Berita

Lazismu Jateng Lahirkan Inovasi Sosial: Enam Hari “Sekolah Program” Cetak Amil Profesional

PWMJATENG.COM, Semarang – Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) Wilayah Jawa Tengah (Jateng) kembali menunjukkan kesungguhannya dalam memperkuat dampak sosial melalui pengelolaan dana umat yang berkelanjutan. Upaya itu diwujudkan lewat kegiatan bertajuk “Sekolah Program Lazismu se-Jateng,” sebuah pelatihan intensif selama enam hari yang digelar di Hotel Candi Indah, Semarang, sejak Jumat (10/10) hingga Rabu (15/10/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh 50 amil terbaik dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Mereka berkumpul untuk memperdalam teori, praktik, dan inovasi dalam pengelolaan program filantropi Islam. Tujuannya jelas: meningkatkan kapasitas berpikir dan keterampilan agar program Lazismu semakin berdampak luas di masyarakat.

Ketua Badan Pengurus (BP) Lazismu Jateng, Dwi Swasana Ramadhan, menegaskan bahwa profesionalisme merupakan kunci utama dalam mengelola amanah umat. “Sekolah Program ini adalah investasi masa depan Lazismu. Kami ingin para amil tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga mampu menilai dan mengukur dampak dari setiap program yang dijalankan,” ujarnya.

Menurutnya, keberhasilan lembaga amil tidak semata-mata diukur dari jumlah dana yang berhasil dihimpun, melainkan dari sejauh mana program tersebut mampu mengubah kehidupan mustahik menjadi muzaki. Ia menambahkan bahwa peningkatan kapasitas amil akan memperkuat efektivitas pendayagunaan dana zakat agar manfaatnya benar-benar terasa bagi masyarakat bawah.

Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!

Sementara itu, Direktur Lazismu Pusat, Ibnu Tsani, yang turut hadir dalam pembukaan acara, memberikan apresiasi terhadap inisiatif Lazismu Jawa Tengah. Ia menyebut langkah tersebut layak dijadikan model nasional. “Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah fondasi utama. Di era saat ini, niat baik saja tidak cukup. Kita perlu keahlian manajerial dan kemampuan teknis agar zakat, infak, dan sedekah benar-benar menghasilkan perubahan sosial yang nyata,” katanya memberi semangat.

Dukungan serupa juga datang dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir. Dalam arahannya, ia menegaskan bahwa tugas amil merupakan amanah keagamaan yang luhur. Karena itu, pengelolaan zakat harus dijalankan secara profesional, modern, dan berprinsip pada nilai-nilai syariah. “Filantropi Islam harus menjadi gerakan tajdid yang berkemajuan. Melalui pelatihan ini, saya berharap amil dapat memadukan nilai keislaman dengan sistem manajemen yang mutakhir,” tuturnya.

Tidak hanya teori, kegiatan ini juga disusun dengan format praktik lapangan di kawasan Bandarharjo, Barutikum, Semarang. Lokasi tersebut dipilih agar peserta dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat dan memahami tantangan sosial-ekonomi di lapangan. Di sana, mereka berlatih merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pemberdayaan sesuai konteks lokal.

Selama enam hari pelaksanaan, peserta mendapat pembelajaran tentang penyusunan Theory of Change, pengukuran Social Return on Investment (SROI), serta teknik monitoring and evaluation berbasis dampak. Metode ini diharapkan membentuk cara berpikir sistematis dan visioner di kalangan amil Lazismu.

Dengan pelatihan tersebut, Lazismu Jawa Tengah berharap setiap amil mampu merancang program yang tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga transformatif dan berkelanjutan. “Kami ingin memastikan setiap rupiah dana zakat benar-benar menjadi energi perubahan sosial,” ujar Dwi Swasana menutup kegiatan.

Kontributor : Jabbar
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE