
PWMJATENG.COM, Karanganyar – SMP Muhammadiyah 8 Kebakkramat, Karanganyar, sukses menyelenggarakan kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT) pada Kamis–Jumat, 23–24 Oktober 2025. Mengusung tema “Menguatkan Iman, Meneguhkan Akhlak, Mewujudkan Pelajar Berkemajuan,” kegiatan ini menjadi ajang pembentukan karakter dan spiritualitas siswa secara menyeluruh.
MABIT dirancang tidak hanya menekankan penguatan iman, tetapi juga disiplin fisik dan mental. Selama dua hari penuh, para siswa mengikuti beragam aktivitas yang membangun kesadaran religius dan tanggung jawab diri. Suasana kekeluargaan terasa sejak kegiatan dibuka pada sore hari hingga berakhir keesokan paginya.
Sesi awal diisi dengan muroja’ah atau pengulangan hafalan Al-Qur’an yang dipandu oleh Marwan. Dalam kegiatan ini, para siswa diajak untuk memperdalam cinta terhadap Al-Qur’an dan menghayati makna ayat-ayatnya. “Membaca Al-Qur’an bukan hanya kewajiban, tetapi kebutuhan jiwa agar hati tetap hidup,” ujarnya dalam pembukaan yang penuh semangat.
Setelah penguatan spiritual, peserta mengikuti latihan baris berbaris (PBB) yang dipandu Althur Permana. Latihan ini dirancang untuk menanamkan disiplin, kekompakan, serta semangat kebersamaan. Menurut Althur, kedisiplinan merupakan bagian penting dari jati diri pelajar berkemajuan. “Disiplin bukan soal baris yang lurus, tapi tentang melatih diri untuk taat aturan dan tangguh menghadapi tantangan,” katanya.
Menjelang malam, suasana berubah lebih tenang dan reflektif. Dalam Kajian I, Andi Sugihartono menyampaikan materi bertema “Menguatkan Iman dan Takwa sebagai Pelajar Muhammadiyah.” Ia menegaskan pentingnya identitas pelajar sebagai kader persyarikatan yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan semangat kemajuan.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Sesi berikutnya diisi oleh Paryono, Ketua PCM Kebakkramat, yang membawakan Kajian II bertema “Adab sebagai Pelajar terhadap Orang Tua, Guru, dan Teman Sebaya.” Dalam pesannya, ia mengingatkan pentingnya akhlak sebagai cermin keimanan. “Pelajar Muhammadiyah harus menjadi teladan adab. Ilmu setinggi apa pun tidak akan berarti tanpa sopan santun kepada guru dan orang tua,” tutur Paryono dengan nada menekankan.
Kajian III yang dipandu Sutiyem menutup sesi kajian dengan topik “Meneguhkan Hati dalam Menjalani Proses Perbaikan Diri.” Ia mengajak siswa untuk terus berproses menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak mudah menyerah menghadapi ujian hidup. “Perubahan itu butuh waktu, tapi istiqamah akan membawa pada hasil yang baik,” pesannya penuh motivasi.

Puncak kegiatan berlangsung dalam suasana hening dan haru. Bara Lesara memandu sesi muhasabah bertema “Berbakti kepada Orang Tua.” Tangis haru para siswa pecah ketika mereka diajak merenungkan pengorbanan orang tua dan berjanji untuk menjadi anak yang lebih berbakti.
MABIT kemudian ditutup dengan refleksi bersama. Kepala sekolah menyampaikan apresiasi atas semangat para siswa yang mengikuti kegiatan dengan antusias. Ia berharap nilai-nilai yang diperoleh tidak berhenti di acara ini saja. “Kami melihat MABIT sebagai investasi spiritual dan karakter. Anak-anak tidak hanya belajar menginap di sekolah, tetapi belajar hidup dengan iman, akhlak, dan kedisiplinan,” ungkap salah satu guru pembimbing dalam sambutannya.
Kontributor : Agus
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



