PWMJATENG.COM, Surakarta – Dalam upaya menanamkan rasa cinta tanah air pada anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat – Kemitraan Internasional (PKM-KI) di Sungai Buloh, Malaysia. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep matematika melalui permainan tradisional.
Melalui kegiatan bertema “Program Peningkatan Cinta Tanah Air Indonesia melalui Pembelajaran Matematika Terintegrasi Permainan Tradisional,” tim yang dipimpin oleh Naufal Ishartono, bersama anggota lainnya, yaitu Nuqthy Faiziyah, Adi Nurcahyo sebagai dosen, serta Fayza Putri Chalistha, mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UMS, berkolaborasi dengan Sanggar Bimbingan (SB) Sungai Buloh.
Fokus kegiatan ini adalah siswa-siswa Sanggar Bimbingan di Sungai Buloh. Harapannya, pengabdian ini dapat memberikan solusi dalam mengajarkan konsep matematika sambil menumbuhkan kecintaan pada budaya bangsa melalui permainan tradisional.
Baca juga, Raja-Raja Islam dalam Lintasan Sejarah Indonesia: Pilar Kejayaan Nusantara
“Pengabdian ini mengintegrasikan permainan tradisional seperti congklak, benthik, dan engklek dalam pembelajaran matematika,” ujar Fayza Putri Chalistha, Jumat (6/9). Menurutnya, siswa belajar matematika dengan cara menyenangkan, menggunakan permainan yang melibatkan konsep matematika seperti penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.
Permainan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berhitung, tetapi juga memperkenalkan sejarah dan filosofi di baliknya. Misalnya, melalui permainan benthik, siswa dapat memahami konsep bilangan ganjil-genap dan kelipatan dengan cara interaktif, sekaligus mempelajari nilai kerjasama yang tercermin dalam permainan tersebut.
Cikgu Yus, pengajar di Sanggar Bimbingan, mengatakan bahwa metode ini memberikan pengalaman belajar matematika yang berbeda. “Program ini sangat membantu. Siswa belajar dengan cara menyenangkan dan mengenal permainan tradisional Indonesia. Semoga bisa terus berlanjut,” ungkapnya.
Antusiasme siswa pun sangat tinggi. Mereka senang karena dapat belajar sambil bermain. “Seronok, Cikgu! Nak main lagi,” kata salah satu siswa dengan penuh semangat.
Kontributor : Yusuf
Editor : M Taufiq Ulinuha