun pembersih wajah. Ketiganya berhak membawa pulang medali perunggu.
Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Talenta Inovasi (DKPTI) UMS, Ahmad Kholid Al Ghofari, menyampaikan rasa syukur atas capaian mahasiswa dalam kompetisi internasional ini.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan bangga atas prestasi yang diraih. Ini bukan sekadar kemenangan medali, tetapi kemenangan atas semangat kreativitas, kerja keras, dan komitmen mahasiswa untuk memberi solusi nyata bagi masyarakat,” ujar Kholid, Minggu (21/9).
Ia menjelaskan, keberhasilan mahasiswa UMS tidak lepas dari strategi pendekatan proaktif yang dibangun melalui tiga pilar, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), laboratorium inovasi fakultas, serta program talent scouting sejak awal semester. Menurutnya, kemenangan ini menjadi bukti konsistensi prestasi lintas fakultas.
Baca juga, Muhammadiyah, Wahabi, dan Pentingnya Literasi dalam Memahami Gerakan Islam
Kholid juga berpesan agar mahasiswa berani bermimpi besar. “Inovasi dimulai dari keberanian untuk bertanya, ‘Bagaimana jika?’ Jadilah agen perubahan, sekecil apapun sumbangsih yang Anda berikan,” tegasnya.
Sementara itu, Muhammad Al Fatih Hendrawan, Kasubdit Talenta, Inovasi, dan Prestasi DKPTI, menambahkan bahwa pendampingan penuh telah dilakukan sejak awal. Setiap tim mendapatkan dosen pembimbing, tim reviewer, hingga uji kelayakan proposal sebelum mengikuti kompetisi.

“Pendampingan dilakukan sejak awal proposal dibuat. Kami menyiapkan dosen pendamping untuk setiap tim, menetapkan reviewer, serta menggelar presentasi ide dan uji kelayakan. Bahkan, sebelum berangkat, tim diuji kembali kesiapan presentasinya bersama reviewer dan wakil dekan kemahasiswaan,” jelas Fatih.
Ia mengakui, tantangan terbesar dalam IID 2025 adalah memastikan ide inovasi memiliki nilai pengembangan bisnis tinggi. Karena itu, seleksi internal dilakukan secara ketat. Hanya tim dengan inovasi yang memiliki potensi bisnis kuat yang bisa maju ke tingkat kompetisi nasional.
Fatih juga menegaskan, DKPTI bekerja sama dengan wakil dekan kemahasiswaan di setiap fakultas untuk mengidentifikasi serta mengelompokkan minat dan bakat mahasiswa. Menurutnya, kompetisi menjadi sarana penting dalam meningkatkan kapasitas diri mahasiswa.
“Untuk meningkatkan value atau nilai seorang mahasiswa, perlu ada tantangan nyata. Semakin besar tantangan yang dihadapi, semakin besar pula peningkatan nilai dalam diri mereka,” tuturnya.
Kontributor : Roselia
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha