
PWMJATENG.COM, Semarang – Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) kembali menggelar program MPR Goes to Campus. Kali ini kegiatan berlangsung di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Kamis (25/9/2025), dengan menghadirkan Wakil Ketua MPR RI, Edy Soeparno, sebagai narasumber utama.
Acara bertema “Menyambut Pertumbuhan Ekonomi Tinggi yang Berkelanjutan, Urgensi Transisi Energi” tersebut dihadiri Rektor Unimus, Masrukhi, jajaran pimpinan universitas, serta ratusan mahasiswa dari berbagai program studi.
Dalam sambutannya, Rektor Masrukhi menyampaikan rasa bangga atas kunjungan MPR RI. “Kami merasa berbahagia dan terhormat atas kehadiran Bapak Dr. Edy Soeparno di kampus kami. Semoga ini bukan kali terakhir beliau hadir, karena kami berharap ke depan ada lebih banyak kuliah umum dan diskusi produktif bersama MPR RI,” ucapnya.
Masrukhi memperkenalkan Unimus sebagai kampus dengan lebih dari 16.000 mahasiswa dan delapan fakultas. Ia juga menekankan komitmen kampus terhadap isu lingkungan, di antaranya melalui program penanaman pohon, pengelolaan lahan kosong, hingga inisiasi Hutan Wakaf untuk Pendidikan. “Kami berharap ada peluang kerja sama lebih lanjut dengan MPR RI dalam mendukung pelestarian lingkungan dan memperkuat nilai keberlanjutan,” tambahnya.

Dalam paparannya, Edy Soeparno menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8 persen, namun transisi energi menjadi kunci agar kemajuan tidak mengorbankan kelestarian alam.
“Dominasi batu bara masih menyumbang sekitar 61 persen dalam bauran energi nasional. Padahal, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa, seperti surya, angin, air, dan panas bumi dengan total potensi mencapai 3.700 GW,” jelas Edy.
Baca juga, Menafsir Ulang Sirah Nabawiyah: Dari Narasi Mitos Menuju Pemahaman Historis
Ia menegaskan, percepatan transisi energi mendesak dilakukan agar Indonesia tidak terus bergantung pada energi fosil. Langkah itu juga penting untuk mendukung target dekarbonisasi pada 2060. Edy menyebut, percepatan legislasi RUU Energi Baru Terbarukan (EBET) dan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim menjadi bagian penting dalam agenda tersebut.
Selain isu energi, Edy juga mengingatkan soal persoalan sampah. Ia mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup yang menunjukkan 60 persen sungai di Indonesia telah tercemar limbah domestik dan plastik.

Menurutnya, pengelolaan sampah harus lebih inovatif, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Waste to Energy. “Kampus adalah pusat lahirnya ide-ide akademik berbasis data. Saya ajak seluruh mahasiswa Unimus untuk aktif berkontribusi, baik melalui riset, gerakan nyata, maupun perubahan pola pikir, seperti mematikan listrik saat tidak digunakan dan memilah sampah sejak dari sumbernya,” tegasnya.
Di hadapan mahasiswa, Edy menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam menghadapi tantangan iklim. Ia mendorong mahasiswa agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut aktif memberi solusi.
Program MPR Goes to Campus sendiri merupakan rangkaian kegiatan yang menyasar 34 kampus di 12 kota di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan melibatkan civitas akademika dalam membangun gagasan kebijakan berbasis keberlanjutan, sekaligus mendorong peran aktif mahasiswa dalam isu krisis iklim dan transisi energi.
Acara di Unimus ditutup dengan diskusi interaktif. Mahasiswa terlihat antusias menyampaikan pertanyaan dan gagasan. Edy mengaku optimistis dengan semangat mahasiswa Unimus. “Saya yakin dari kampus ini akan lahir gagasan-gagasan segar untuk menjawab tantangan perubahan iklim ke depan,” pungkasnya.
Kontributor : Tri
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha