Editorial

Masyarakat Islam: Rumusan, Ciri, dan Relevansinya dalam Kehidupan Modern

PWMJATENG.COM – Konsep masyarakat Islam merupakan sebuah gagasan yang lahir dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Rumusan paling sederhana mengenai masyarakat Islam adalah suatu tatanan sosial di mana ajaran Islam berlaku serta menjiwai seluruh aspek kehidupan. Artinya, Islam tidak hanya dipahami sebagai agama ritual, tetapi juga sebagai sistem nilai yang membentuk pola pikir, perilaku, serta interaksi sosial.

Dalam sejarahnya, wacana tentang masyarakat Islam dapat ditemukan dalam karya-karya ulama klasik maupun pemikir modern. Ibnu Khaldun, misalnya, dalam Muqaddimah menegaskan bahwa agama dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya saling menopang. Sementara itu, pemikir kontemporer seperti Yusuf al-Qaradawi menekankan bahwa masyarakat Islam bukanlah komunitas utopis, melainkan kenyataan yang bisa diwujudkan jika nilai-nilai Islam dijadikan dasar hidup bersama.

Ciri-Ciri Masyarakat Islam

Rumusan masyarakat Islam dapat dikenali dari sejumlah ciri yang membedakannya dengan bentuk masyarakat lain. Setidaknya terdapat sembilan karakter utama:

  1. Bertuhan dan Beragama
    Masyarakat Islam berlandaskan pada pengakuan terhadap Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini tercermin dalam pengamalan agama yang konsisten, baik dalam aspek ibadah pribadi maupun kehidupan sosial. Kesadaran bertuhan menjadikan masyarakat memiliki orientasi moral yang jelas.
  2. Persaudaraan (Ukhuwwah)
    Konsep persaudaraan dalam Islam mencakup tiga lapis: ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan sesama manusia). Rasulullah saw. menegaskan, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  3. Berakhlak dan Beradab
    Masyarakat Islam menekankan pentingnya akhlak mulia sebagai fondasi kehidupan. Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebut akhlak sebagai buah dari iman dan ilmu. Oleh karena itu, masyarakat Islam harus menampilkan sikap santun, jujur, adil, serta menghargai perbedaan.
  4. Berhukum Syar’i
    Hukum dalam masyarakat Islam berpijak pada syariat yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini tidak berarti meniadakan hukum positif modern, tetapi menempatkan prinsip syariat sebagai nilai moral yang melandasi sistem hukum. Misalnya, keadilan, kemaslahatan, dan perlindungan hak asasi manusia.
  5. Berkesejahteraan
    Islam menolak adanya kesenjangan ekstrem dalam masyarakat. Konsep zakat, infak, sedekah, dan wakaf menjadi instrumen penting dalam menciptakan kesejahteraan. Menurut Fazlur Rahman, keadilan sosial ekonomi adalah ruh dari ajaran Islam dalam bidang muamalah.
  6. Bermusyawarah
    Musyawarah merupakan metode pengambilan keputusan dalam masyarakat Islam. Al-Qur’an menyebut kaum beriman sebagai “orang-orang yang urusannya diputuskan dengan musyawarah di antara mereka” (QS. Asy-Syura: 38). Dengan musyawarah, keputusan diambil secara kolektif dan menghindari otoritarianisme.
  7. Ikhsan
    Ikhsan berarti berbuat kebaikan dengan sepenuh hati, bahkan ketika tidak ada yang melihat. Dalam konteks sosial, ikhsan melahirkan budaya saling tolong-menolong, menghormati sesama, dan bekerja demi kebaikan bersama.
  8. Berkemajuan
    Masyarakat Islam bukanlah masyarakat statis, melainkan progresif. Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu, mengembangkan teknologi, dan berinovasi. Seperti ditegaskan Syed Naquib al-Attas, kemajuan dalam Islam tidak hanya bermakna material, tetapi juga spiritual.
  9. Berpemimpin dan Tertib
    Kepemimpinan adalah syarat mutlak keberlangsungan masyarakat. Nabi Muhammad saw. menegaskan, “Apabila tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin.” (HR. Abu Dawud). Kepemimpinan dalam masyarakat Islam harus berdasar amanah, musyawarah, dan keadilan.
Relevansi dalam Kehidupan Modern

Pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah masyarakat Islam masih relevan di era modern? Jawabannya, sangat relevan. Nilai-nilai masyarakat Islam justru menjadi solusi atas problem kontemporer, seperti individualisme, ketimpangan ekonomi, degradasi moral, dan krisis kepemimpinan.

Sebagai contoh, konsep persaudaraan dan kesejahteraan bisa menjawab kesenjangan sosial yang semakin tajam akibat kapitalisme. Prinsip musyawarah dan kepemimpinan yang adil dapat menjadi alternatif bagi sistem politik yang cenderung oligarkis. Sementara itu, dorongan berkemajuan selaras dengan tuntutan zaman yang menekankan inovasi dan kreativitas.

Para sosiolog Muslim juga menilai bahwa masyarakat Islam adalah model civil society yang menyeimbangkan antara kebebasan individu dan kepentingan kolektif. Hal ini terlihat dari ajaran syariat yang melindungi hak-hak pribadi sekaligus menekankan tanggung jawab sosial.

Ikhtisar

Rumusan masyarakat Islam bukan sekadar wacana ideal, tetapi cita-cita yang dapat diwujudkan melalui kesungguhan umat. Dengan ciri-ciri seperti bertuhan, bersaudara, berakhlak, berhukum syar’i, sejahtera, bermusyawarah, berbuat ikhsan, progresif, dan tertib, masyarakat Islam menghadirkan model peradaban yang menyatukan iman, ilmu, dan amal.

Di tengah dinamika global, gagasan masyarakat Islam semakin menemukan relevansinya. Ia bukan hanya milik sejarah, melainkan juga menjadi peta jalan menuju masa depan yang lebih adil, manusiawi, dan bermartabat.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE