Maulid Nabi dan Tantangan Pendidikan Karakter di Indonesia

Maulid Nabi dan Tantangan Pendidikan Karakter di Indonesia
Oleh : Dr. Elinda Rizasari, S.Pd., M.Pd. (Dosen PGDS UNISRI Surakarta)
PWMJATENG.COM – Tanggal 5 September 2025, umat Islam di seluruh Indonesia memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini seharusnya tidak berhenti pada seremoni keagamaan semata, melainkan menjadi momen refleksi mendalam tentang dunia pendidikan kita. Nabi Muhammad dikenal bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga pendidik agung yang menanamkan nilai-nilai akhlak, kasih sayang, dan semangat belajar. Dalam konteks pendidikan hari ini, keteladanan itu menjadi sangat relevan ketika kita melihat tantangan besar yang dihadapi sekolah dan keluarga dalam membentuk karakter generasi muda.
Kasus perundungan yang viral di sebuah sekolah menengah di Jawa Barat beberapa waktu lalu menggambarkan betapa pendidikan karakter kita masih rapuh. Seorang siswa dipaksa teman-temannya melakukan tindakan merendahkan diri, sementara guru yang berada di lokasi terlambat mencegahnya. Peristiwa ini menambah panjang daftar kasus serupa yang dilaporkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang mencatat peningkatan signifikan kasus perundungan sepanjang 2023 – 2024. Di sisi lain, kemampuan literasi siswa Indonesia juga memprihatinkan. Survei PISA 2022 menempatkan kita di peringkat ke-62 dari 81 negara, menunjukkan lemahnya budaya membaca dan kemampuan berpikir kritis.
Kondisi ini menandakan bahwa pendidikan kita belum sepenuhnya berhasil menyeimbangkan capaian akademik dengan pembentukan karakter. Kurikulum Merdeka sebenarnya memberi ruang besar bagi pendidikan karakter, tetapi implementasinya di lapangan belum maksimal. Banyak sekolah masih fokus pada pencapaian nilai ujian dan kelulusan, sementara pembinaan akhlak dan moral siswa belum menjadi prioritas utama. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti bahkan menegaskan bahwa pendidikan karakter harus dimulai sejak dini secara konsisten, dan program pemerintah seperti makan bergizi gratis bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan disiplin, tanggung jawab, dan kebersamaan di kalangan siswa.
Baca juga, Muhammadiyah Gelar Pelatihan Reputasi Digital, Sekretaris PWM Jateng Dodok Sartono Tekankan Pentingnya Branding Profesional
Maulid Nabi seharusnya menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi pembentukan pribadi seutuhnya. Empat sifat utama Nabi SAW yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah adalah fondasi karakter yang paling dibutuhkan oleh generasi muda hari ini. Guru dapat menghidupkan nilai-nilai ini melalui pembelajaran berbasis keteladanan, misalnya mendorong siswa membuat proyek sosial yang menumbuhkan empati, mengadakan literasi kisah-kisah Nabi pada jam membaca pagi, atau melibatkan siswa dalam kegiatan gotong royong. Contoh baik dapat kita lihat di SMPN 2 Sleman yang berhasil mengintegrasikan kisah-kisah Nabi dalam kegiatan literasi pagi. Hasilnya, siswa tidak hanya lebih rajin membaca tetapi juga menunjukkan perilaku yang lebih peduli terhadap teman dan lingkungan.
Peran orang tua juga tidak bisa diabaikan. Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak, tempat nilai-nilai dasar seperti kejujuran, disiplin, dan rasa hormat pertama kali diajarkan. Pendidikan karakter tidak akan efektif jika hanya dibebankan kepada sekolah. Sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah kunci agar nilai-nilai kebaikan benar-benar melekat pada diri anak.
Maulid Nabi hendaknya kita jadikan titik balik. Pendidikan di Indonesia perlu kembali ke ruhnya: membentuk insan yang berilmu sekaligus berakhlak mulia. Tanpa akhlak, kemajuan teknologi dan tingginya prestasi akademik akan kehilangan makna. Generasi masa depan harus disiapkan bukan hanya agar pintar menghadapi ujian, tetapi juga cerdas menghadapi kehidupan.
Dengan semangat Maulid Nabi, mari jadikan sekolah ruang yang aman, inklusif, dan inspiratif. Guru harus menjadi teladan, siswa berani berbuat baik, dan orang tua terlibat aktif membangun karakter di rumah. Jika nilai-nilai Nabi benar-benar dihidupkan, pendidikan karakter tidak lagi sekadar wacana, tetapi menjadi kenyataan yang melahirkan generasi berintegritas dan berdaya saing.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha