Liputan Aktifitas MDMC di Posko Gunung Merapi
SEMARANG – Respon warga Muhammadiyah Jawa Tengah terhadap korban bencana erupsi Gunung Merapi berjalan dengan baik. Sebelum Gunung Merapi mengeluarkan erupsi, MDMC Jawa Tengah telah mengumpulkan tim MDMC dari Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Klaten dan Boyolali. Persiapan tersebut menunjukkan kesiapan dan perencanaan yang matang dari MDMC Jawa Tengah. Persiapan tersebut juga dipertegas dengan surat edaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, pasca Gunung Merapi mengeluarkan materi vulkanik pada tanggal 26 Oktober 2010. Segala distribusi bantuan diarahkan ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Magelang dan Kabupaten Klaten.
Tim yang diketuai oleh, Naibul Umam tersebut, juga terus berkonsolidasi dengan beberapa pihak yang terkait dengan bencana erupsi Gunung Merapi. Salah satunya dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, yang memberikan penjelasan perkembangan Gunung Merapi pada aspek tingginya ancaman erupsi dan kemungkinan terjadi erupsi yang sifatnya tidak lazim atau di luar letusan normal Gunung Merapi, sehingga MDMC Jaawa Tengah menilai bahwa erupsi Gunung Merapi unpredictable (tidak bisa diprediksi).
BPPTK saat itu menjelaskan bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi tanggal 26 Oktober baru mengeluarkan bebatuan dan abu, belum lava pijarnya. Hal tersebut berarti dapat dimungkinkan akan terjadi letusan berikutnya dan kemungkinan letusan tersebut eksplosif dengan semburan (tidak ‘ndledek’ seperti lazimnya letusan tipe Gunung Merapi). Bila ini yang terjadi maka Magelang terkena dampak di semua Kawasan Rawan Bencana (KRB). Demikian halnya dengan Sleman.
Oleh karena itu, MDMC Jawa Tengah mengembangkan skenario penyelamatan warga hingga ke Kota Magelang dan kota-kota di sekitarnya karena Magelang diprediksikan akan lumpuh.
Posko Muhammadiyah Jawa Tengah di Magelang berada di unit Talun Kidul, Desa Banyudono, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, dengan koordinator Asroni (CP: 081 328 041 771) dan Ana Sulistyaningrum (CP: 085 743 033 328). Asroni adalah tokoh KOKAM dan tokoh pemuda setempat, serta menjadi penghubung dengan BPPTK sehingga bila ada informasi tentang aktivitas merapi bisa lebih cepat direspon.
Posko Muhammadiyah Jawa Tengah di Klaten berada di dua tempat, yaitu di Desa Bawukan, dan Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, dengan koordinator Marjuki (CP: 081 567 014 95) dan Diah Ani Indarti (CP: 085 739 083 883).
Dari segi penanganan kesehatan, untuk Magelang diterjunkan tim kesehatan melalui koordinasi dengan Direktur RS. Roemani. RS Roemani Semarang ditempatkan di Kecamatan Dukun, di enam titik Tempat Pengungsian Sementara (TPS), PKU Muhammadiyah Temanggung ditempatkan di Kecamatan Dukun, di tiga titik TPS, PKU Muhammadiyah Sruweng di Kecamatan Sawangan, dan PKU Muhammadiyah Kendal di Tempat Pengungsian Akhir (TPA) di Desa Tanjung.
MDMC Jawa Tengah, juga mengatur management posko induk MDMC di Magelang yang ditata beberapa kluster, yaitu kluster kesehatan, pendidikan, logistik, informasi dan komunikasi, serta kluster air dan sanitasi. Pembentukan kluster tersebut dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di TPS mandiri yang dikelola Muhammadiyah Jawa Tengah.
MDMC Jawa Tengah membuat TPS Mandiri karena menilai respon Pemerintah Magelang, Boyolali dan Klaten kurang bagus. Demikian halnya dengan jumlah lembaga non-pemerintah yang memberikan respon darurat, sehingga pelayanan terhadap pengungsi dirasakan kurang efektif dan optimal.
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah melalui BPBD Jateng juga belum mampu berkoordinasi secara optimal. Akibatnya, di lapangan kerapkali ditemui pelayanan kepada pengungsi yang masih jauh dari standar. Beberapa yang menjadi catatan antara lain mobilisasi dan evakuasi warga, dapur umum, tempat penampungan air, distribusi air bersih dan kebersihan TPS.
Penanganan Pasca Erupsi Dahsyat
Dukungan dari warga muhammadiyah setempat dan beberapa lembaga terus berdatangan sehingga memudahkan operasional. BNPB-UNDP bekerjasama dengan Muhammadiyah dan NU di Magelang melakukan pendataan pengungsi, masing-masing menyiapkan relawan sejumlah 100 orang. Muhammadiyah Jawa Tengah ikut melibatkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang, dan Angkatan Muda Muhammadiyah di Magelang.
Tanggal 6 November 2010, KOKAM Jawa Tengah juga mengerahkan personil untuk membantu pengelolaan TPS. Yang sudah terlibat adalah Kokam Kudus (14 orang) dan Juwono Pati (6 orang). Masing-masing bekerja selama 4 hari
Selasa, 9 November 2010, MDMC Jawa Tengah mengadakan pertemuan dengan Majelis Dikdasmen se-Karesidenan Kedu membahas pendampingan belajar kepada anak-anak yang berada di TPS. Prioritas pendampingan terutama untuk anak-anak yang akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional.
Universitas Muhammadiyah Magelang juga membuka kampus II menjadi tempat penampungan akhir (TPA) dengan kapasitas 500-700 orang.
Tim kesehatan dari PKU Muhammadiyah yang diterjunkan pada gelombang kedua, yaitu 30 Oktober – 2 November 2010 antara lain PKU Muhammadiyah Singkil Tegal (5 org) dan PKU Muhammadiyah Purworejo (3 org). Lokasi layanan kesehatan berada di Kecamatan Dukun dan Srumbung.
Erupsi kedua tanggal 31/10/2010 pukul 00.40 WIB teridentifikasi sama dengan erupsi pertama 26/10/2010, berupa awan panas dan abu. Erupsi belum mengeluarkan lava pijar. Karena angin bertiup ke selatan, sehingga wilayah Jogjakarta yang paling parah terkena dampaknya dibandingkan dengan wilayah lain.
Erupsi ketiga terjadi senin tanggal 1/11/2010 pukul. 10.04 WIB dan terjadi berulang kali selama 50 menit hingga pukul 11.00 WIB. Angin mengarah ke Barat Daya dan Barat sehingga wilayah Magelang dan Boyolali yang merasakan dampaknya. Luncuran awan panas mencapai jarak 2 km dari puncak memasuki Kali Senowo, Kecamatan Dukun, Magelang.
Erupsi keempat terjadi dua kali pada selasa 2/11/2010 pukul. 06.10 WIB. Luncuran awan panas mencapai 3,5 km memasuki Kali Gendol Sleman dan belum mengeluarkan lava pijar.
Konsentrasi di TPS pondok pesantren Muntilan dan SMP Muhammadiyah 2 Sawangan, MDMC Jawa Tengah berkoordinasi dengan AMM untuk kegiatan pendampingan kepada pengungsi. Pertemuan diadakan di kantor PDM Magelang hari ahad 31/10/2010 yang didampingi PDM Kabupaten Magelang. AMM sepakat membentuk tim pendampingan dengan kegiatan antara lain kegiatan jamaah shalat fardlu, pengajian, kultum ba’da shalat, kegiatan untuk anak-anak, dsb.
Senin (1/11/2010), MDMC Jateng diundang rapat koordinasi dengan jaringan informasi dan komunikasi bencana merapi yang difasilitasi UNDP di Posko AJU BPBD Jawa Tengah Gedung Bakorlin Kota Magelang. Dalam pertemuan tersebut direncanakan MDMC Jateng terlibat dalam program pendataan dan update kondisi TPS/TPA di 3 Kabupaten (Magelang,Boyolali dan Klaten).
Dalam kesempatan pertemuan dengan UNDP, MDMC Jawa Tengah mendapatkan informasi bahwa PP Muhammadiyah dan NU telah bekerjasama dengan AUSAID (pemerintah Australia) dan mendapatkan bantuan dana mencapai 500.000 US dolar.
Setelah erupsi ketiga terjadi, senin (1/11/2010) pukul. 10.04 WIB, wilayah Boyolali terkena dampak. Ketua PDPM Boyolali, Mahmud Zamani, menyampaikan informasi bahwa warga telah mengungsi terutama di Cepogo, Musuk dan Selo sejumlah 8 ribu jiwa. Mahmud menyampaikan tentang kesiapan PDM Boyolali membuka posko darurat. Mahmud mengaku masih kesulitan memobilisasi kawan-kawan AMM untuk mendukung pendirian posko.
Posko Klaten sudah aktif terutama di TPS Dompol dengan melibatkan AMM untuk pendampingan pengungsi dan anak. Setiap hari ditugaskan 30 orang mulai pukul 15.00 s/d 18.00 WIB. Posko Bawukan belum bisa efektif mengingat masjid yang digunakan untuk aktivitas sudah lebih dahulu dipergunakan oleh relawan dari Partai Keadilan Sejahtera.
Selasa (2/11/2010) MDMC Jawa Tengah berkoordinasi dengan PDM Magelang dan seluruh PCM se-Magelang, serta PRM khusus di wilayah kecamatan Srumbung, Dukun dan Sawangan. Dalam pertemuan tersebut dibahas rencana kontijensi pengamaan aset untuk mobilisasi dan evakuasi warga muhammadiyah. (Udn)