Memahami Penentuan Awal Ramadan di Queensland, Australia
Memahami Penentuan Awal Ramadan di Queensland, Australia
Oleh : Ahmad Rizky M Umar*
PWMJATENG.COM – Alhamdulillah, kita sudah memasuki bulan Ramadan kembali. Bulan Ramadan adalah bulan pelatihan untuk menahan hawa nafsu, baik lapar dan dahaga, selama satu bulan penuh, agar kita semua bisa menjadi pribadi yang bertaqwa (QS Al-Baqarah: 183). Bulan ini tentu disambut oleh semua masyarakat Muslim, tak terkecuali masyarakat Muslim yang bertempat tinggal di negara bagian Queensland, Australia.
Tidak seperti di Indonesia yang punya Menteri Agama, masyarakat Muslim Australia tentu tidak punya Kementerian Agama yang melakukan sidang itsbat. Lantas, bagaimana awal Ramadan dan awal bulan Syawal ditentukan?
Sebagaimana praktik dari komunitas Muslim di sini, penentuan awal Ramadan diserahkan ke masjid-masjid setempat, yang kemudian bersidang melalui forum Council of Imam di tingkat negara bagian, dan Majelis Imam Nasional Australia (ANIC) di tingkat federal. Di Queensland sendiri, seringkali terjadi perbedaan penentuan awal Ramadan. Bagi yang baru datang, ini tentu agak membingungkan karena awal Ramadhan bisa berbeda antara satu masjid dan masjid yang lain.
Di sini, saya ingin memetakan setidaknya empat pendapat besar yang dianut oleh masjid-masjid di Queensland untuk menentukan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
1. Pendapat Pertama: Hisab Imkanur Rukyat.
Pendapat pertama adalah yang menggunakan metode Hisab Imkanur Rukyat. Pendapat ini diambil oleh ANIC dan diikuti negara bagian lain, kecuali Queensland. Awal Ramadan ditentukan melalui hisab/perhitungan, namun dengan asumsi keterlihatan hilal (biasanya antara 2′ – 4′ di atas ufuk). Dalam mengambil keputusan, ANIC mengacu pada hadis yang terkenal, yakni
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فإنْ غُبِّيَ علَيْكُم فأكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
“Shumuu liru’yatihi wa afthiru liru’yatihi fa-in ghubiya alaikum fa-akmiluu iddata sya’baana tsalaatsina.”
“Berpuasalah kamu dengan melihat bulan, dan berbukalah kamu dengan melihat bulan. Jika pandanganmu tertutup maka sempurnakanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”
Dari hadis ini, ANIC menggunakan hisab untuk menentukan posisi bulan sehingga awal Ramadan bisa ditentukan. Namun, berbeda dengan Muhammadiyah yang menggunakan kriteria Hisab Hakiki, ANIC menggunakan kriteria keterlihatan hilal dengan mengacu pada hadis tersebut. Atas pendapat ini, ANIC berkeputusan untuk memulai awal Ramadan pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024 dengan asumsi bahwa bulan belum terlihat ketika matahari tenggelam di hari Ahad, 29 Sya’ban 1445/10 Maret 2024.
Beberapa Masjid di Brisbane mengacu pada keputusan ini, antara lain Masjid West End dan Masjid Gold Coast di Southport, serta beberapa Masjid di Toowoomba dan Cairns.
2. Pendapat Kedua: Rukyatul Hilal Nasional
Pendapat kedua, yang dipakai oleh Majelis Imam Queensland (CIQ), mengikuti Rukyatul Hilal Lokal dengan mengacu pada Moonsighting Australia. Dalil yang digunakan sama dengan ANIC. Namun di sini, CIQ menafsirkan hadits “shuumuu liru’yatihi” secara literal, dengan mengharuskan untuk melihat bulan secara langsung. Pandangan ini sama dengan yang dianut oleh PBNU dan Pemerintah Indonesia. Metode ini dikenal dengan sebutan Ru’yatul Hilal dengan Wilayatul Hukmi yang terdefinisi jelas secara nasional.
Pendapat sebagian besar imam di Majelis Imam Queensland mengikuti metode ini. Pandangan CIQ, juga mengikuti Moonsighting Australia, mengharuskan hilal harus terlihat di semua wilayah Australia, sebagai ‘wilayatul hukmi’ (area tempat berlakunya hukum) dan jika hilal terlihat maka akan masuk pada bulan baru.
Atas pandangan ini, CIQ baru akan menentukan awal Ramadan berdasarkan hasil rukyat yang dilakukan oleh Moonsighting Australia pada hari Ahad tanggal 10 Maret 2024/29 Sya’ban 1445 H. Banyak Masjid di Brisbane mengikuti keputusan CIQ, termasuk Masjid Kampus UQ, Masjid Buranda, dan masjid-masjid lain di kawasan Selatan Brisbane dan Logan.
3. Pendapat Ketiga: Rukyatul Hilal Regional
Pendapat ketiga cukup baru, yaitu menggunakan Rukyatul Hilal Regional. Jika pendapat CIQ menggunakan Imkanur Rukyat dengan Wilayatul Hukmi Australia, pendapat ketiga mengacu pada Imkanur Rukyat secara regional, yakni dengan asumsi bahwa Australia juga akan mengikuti penentuan awal Ramadhan di negara tetangganya, baik di Asia Tenggara maupun Pasifik Selatan. Oleh karenanya, rukyatul hilal diperluas kriteria wilayatul hukmi-nya, tidak hanya di Australia tetapi juga di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Menurut pendapat ini, awal Ramadan bisa ditentukan jika sudah ada yang melihat bulan di Australia dan Asia Tenggara (tapi tidak lebih dari itu). Ada tiga masjid besar Brisbane yang menggunakan metode ini, yaitu Masjid Holland Park, Masjid Al-Faruq Kuraby, dan Masjid Bald Hills. Juga didukung oleh Ormas Masyarakat Muslim Bersatu Brisbane. Ketiga masjid ini bekerja sama dengan JAKIM Malaysia dan MUIS Singapura untuk penentuan awal Ramadan.
4. Pandangan Keempat: Rukyatul Hilal Global
Metode keempat diikuti oleh satu masjid, yaitu Rukyatul Hilal global. Bagi pendapat ini, kalau ada satu orang Muslim melihat bulan, maka hari itu juga mulai puasa. Batas rukyatul hilal global ini adalah Timur Tengah. Menurut pandangan ini, selama ada pandangan yang sahih terkait dengan bulan baru di manapun (dengan batas di Timur Tengah) dan selama belum masuk waktu fajar, maka bulan baru tetap diputuskan. Oleh sebab itu, jika ada pandangan melihat bulan meskipun itu jam 2 dini hari di Australia, maka keputusan tetap akan dibuat untuk masuk pada awal Ramadhan/Syawal.
Pendapat ini diikuti oleh Masjid As-Sunnah Lutwyche, dengan berdasarkan pada pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dari Majelis Ulama (Hay’ah Al-Kibar) Arab Saudi. Menurut pandangan ini, rukyatul hilal akan dilakukan sepanjang malam di hari Ahad tanggal 10 Maret, mulai terbenam matahari hingga terbi fajar.
Kesimpulan: Ikut Yang Mana?
Mana pendapat yang perlu kita ikuti? Mengingat penentuan awal Ramadan sering kali adalah hal yang bisa membawa perdebatan, saya secara pribadi menyarankan untuk mengikuti Masjid Terdekat, atau ikutilah prosedur yang lebih dekat di hati kita. Tentu tidak sama persis dengan yang di tanah air, dan mungkin berbeda pendapat juga dengan tetangga/teman dekat. Namun, mempererat tali silaturahmi akan jauh lebih penting daripada mengikuti awal Ramadan, selama kita berpegang teguh di tali Allah dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia (QS: Ali Imran: 103).
Apapun pilihannya, mari menyambut bulan suci Ramadan dengan lapang dada dan senang gembira.
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi tempat penulis aktif.
*Cendekiawan muslim. Pegiat JIMM.
Editor : M Taufiq Ulinuha