
PWMJATENG.COM, Surakarta – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mencetak prestasi di tingkat nasional. Mereka berhasil meraih hibah pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) 2025 yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Tim lintas program studi ini dipimpin Iswanti (Pendidikan Geografi 2022) dengan anggota Unsa Laini Rahmawati (Pendidikan Geografi 2022), Isnaeni Hasna Hanisah (Ekonomi Pembangunan 2024), Annisa Rahmawati (PGSD 2023), serta Genta Pandu Wicaksana Naufal Ristofandi (PGSD 2023). Mereka mengusung program berjudul “Jejak Sangiran di Tangan Gen Alpha: Polisi Anak Purba sebagai Agen Muda Pelestari Cagar Budaya”.
Di bawah bimbingan Siti Azizah Susilawati, dosen Pendidikan Geografi UMS, tim ini merancang metode pembelajaran kreatif yang mengajak siswa sekolah dasar di sekitar Situs Manusia Purba Sangiran untuk peduli terhadap pelestarian warisan budaya dunia.
“Wilayah tersebut merupakan salah satu situs arkeologi paling penting di dunia dan menyimpan potensi besar dalam edukasi sejarah serta pembangunan karakter berbasis kearifan lokal,” ungkap Siti Azizah saat ditemui pada Sabtu (9/8).
Kegiatan dilaksanakan di SD Negeri Krikilan 1, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, yang berada tepat di jantung kawasan Sangiran. Sasaran utamanya adalah siswa yang tinggal di wilayah tersebut, namun belum memiliki kesadaran penuh untuk menjaga cagar budaya.
Menurut Siti, pendekatan yang digunakan ramah bagi generasi Alpha. Salah satunya melalui teknologi Augmented Reality (AR) yang memungkinkan siswa mempelajari fosil dan artefak secara virtual dalam bentuk 3D interaktif. “Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap sejarah dan budaya secara visual dan kontekstual,” paparnya.
Baca juga, Zakat Kontemporer dalam Perspektif Muhammadiyah: Menafsir Ulang Delapan Asnaf dalam Konteks Kehidupan Modern
Program ini terdiri dari rangkaian kegiatan edukatif yang saling terhubung. Pertama, Kelas Jejak Purba menghadirkan pembelajaran berbasis cerita interaktif, video dokumenter, dan kuis sejarah yang dirancang menarik agar siswa mudah memahami kehidupan masa prasejarah.
Selanjutnya, Ekspedisi Jejak Fosil mengajak siswa menjelajahi kawasan sekitar Situs Sangiran, mengamati struktur geologi, dan menggambar temuan sebagai bentuk refleksi visual.

Sesi berikutnya adalah Akademi Polisi Anak Purba, pembelajaran berbasis permainan edukatif yang memuat nilai konservasi dan tanggung jawab sosial. Dalam sesi ini, siswa mengikuti tantangan kreatif dan kolaboratif. Dari sini akan terpilih sejumlah siswa yang dinobatkan sebagai Polisi Anak Purba.
“Mereka nantinya akan bertugas sebagai duta muda pelestari budaya di sekolah dan lingkungannya. Selanjutnya, siswa akan dilibatkan dalam Posko Jaga Warisan, yakni aksi kampanye mini di sekolah dan desa,” jelas Siti.
Para Polisi Anak Purba akan membuat poster, bergotong royong membersihkan lingkungan, dan memberikan edukasi kepada teman sebaya tentang pentingnya menjaga cagar budaya.
Puncak kegiatan adalah Festival Polisi Anak Purba, yang menjadi ajang apresiasi karya siswa sekaligus melibatkan pihak sekolah, masyarakat, dan pengelola museum.
Ketua tim, Iswanti, menegaskan keterlibatan siswa sebagai Polisi Anak Purba merupakan pendekatan simbolik untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap warisan budaya sejak dini. “Mereka tinggal di kawasan bersejarah dunia, tetapi belum tentu memahami nilainya. Kami ingin menjembatani hal itu dengan pendekatan yang menyenangkan dan dekat dengan dunia mereka,” ujarnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha