
PWMJATENG.COM, Surakarta – Sebanyak 12 mahasiswa Pendidikan Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) angkatan X yang bertugas di Puskesmas Baki menggelar penyuluhan kesehatan bertema “Kenali dan Cegah Nyeri Punggung Bawah”. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Lansia di Balai Desa Duwet, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Sekitar 60 warga lanjut usia (lansia) hadir dalam kegiatan tersebut. Tujuannya, memberikan pemahaman tentang bahaya nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah “boyokan”. Kondisi ini sering dianggap sepele, padahal bisa menurunkan produktivitas, mengurangi kemandirian, bahkan mengganggu kualitas hidup para lansia.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2023, nyeri punggung bawah masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Sebagian besar warga Desa Duwet yang bekerja sebagai petani rentan mengalaminya akibat kebiasaan membungkuk di sawah, mengangkat beban berat, serta posisi kerja yang tidak ergonomis.
Aulia Farah Maharani, mahasiswa Profesi Fisioterapis UMS angkatan X kelompok 3, menjelaskan bahwa nyeri punggung bawah adalah rasa sakit atau ketidaknyamanan di area punggung bagian bawah akibat gangguan pada otot, tulang, saraf, maupun sendi. Faktor pemicunya bisa berasal dari kebiasaan kerja yang salah, kurang aktivitas fisik, hingga proses penuaan.
“Kami menjelaskan gejala LBP, seperti nyeri dari pinggang hingga bokong, rasa kaku di punggung, keterbatasan gerak, hingga kesemutan di tungkai. Kami juga melatih peserta cara mengangkat beban yang benar, yakni dengan posisi jongkok, punggung lurus, dan memanfaatkan otot kaki, bukan punggung,” terang Aulia, Sabtu (4/10).
Tak hanya teori, para lansia juga diajak mempraktikkan gerakan peregangan serta penguatan otot sederhana yang bisa dilakukan di rumah. Latihan itu bertujuan menjaga kelenturan dan stabilitas tulang belakang. Suasana penyuluhan pun terasa hidup saat peserta mengikuti setiap gerakan dengan antusias, meski sebagian masih terlihat kaku.
Untuk mengukur pemahaman peserta, mahasiswa memberikan kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan. Hasilnya menunjukkan peningkatan pengetahuan warga tentang penyebab, gejala, dan pencegahan nyeri punggung bawah. “Beberapa peserta bahkan baru tahu cara mengangkat beban yang benar dan merasa lebih percaya diri menerapkannya,” ujar Aulia.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Di sela kegiatan, Posbindu tetap melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin. Lansia mendapat layanan cek tekanan darah, berat badan, lingkar perut, kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol. Data tersebut kemudian dicatat oleh bidan desa serta kader posyandu sebagai bahan evaluasi kesehatan warga.
Aulia menambahkan, penyuluhan yang digelar Rabu (13/8) itu menjadi bukti nyata kolaborasi antara perguruan tinggi, fasilitas kesehatan, dan masyarakat desa. Edukasi ergonomi bagi petani dan pembiasaan olahraga ringan diharapkan mampu menekan angka kejadian LBP di wilayah pedesaan.

Bidan Desa Duwet, Dewi Rohani, turut mengapresiasi keterlibatan mahasiswa UMS dalam kegiatan tersebut. “Alhamdulillah, saya sangat terbantu karena biasanya bekerja sendiri. Warga pun senang mendapatkan ilmu baru tentang latihan nyeri punggung dan teknik mengangkat barang dengan aman,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Duwet, Suparno, menyampaikan terima kasih atas kehadiran mahasiswa. Menurutnya, kehadiran mereka membuat kegiatan Posbindu lebih lengkap. “Tidak hanya pemeriksaan kesehatan, tetapi juga penyuluhan dan latihan langsung. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa berlanjut,” tuturnya.
Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan seputar kebiasaan yang bisa memicu nyeri punggung. Melalui praktik langsung, peserta merasa lebih mudah memahami cara menjaga kesehatan punggung.
Suparno menegaskan, kegiatan mahasiswa Fisioterapis UMS di Desa Duwet tidak hanya memberi wawasan baru, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat agar lebih mandiri menjaga kesehatan. “Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan di desa-desa lain agar lansia semakin sehat, produktif, dan bahagia,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha