
PWMJATENG.COM – Gerakan Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah menegaskan diri sebagai organisasi Islam yang berkomitmen pada pembaruan dan kemajuan umat. Konsep Islam Berkemajuan bukan sekadar jargon, melainkan visi peradaban yang ingin diwujudkan dalam kehidupan nyata. Hal itu kembali ditegaskan oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Zakiyuddin Baidhawy, dalam sebuah tausiyah yang menyentuh aspek ideologis, spiritual, dan praksis gerakan.
Zakiyuddin, yang juga Rektor UIN Salatiga, menyampaikan bahwa Islam Berkemajuan merupakan pandangan hidup yang berpijak pada ajaran tauhid, Al-Qur’an, dan sunah Nabi Muhammad saw. Lebih jauh, ia menekankan bahwa gerakan ini dilandasi semangat tajdid atau pembaruan, bersikap moderat (washatiyah), dan menghadirkan rahmat bagi seluruh alam semesta.
Menurutnya, kelima prinsip tersebut menjadi pilar utama yang harus dijaga dan dikembangkan di berbagai lini kehidupan umat, mulai dari bidang pendidikan, sosial, budaya, hingga politik kebangsaan. “Islam Berkemajuan bukan sekadar slogan. Ini adalah model peradaban yang berpijak pada tauhid, Al-Qur’an dan sunah, serta semangat tajdid. Ini juga mencakup sikap washatiyah yang moderat dan visi rahmatan lil ‘alamin yang inklusif,” tuturnya dalam kesempatan itu.
Tauhid sebagai Fondasi Peradaban
Prinsip pertama yang menjadi pilar Islam Berkemajuan adalah tauhid. Bagi Muhammadiyah, tauhid bukan hanya ajaran teologis, tetapi juga dasar ideologis dan spiritual yang memandu setiap aspek kehidupan. Tauhid meneguhkan keesaan Allah dan menolak segala bentuk syirik, sekaligus mengarahkan manusia untuk menata kehidupan berdasarkan nilai-nilai ilahiah.
Al-Qur’an menegaskan:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Ayat tersebut menjadi peneguhan bahwa seluruh amal perbuatan manusia harus bersumber dari kesadaran tauhid. Zakiyuddin menekankan, dengan berpegang pada tauhid, umat Islam akan terbebas dari belenggu kemusyrikan, takhayul, maupun praktik yang bertentangan dengan ajaran murni Islam.
Al-Qur’an dan Sunah sebagai Sumber Inspirasi
Prinsip kedua adalah menjadikan Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw. sebagai landasan utama gerakan. Muhammadiyah, menurut Zakiyuddin, selalu menempatkan wahyu sebagai sumber inspirasi pembaruan. Kedua sumber ini tidak hanya dipahami secara tekstual, tetapi juga kontekstual agar ajaran Islam mampu menjawab problematika zaman.
Baca juga, Brand ID Milad ke-113
Dalam pandangan Muhammadiyah, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunah berarti menjaga kemurnian ajaran sekaligus membuka ruang kreatif dalam mengamalkannya. Dengan demikian, Islam Berkemajuan mampu menghadirkan solusi bagi tantangan modernitas tanpa kehilangan akar tradisi keagamaannya.
Ijtihad dan Tajdid: Menjawab Tantangan Zaman
Prinsip ketiga adalah ijtihad dan tajdid. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan tajdid yang sejak awal mendorong lahirnya pemikiran kritis dan inovatif. Zakiyuddin menegaskan bahwa Islam Berkemajuan tidak boleh berhenti pada dogmatisme. Sebaliknya, umat dituntut untuk berijtihad dalam merespons perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta dinamika sosial-politik.
Hadis Nabi Muhammad saw. menyebutkan:
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk umat ini pada setiap awal seratus tahun orang yang memperbarui urusan agamanya.” (HR. Abu Dawud)
Hadis tersebut menjadi landasan teologis penting bagi semangat tajdid yang dipegang Muhammadiyah. Dengan tajdid, Islam senantiasa relevan, dinamis, dan mampu memberikan jawaban atas problematika kontemporer.
Washatiyah: Sikap Moderat yang Adil
Prinsip keempat adalah bersikap washatiyah atau moderat. Islam Berkemajuan tidak menoleransi sikap ekstrem, baik ekstrem kanan maupun kiri. Washatiyah berarti mengambil posisi tengah yang adil, proporsional, dan membawa maslahat.
Zakiyuddin menekankan bahwa umat Islam harus menghindari fanatisme sempit, kekerasan, maupun sikap intoleran. Washatiyah menjadi jalan tengah untuk membangun kerukunan, mengedepankan musyawarah, serta menjaga persatuan bangsa. Inilah yang menjadikan Islam Berkemajuan relevan dalam konteks Indonesia yang plural dan multikultural.
Rahmatan lil ‘Alamin: Islam yang Inklusif
Prinsip kelima adalah mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Konsep ini bermakna bahwa Islam hadir membawa rahmat bagi seluruh manusia, bahkan bagi seluruh alam semesta. Al-Qur’an menegaskan:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Ayat tersebut menunjukkan misi universal Islam yang inklusif dan humanis. Dalam kerangka Islam Berkemajuan, Muhammadiyah menekankan pentingnya menebar kebaikan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta menghadirkan manfaat bagi kehidupan global.
Zakiyuddin menuturkan bahwa rahmatan lil ‘alamin berarti Islam tidak boleh eksklusif, melainkan harus mampu berdialog dengan semua kalangan. Sikap ini akan membawa wajah Islam yang ramah, solutif, dan mencerahkan.
Meneguhkan Gerakan Islam Berkemajuan
Lima prinsip yang disampaikan Zakiyuddin Baidhawy tersebut mencerminkan karakter Islam Berkemajuan sebagai agama yang membebaskan, mencerahkan, dan memberdayakan. Prinsip tauhid meneguhkan fondasi spiritual, Al-Qur’an dan sunah memberikan arah, ijtihad dan tajdid mendorong pembaruan, washatiyah meneguhkan keseimbangan, dan rahmatan lil ‘alamin menghadirkan Islam yang inklusif.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha