Maknai Surah Al-Mursalat: Dosen FAI UMS Ajak Jamaah Renungi Tanda-Tanda Kiamat dan Hakikat Kehidupan

PWMJATENG.COM, Surakarta – Dalam suasana Kajian tafsir online Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kamis (9/10), Dosen FAI UMS, Ainur Rha’in, membahas makna mendalam Surah Al-Mursalat. Kajian tersebut menghadirkan penjelasan komprehensif tentang sumpah Allah kepada para malaikat, tanda-tanda kiamat, hingga hakikat kehidupan manusia di bumi.
Dalam pemaparannya, Ainur menjelaskan bahwa pada ayat 1–5, Allah bersumpah demi para malaikat, asmaul husna yang mulia, serta seluruh makhluk ciptaan-Nya. Kata Al-Mursalat, kata dia, bermakna malaikat yang diutus untuk menyebarkan kebaikan dan kemakrufan. Sementara istilah Falfariqat menggambarkan malaikat yang berperan membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
“Al-Mursalat juga bisa dimaknai sebagai manusia yang senantiasa menyebarkan kebaikan dan kebermanfaatan di muka bumi,” jelasnya di hadapan para peserta kajian.
Lebih lanjut, pada ayat ke-7, Ainur menegaskan bahwa janji Allah tentang datangnya hari kiamat merupakan kepastian yang tak terbantahkan. Hal ini diperkuat oleh ayat 8–11 yang menggambarkan dahsyatnya tanda-tanda menjelang kiamat, ketika alam semesta mengalami kehancuran besar sebagai awal mula hari pembalasan.
Menurut Ainur, ayat 12–15 menunjukkan bahwa azab bagi orang-orang kafir tidak langsung diturunkan di dunia, melainkan akan diberikan pada hari keputusan kelak. “Maka celakalah mereka para pendusta,” ujarnya mengutip ayat tersebut sebagai bentuk peringatan agar manusia tidak mengingkari kebenaran wahyu.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Kajian kemudian berlanjut pada ayat 16–19 yang menyoroti kisah kehancuran umat terdahulu. Umat-umat itu, kata Ainur, menolak risalah dan tidak mempercayai Hari Kebangkitan. Ia menilai bahwa kisah tersebut menjadi pelajaran berharga agar manusia masa kini tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Selanjutnya, dalam penjelasan ayat 20–24, Ainur menguraikan bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat takdir. Al-Qur’an mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari air yang hina (mani), namun dianugerahi potensi besar untuk mencapai kemuliaan. “Apabila takdir Allah yang terbaik tidak kita syukuri dan tidak dimanfaatkan dengan baik, maka seluruh potensi hidup akan menjadi sia-sia,” tuturnya menegaskan.
Di bagian akhir kajian, Ainur menyoroti ayat 25–28 yang menggambarkan bumi sebagai tempat kehidupan dan penghidupan manusia. Dari bumi manusia memperoleh rezeki, tempat berpijak, dan akhirnya menjadi tempat kembali setelah mati. Bumi, lanjutnya, adalah simbol kasih sayang Allah yang menunjukkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Melalui rangkaian tafsir tersebut, Ainur mengajak jamaah untuk memperdalam keimanan, memperbanyak amal saleh, serta menebarkan kemanfaatan bagi sesama. Menurutnya, Surah Al-Mursalat bukan sekadar pengingat tentang kehancuran alam semesta, melainkan seruan agar manusia menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan akhir perjalanan.
“Surah Al-Mursalat mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, sedangkan janji Allah tentang hari pembalasan adalah sesuatu yang pasti terjadi,” tutupnya.
Kontributor : Adi
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha