Khutbah Jumat: Madharat Al-Ghuluwwu ( Korupsi )
Tulisan berikut memuat dua teks khutbah Jumat lengkap untuk digunakan sebagai bahan berkhutbah di masjid mana pun. Tema teks khutbah Jumat yang dimuat adalah Madharat Al-Ghuluwwu ( Korupsi ).
Teks Khutbah Jumat
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ للهِ حَقَ حَمْدِهِ,وَشُكْرُ للهِ حَقَ شُكْرِهِ,اَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلَا اللهُ قَادِرٌ عَلَى كُلِ خَلْقِهِ, وَاَشْهَدُ اَنَ مُحَمَدًا المُصْطَفَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ. اللهُمَ صَلِ وَسَلِمْ عَلَى نَبِيِنَا وَرَسُوْلَنَا وَحَبِيْبِنَا وَكُرَةِ اَعْيُنِنَا مُحَمَدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ اِلَى اَخِرِ حَيَاتِهِ. اما بعد: أَيُهَا الْحَاضِرُوْنَ, اُوْصِيْنِىْ وَإِيَاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ, إِتَقُوْا اللهَ حَقَ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَ إِلَا وَاَنْتُمْ تُسْلِمُوْنَ بِهِ. فَاعْلَمُوْا أَنَ اللهَ قَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ, أعوذ با لله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم.
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمً
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ, وَبَلَغَ رَسُوْلُهُ الْكَرِيْمِ, وَنَحْنُ عَلَى ذَالِكَ مِنَ الشَاهِدِيْنَ,
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِ الْعَالَمِيْنَ.
Hadirin Jamaah Jum’ah rakhimakumullah,
Kita panjatkan puji syukur kepada Allah swt atas nikmat sehat dan bebas dari terpapar covid 19 dan aneka turunan maupun mutasinya. Jika kita senantiasa bertaqarrub kepada Allah, umpama membaca Alquran, gelombang elektromagnetik tubuh kita akan meningkat higga bisa mencapai 350 Hz (Henrich Rudolf Hertz- penemu satuan ukuran gelombang elektromagnetik), sementara besaran gelombang electromagnik covid hanya 5,5 Hz dan akan mati pada frekuensi 25 Hz. Inilah temuan menakjubkan dari David R Hawkins dalam paper Power vs Force Istilah lainnya, menurut Mariasussai Davamony, manusia bisa memiliki voltase gaib manakala menghubungkan diri kepada Realitas Mutlak (hablum minallah). Jika voltase gaib kita lebih besar daripada voltase gaib corona, maka corona yang ada di dalam tubuh kita akan mati dengan sendirinya. Sebaliknya, jika orang itu pemalas, pemurung, pemarah, pengecut, susah, sebel, putus asa, tersinggungan, kurangsabaran, emosional, stress, dengki, syuudhan, akan menurunkan frekuensi Hz kita, bisa drop di bawah 5,5 Hz. Posisi demikian sangat rawan terkena serangan covid. Ketika Aa Gyim di rawat di RSPD, diperintahkan oleh dokter yang mengobatinya agar membaca Alquran keras-keras untuk menaikkan frekuensi Hz tubuhnya. Aa Gyim manut, maka dalam isolasi seminggu, perkembangan menuju sehat sangat signifikan. Karena itulah sekali lagi mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dalam arti sebenar-benar taqwa sejauh kita mampu, banyak berdzikir, membaca Alquran, bersedekah, berpuasa, dan amal-amal sholeh lainnya. Jangan sekali-kali menjatuhkan diri kita ke dalam kemaksiatan, apa pun jenisnya. Jangan suka berada di ruangan bawah tanah karena freuensinya sangat rendah, jangan sering-sering pergi tempat-tempat penjara karena tempat itu didominasi oleh mentalitas dendam, emosi, mencari-cari kesempaan berbuat jahat, yang menghasilkan energi negative dan menurunkan Hz, juga di tempat-tempat pusat bantuan karena lokasi itu didominasi oleh sifat-sifat melankolis, memelas, sakit hati, nggresulo, patah semangat yang semua menurunkan frekuensi Hz. Kalau ke sana, harus menggunakan pelindung diri lahir-batin secara baik.
Jamaah rakhimakumullah,
Makna secara bahasa dari kata Islam adalah taat, patuh, berserah diri, damai, dan selamat. Makna taat adalah apapun yang diperintahkan Allah kepada kita, mesti kita iyakan dengan tekad menjunjung tinggi titah Tuhan itu. Makna berserah diri antara lain tidak menanyakannya, apalagi membangkang. Jika kita berserahdiri kepada-Nya pasti selamat (dunia-akhirat). Jika kita selamat dari marabahaya pasti hati kita merasa damai dan tenteram.
Jamaah yang berbahagia,
Ayat yang khatib baca tadi mengenai hakikat Taubat menurut Allah, demikian tejemahnya:
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (ayat 17)
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih (ayat 18).
Pengertian taubat seperti digambarkan di ayat 17 tersebut bukan menurut makhluk, termasuk menurut Rasulullah, apalagi ulama yang mana pun. Rasulullah mengimani sepenuhnya terhadap devinisi Taubat menurut Allah itu. Allah menjelaskan bahwa, taubat itu karena berbuat jahad atas dasar kebodohan. Setelah sadar bahwa ternyata yang dilakukan itu jahad, lalu secepatnya bertaubat, tidak menunggu waktu tengah malam, satu syawwal, atau menunggu hari tuwa menjelang ajal. Bentuk tobatnya dikenal dengan nama taubatan nashuha, yaitu menyesali perbuatannya, berjanji tidak akan mengulangi, menyatakan dan memohon ampunan-Nya, tidak mengganti variasi kejahatan lainnya, dan mengisi dengan amal-amal sholeh dari waktu ke waktu. Jadi kalau berbuat jahad itu tahu bahwa itu jahad, taubatnya tidak akan diterima oleh Allah.
Jamaah Rakhimakumullah,
Ada jenis manusia bertaubat setelah menjelang ajal. Ia minta disyahadadi oleh kerabatnya atau ustadz yang dekat dengannya. Ketauhilah bahwa syahadat demikian ini ditolak oleh Allah mentah-mentah, seperti mau taubatnya Fir’aun. Allah memasukkan orang semacam ini ke dalam komunitas kuffaar. Kasus kematian ini pasti meninggalkan fitnah dan perpecahan di kalangan muslimin. Sebagian tidak mau merukti jenazahnya secara Islam, sebagian lain pasang badan untuk meruktinya secara Islam dengan bukti matinya sudah dalam syahadad, meskipun belum pernah shalat lalu mati, sebagian lainnya merukti secara Islam, tetapi dalam menyalatinya diniatkan shalat ghaib entah siapa umat Islam sejati yang wafat. Masing-masing kelompok ini saling membenarkan pendiriannya. Alhasil satu sama lain menjaga jarak sosial, muncul istilah minna wa minhum dan in group dan out group, “tetangga sebelah”, yang lama-lama menjadi saling mencurigai satu sama lain. Ketika suhu politik menghangat, jarak golongan Islam ini semakin menganga sehingga klaim radikal, terorisme, eksklufif, garis keras begitu mudah meluncur dari lidah yang nota bene berasal dari kaum muslimin muthi’in. Allahu Akbar.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Kalau melihat kondisi bangsa kita sekarang ini, sungguh memprihatinkan. Dalam GNB (global corruption barometer) Indonesia menempati 3 besar dalam hal korupsi, politik dinasti, dan kekerasan seksual. Terdapat 23 nama koruptor di atas 1,5 Trilyun. Baru-baru saja viral korupsi megatrilyun dalam peristiwa bansos, mencapai 3, 5 trilyun lebih. 21 bupati/walikota di Jawa tengah tertangkap OTT KPK. Tidak ada parpol pengusung bupati/walikota yang bersih dari korupsi, apakah itu partai berbasis nasional keagamaan maupun nasional sekuler. Kemenangan pemilukada diberitakan menggunakan dana haram, yaitu korupsi dan kolusi. Lebih mengherankan lagi, pelaku korupsi kelas kakap 70 % lebih lulusan S.3 (gelarnya doctor). Hingga bangsa Indonesia, yang secara demografis merupakan penduduk Islam terbesar di dunia, dikenal sebagai bangsa yang tingkat kepercayaannya nol, artinya bangsa Indonesia tidak dapat dipercaya sama sekali oleh negara lain (zero trust sosiaty). Negara-negara Islam di dunia dipimpin oleh Saudi Arabia membangun aliansi militer tidak memasukkan Indonesia dan Iran. Iran karena Syia, lha Indonesia karena tidak dapat dipercaya, well come kepada syiah, komunis, dan pluralis dengan alasan toleransi, yang aslinya kebablasen. Rakyat kecil pun ketika mendapat amanah, ternyata juga melakukan korupsi. Allahu Akbar.
Jamaah Rakhimakumullah,
Kata korupsi yang bahasa Arabnya al-ghuluwwu, dapat kita temukan dalam hadis-hadis Nabi. Bahwa, korupsi meskipun hanya senilai seutas tali sepatu, sebatang jarum tangan, ranting kecil kayu Arak sudah Rasulullah haramkan surga dan wajibkan neraka, dan beliau golongkan sebagai ghairu mu’minin. Demikian beberapa hadis berikut menjelaskannya:
- Nyempal Ranting kayu arak milik Orang lain tanpa seizinnya:
و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ كَعْبٍ السَّلَمِيِّ عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَأَوْجَبَ لَهُ النَّارَ قَالُوا وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِنْ كَانَ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ وَإِنْ كَانَ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ وَإِنْ كَانَ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Malik dari al- ‘Ala` bin Abdurrahman dari Ma’bad bin Ka’ab as-Salami dari saudaranya Abdullah bin Ka’ab bin Malik al-Anshari dari Abu Umamah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengambil hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mengharamkan surga atasnya dan baginya neraka.” Mereka bertanya; “Walaupun perkara yang kecil ya Rasulullah?” Beliau menjawab; “Walau hanya siwak dari kayu arak, walau hanya siwak dari kayu arak, walau hanya siwak dari kayu arak.” beliau mengatakannya tiga kali (HR. Malik, 1215). Dalam Riwayat an-Nasai hanya disebutkan satu kali 5324, ad-Darimi: 2490.
- Menyerobot sejengkal Tanah
وَ حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ أَبِي الْوَلِيدِ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَاهُ رَجُلَانِ يَخْتَصِمَانِ فِي أَرْضٍ فَقَالَ أَحَدُهُمَا إِنَّ هَذَا انْتَزَى عَلَى أَرْضِي يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَهُوَ امْرُؤُ الْقَيْسِ بْنُ عَابِسٍ الْكِنْدِيُّ وَخَصْمُهُ رَبِيعَةُ بْنُ عِبْدَانَ قَالَ بَيِّنَتُكَ قَالَ لَيْسَ لِي بَيِّنَةٌ قَالَ يَمِينُهُ قَالَ إِذَنْ يَذْهَبُ بِهَا قَالَ لَيْسَ لَكَ إِلَّا ذَاكَ قَالَ فَلَمَّا قَامَ لِيَحْلِفَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ اقْتَطَعَ أَرْضًا ظَالِمًا لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ قَالَ إِسْحَقُ فِي رِوَايَتِهِ رَبِيعَةُ بْنُ عَيْدَانَ
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Abu al-Walid, Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abdul Malik bin Umair dari ‘Alqamah bin Wail dari Wail bin Hujr dia berkata, “Saya berada di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datanglah dua orang laki-laki kepada beliau untuk mengadukan perselisihan mereka berkenaan dengan sebidang tanah. Salah seorang dari keduanya berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang ini menguasai tanahku pada masa jahiliyah.’ Orang itu adalah Umru’ al-Qais bin Abis al-Kindi, sedangkan rivalnya adalah Rabi’ah bin Ibdan. Beliau lalu bertanya: “Mana buktimu? ‘ Dia menjawab, ‘Saya tidak mempunyai bukti.’ Beliau bersabda: “Maka dia bersumpah.” Dia menjawab, ‘Jadi, dia bisa pergi membawa harta tersebut!. Rasulullah bersabda: “Kamu tidak memiliki hak kecuali hal tersebut (mengakui sumpah rivalnya).’ Perawi berkata, ‘Ketika Rabi’ah bin Ibdan berdiri untuk bersumpah, maka Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengambil tanah secara zhalim, maka dia akan bertemu Allah sementara Allah murka (kepadanya).” Ishaq menyebutkan dalam riwayatnya, ‘Rabi’ah bin Aidan (HR. Muslim: 200).
- Seutas Tali sepatu
حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ الدُّؤَلِيِّ عَنْ سَالِمٍ أَبِي الْغَيْثِ مَوْلَى ابْنِ مُطِيعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى خَيْبَرَ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْنَا فَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا وَلَا وَرِقًا غَنِمْنَا الْمَتَاعَ وَالطَّعَامَ وَالثِّيَابَ ثُمَّ انْطَلَقْنَا إِلَى الْوَادِي وَمَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدٌ لَهُ وَهَبَهُ لَهُ رَجُلٌ مِنْ جُذَامَ يُدْعَى رِفَاعَةَ بْنَ زَيْدٍ مِنْ بَنِي الضُّبَيْبِ فَلَمَّا نَزَلْنَا الْوَادِي قَامَ عَبْدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحُلُّ رَحْلَهُ فَرُمِيَ بِسَهْمٍ فَكَانَ فِيهِ حَتْفُهُ فَقُلْنَا هَنِيئًا لَهُ الشَّهَادَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلَّا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ لَتَلْتَهِبُ عَلَيْهِ نَارًا أَخَذَهَا مِنْ الْغَنَائِمِ يَوْمَ خَيْبَرَ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ قَالَ فَفَزِعَ النَّاسُ فَجَاءَ رَجُلٌ بِشِرَاكٍ أَوْ شِرَاكَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَبْتُ يَوْمَ خَيْبَرَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شِرَاكٌ مِنْ نَارٍ أَوْ شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abu ath-Thahir dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab dari Malik bin Anas dari Tsaur bin Zaid ad-Duali dari Salim Abu al-Ghaits mantan budak Ibnu Muthi’, dari Abu Hurairah. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan ini adalah haditsnya, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz -yaitu Ibnu Muhammad- dari Tsaur dari Abu al-Ghaits dari Abu Hurairah dia berkata, “Pada hari Khaibar kami keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga Allah memberi kemenangan kepada kami, namun tidaklah ghanimah (harta rampasan perang) yang kami peroleh berupa emas atau perak, melainkan harta benda, makanan dan pakaian. Kemudian kami bergegas menuju sebuah bukit. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu bersama dengan budak beliau yang dihadiahi oleh seorang lelaki dari Judzam yang biasa dipanggil dengan nama Rifa’ah bin Zaid dari bani Adl-Dlubaib. Ketika kami sampai di bukit itu, budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut berdiri untuk melepaskan ikatan tali pelananya. Namun tiba-tiba dia dipanah, dan menemui ajalnya di sana. Kami pun berkata, ‘kami mengucapkan selamat baginya wahai Rasulullah karena telah mendapatkan mati syahid.’ Tapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam malah berkata: ‘Tidak, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh ia akan dilahab oleh api neraka karena selimut dari ghanimah perang Khaibar yang diambilnya sebelum dibagikan.’ Abu Huraitah berkata, ‘Orang-orang pun terhenyak kaget. Setelah itu datanglah seorang lelaki dengan membawa seikat atau dua ikat tali sandal seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku dapatkan ini saat perang Khaibar’. Maka Rasul pun berkata: ‘Seikat tali sandal dari api neraka atau dua ikat tali sandal dari api neraka (HR.Muslim: 166, Abu Dawud, 2336, an-Nasai: 3767, Malik: 869, Bukhari: 3908, 6213).
- Satu biji Jarum
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ حَدَّثَنِي قَيْسٌ قَالَ حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ عُمَيْرَةَ الْكِنْدِيُّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ عُمِّلَ مِنْكُمْ لَنَا عَلَى عَمَلٍ فَكَتَمَنَا مِنْهُ مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ فَهُوَ غُلٌّ يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ أَسْوَدُ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالَ سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وَكَذَا قَالَ وَأَنَا أَقُولُ ذَلِكَ مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَلْيَأْتِ بِقَلِيلِهِ وَكَثِيرِهِ فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَهُ وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il bin Abu Khalid telah menceritakan kepadaku Qais ia berkata; telah menceritakan kepadaku Adi bin ‘Umairah al-Kindi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai para manusia, barangsiapa yang di antara kalian diserahi jabatan untuk mengurus pekerjaan, kemudian menyembunyikan sebuah jarum atau lebih dari itu dari kami, maka hal itu adalah sebuah pengkhianatan yang akan ia bawa pada Hari Kiamat.” Kemudian seorang laki-laki anshar berkulit hitam berdiri seakan aku pernah melihatnya, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, terimalah dariku pekerjaan anda! Beliau bersabda: “Apakah itu?” laki-laki itu menjawab, “Saya mendengar anda mengatakan demikian dan demikian.” Beliau bersabda: “Dan aku katakan: Barangsiapa yang kami beri jabatan untuk melakukan suatu pekerjaan maka hendaknya ia melakukan yang sedikit dan yang banyak! Lalu apa yang diberikan kepadanya boleh ia mengambilnya, dan apa yang dilarang darinya maka ia tinggalkan (Abu Dawud: 3110)
Kalau korupsi yang sepele saja demikian fatal akibatnya, bagaimana yang nilainya ratusan ribu, jutaan, milyaran, bahkan trilyunan. Rasanya tidak mungkin pelaku korupsi itu tidak mengetahui kalau itu perbuatan jahad karena agama apapun mengatakan bahwa mencuri, menggelapkan milik orang, korupsi, ngrampog, mbegal, mabuk, judi, cuci uang, seksualitas di luar nikah adalah perbuatan jahad. Dan, karena perbuatan jahad pelaku korupsi itu tahu akan kejahatannya, maka, menurut pemahaman dari surat an-Nisa’:17-18 ini takkan diterima taubatnya. Yang mungkin belum diketahui adalah kandungan ayat 17-18 surat an-Nisa’ ini. Jadi, yang terlanjur korupsi atau berbuat jahad lainnya sebelum mengetahui ayat ini dan bertaubat nasuha, mudah-mudahan Allah mengampuninya. Akan tetapi, kalau berbuat jahad, tahu bahwa itu jahad, tahu pula kandungan ayat 17-18 surat an-Nisa’ ini, maka taubatnya tidak akan diterima.
Jamaah Jumah Rakhimakumullah,
Mari kita Kembali kepada Allah. Kalau sekira ada milik kita yang diperoleh secara tidak halal, meskipun hanya seharga sebuah gorengan, sebatang rokok, atau apapun yang kita pandang sepele, kita kembalikan kepada yang berhak. Dengan begitu, semoga Allah, atas dasar rahmat-Nya berkenan mengampuni kita, dan menempatkannya ke dalam surga dengan ridhanya.
اَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا, فَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْمَعِيْنَ, إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الّرَحِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ إغْفِرْوَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرٌ الرَحِمِيْنَ.
Khutbah kedua
الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ , أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ…… إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا يَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سِيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إِبْرَاهِيْمَ, وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمّدٍ, كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إِبْرَاهِيْمَ, فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَلْحَمْدُ للهِ الّذِي نَشْهَدُ أنَّكَ يَا اَللهُ اَلْاَحَدُ الصَّمَدُ, اَلّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لهُ كُفُوًا اَحَدٌ. اَللَّهُمَّ إغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِالْإيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فْى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلّذِيْنَ أمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ, يَا اَللهُ, جَعَلَ اللهُ لَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنْ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ, كُلَّ عَامٍ وَأَنَّنَا بِخِيْرٍ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا, وَرِزْقًا وَاسِعًا, وَشِفَاءً مِنْ كُلِ٘ دَاءٍ وَسَقَمٍ, وَعَمَلًا مُتَقَبَّلاً. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ, وَدَرْكِ السَّقَاءِ, وَسُوْءِ الْقَضَاءِ, وَشَمَاتَةِ الْأعْدَاءِ. اَللّهُمَّ إِنّا نَعُوْذ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا يَشْبَعُ, وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ, إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ اهْدِناَ فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِناَ فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّناَ فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَناَ فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِناَ شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ, بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الْرَاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ ادْفْع ْعَنَّا الْغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَباَءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ والْمِحَنَ وَاْلفِتَنَ وَالسُّوْءَ وَالزّنِاَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ, مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ كُلِ بَلْدَةٍ فِى الْاَرْضِ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْء قَدِيْرٌ. رَبَّنَاأَتِنَا فِى الْدُ نْيَا حَسَنَةً, وَفِى الأخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, يَا اَللهُ, يَا عَزِيْزُ, يَا غَفَّارُ, يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَّمَا يَسِفُوْنَ, وَسَلَامٌ عَلَى الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ, وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَالسّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Semarang, 2 Februari 2021.