Marpuji Ali : Butuh Strategi Mengamankan Manhaj Muhammadiyah
PWMJATENG.COM, KARANGANYAR – Manhaj Muhammadiyah sebagai suatu bentuk ideologi garis persyarikatan yang harus di mengerti, ditaati dan diamankan oleh seluruh komponen yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah. Dibutuhkan sebuah strategi dalam mengapai sebuah asa dari cita-cita besar Muhammadiyah dalam bentuk komitmen bersama, jika tidak maka akan rusaklah organisasi ini. Hal itu diungkapkan Marpuji Ali Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada ada Rapat Koordinasi (rakor) Triwulan Putaran ke-3 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Karanganyar, Ahad (06/08) bertempat di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Muhammadiyah Jumapolo Karanganyar.
“ Prinsip di Muhammadiyah itu segala sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama (Persyarikatan, Red.) harus sami’na wa atha’na tidak bisa terus membuat pimpinan atau pengurus tandingan. Beda pendapat dan argumen dalam musyawarah itu hal biasa tetapi kalau sudah menjadi keputusan harus siyap melaksanakan semua, itu menjadi ciri kas yang selama ini dipegang teguh oleh Muhammadiyah dengan Manhajnya” kata pensiunan dosen UMS Surakarta ini.
Lebih lanjut Marpuji Ali menjabarkan tentang prinsip-prinsip Manhaj Muhammadiyah, “dari beberapa Manhaj yang ada dan disepakati Muhammadiyah ada beberapa hal prisip yang akan saya samapaikan, tidak harus semua” :
Pertama, Agma Islam senantiasa menjadi pedo,an pokok dalam beraqidah, berakhlak dan beribadah sehingga dapat mempengaruhi perilaku yang harus diresapi dan dipahami.
Kedua, Muhammadiyah senantiasa mendasarkan segala sesuatunya kepada Al Qur’an dan AsSunah dimana dalam hal ini orang Muhammadiyah harus siap berbeda dengan yang lain selama berdasarkan Qur’an dan Hadist. “Dalam hal ini di Muhammadiyah sudah ada Majelis Tarjih dan Tajdid yang bertugas meneliti dan menyarikannya. Namun demikian warga Muhammadiyah tidak boleh meremehkan pihak yang mempunyai pemahaman lain”.
Ketiga, Gerakan amal shalih amar ma’ruf nahy munkar harus dilaksanakan secara terorganisir. “Jika ada yang menganggap organisasi sebagai sesuatu yang megada-ada (bid’ah, red) tidak usah marah, sebernarnya jika kita pahami shalat jama’ah itu sudah bentuk sederhana organisasi, ketika Rasulullah dahulu mengelola umatnya dengan organisasi meskipun tidak secara ansih disebut sebagai sebuah organisasi seperti sekarang ini”.
Keempat, Pilihan Muhammadiyah dalam berorganisasi menggunakan Gerakan Organisasi Kemasyarakatan atau kultural tidak menjadi organisasi politik. “Bukan berarti Muhammadiyah anti politik namun Muhammadiyah menempatkan dan paham politik yang bermartabat dan terhormat, tidak harus demo secara kelembagaan meskipun Muhammadiyah memilih jalur demonstrasi dalam menyikapi sesuatu”. Muhammadiyah terbiasa berbuat dengan cara yang tepat dan cermat dalam menyikapi kondisi-kondisi tertentu, bergerak yang dilandasi hati nurani tanpa harus mengadalkan kekuatan fisik.
Kelima, Muhammadiyah sudah terkenal sebagai organisasi yang bisa menjaga dan mengatur diri secara tertib, segala sesuatunya sudah ada aturan mainya bahkan terkait dengan kebijakan dan penerapan hukuman organisasi (punishment) yang tertera dalam AD, ART, Kaidah, Aturan baik PP, PW dan PD.
Prinsip pokok yang Keenam, Muhammadiyah ingin berperan mengisi kemerdekaan republik Indonesia dengan menwujudkan bangsa dan negara yang Baldatun tahyibatun warabbun ghafuur. Dengan konsep Islam Berkemanjuan Muhammadiyah senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan menjadikan NKRI sebagai negara kesepakatan bersama.
Terkait hal-hal tersebut diatas Marpuji Ali memberikan sebuah resep dalam bentuk strategi mengamankan Manhaj Muhammadiyah bagi warga Persyarikatan. “Banyak referensi yang ada di Qur’an salah satunya adalah surat Ali Imran : 142 ‘Apakah kamu mengira akan masuk surga, padalah belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang bersabar’.
Terkait ayat tersbut, menurut Marpuji Ali ada tiga hal yang bisa diimplementasikan dalam mengamankan Manhaj Muhammadiyah yaitu : Pertama, Dilevel manapun gerakan Muhammadiyah harus mencanangkan cita-cita yang ingin dicapai. Kedua, Dalam mencapai cita-cita harus dengan jalan jihad. “Jihad sebagai bentuk kesungguhan untuk mencapai cita-cita dengan cara yang benar, dan saya memaknai jihad dengan sebuah kerja professional dilandasi ilmu yang benar dan cara yang benar”. Ketiga, Kesabaran sebagai bentuk tahan uji untuk menegakkan kebenaran dalam mencapai cita-cita (Manhaj Muhammadiyah, Red.). (MPI PDM Kra – JOe).