PWMJATENG.COM, Banyumas – Pada malam yang tenang di Pesantren At-Tin Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), suasana hening selepas salat Isya membawa para santri dalam suasana khusyuk. Di bawah sinar bulan, mereka berkumpul untuk mengikuti kajian Tadabbur Qur’an Juz Amma pada Selasa, 29 Oktober 2024. Kajian malam itu dipandu oleh Mudir Pesantren, Alvin Qodri Lazuardy, yang membahas kedalaman makna QS. Abasa ayat 23-34, mengajak para santri merenungi bahwa setiap makanan yang kita konsumsi adalah bukti nyata kuasa Allah.
Dalam kajiannya, Alvin menjelaskan bahwa makanan bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga penghubung spiritual antara manusia dan Allah. “Setiap butir nasi, buah, dan daging yang kita konsumsi berasal dari alam yang teratur, ciptaan Allah yang sempurna,” ucap Alvin. Ia menekankan bahwa makanan adalah bagian dari sistem ekologi yang diatur oleh Allah, di mana air hujan menyuburkan tanah, dan mikroba membantu memperkaya nutrisi tanah agar dapat menghasilkan bahan pangan yang kita butuhkan.
Alvin mengajak santri melihat makanan sebagai nikmat dan amanah yang harus disyukuri dan dijaga. “Makanan kita adalah bagian dari ekosistem yang harus dihargai dan tidak disia-siakan,” tegasnya. Ia mengingatkan bahwa keseimbangan dalam mengonsumsi makanan adalah bagian dari ibadah. Allah mengajarkan agar manusia tidak berlebihan dalam memanfaatkan rezeki yang diberikan-Nya, karena kerakusan dapat mendatangkan kerusakan pada lingkungan.
Baca juga, Hutan Wakaf di Jawa Tengah, Proyek Hijau Muhammadiyah yang Siap Ubah Ekonomi dan Lingkungan!
Tidak hanya itu, Alvin juga menyoroti pentingnya rasa syukur dalam setiap hidangan yang dikonsumsi. “Ketika kita makan dengan penuh kesadaran dan rasa syukur, itu menjadi bentuk ibadah kita kepada Allah. Namun, jika kita rakus dan lalai, makanan justru bisa membawa kita kepada kerusakan dan dosa,” jelasnya. Alvin menekankan bahwa kesadaran ini sejalan dengan peran manusia sebagai khalifah di bumi, yang memiliki tanggung jawab menjaga lingkungan dan keseimbangan ekologi.
Melalui kajian ini, para santri diajak untuk menyadari betapa pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan alam. Alam menyediakan makanan yang kita nikmati setiap hari, tetapi Allah mengamanahkan kita untuk menjaga kelestariannya. Jika manusia bertindak berlebihan atau serakah, kerusakan alam akan sulit dihindari, dan generasi yang akan datang akan merasakan dampak negatifnya.
Sebagai penutup, Alvin mengingatkan bahwa setiap nikmat yang kita terima, termasuk makanan, harus dihargai dengan rasa syukur yang mendalam. “Kita harus menjadi penjaga alam ini, sebab semua yang ada di bumi ini adalah titipan untuk generasi mendatang,” tambahnya. Kajian yang penuh hikmah ini memberikan wawasan kepada para santri tentang makna syukur yang sesungguhnya dalam Islam, khususnya dalam memandang makanan sebagai anugerah dari Allah yang tak ternilai.
Editor : M Taufiq Ulinuha