Khazanah IslamKhutbah

Khutbah Iduladha: Tarbiyah Kurban sebagai Aktualisasi Cinta kepada Allah Swt dan Sesama Manusia

Khutbah Iduladha: Tarbiyah Kurban sebagai Aktualisasi Cinta kepada Allah Swt dan Sesama Manusia

Oleh : Dr. Kiai. Sumarno, S.Pd.I., M.Pd.I. (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah dan Mudir IMBS Miftahul Ulum Pekajangan Kabupaten Pekalongan)

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ هَذَا الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجّ وَعِيْدَ الْأَضْحَى مِنْ شَعَائِرِ اللهِ وَإِحْيَائِهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ.أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلهَ إِلَّاالله وَحْدُهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمْيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا.اَللّهُمُّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.أَمَّا بَعْدُ

 فَيَا عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى أَعُوْذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ (الحج/22: 32) صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْم

.اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ  أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ، هُوَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah

Pagi hari ini kita menunaikan salat Iduladha sebagai wujud ibadah menunaikan Sunah Rasulullah Muhammad Saw. Dalam kekhusyukan jiwa yang tulus, kita bersimpuh diri di hadapan Allah Yang Maha Agung untuk bertaqarrub kepada-Nya,  menyucikan diri dari segala salah dan dosa, serta berazam meraih pahala terbaik dari-Nya. Kita kumandangkan takbir, tahmid, dan tasbih diikuti salat dan menunaikan ibadah kurban sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Allah Swt yang tidak terhingga sebagaimana firman-Nya:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS  :Al-Kautsar : 1-3).

Selawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarga, sahabat, dan penerus risalah perjuangannya, termasuk kita yang hadir di lapangan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah

Ketika kaum Muslim di negeri ini tengah menunaikan salat Iduladha, saudara-saudara kita kaum muslim sedunia sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci. Kebesaran peristiwa itu ditandai dengan berkumpulnya jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia di padang Arafah untuk melakukan wukuf, sebagai bagian dari rangkaian ibadah Haji. Para hujjāj (orang yang berhaji) berkumpul dalam ”Muktamar-Kongres Akbar” untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dalam menyempurnakan Rukun Islam. Idul Adha, ibadah haji, dan berqurban bagi setiap Muslim merupakan wujud  bertaqarraub kepada Allah Swt, yang mengandung makna ruhaniah tentang ajaran kepasrahan diri. Sebuah kepasrahan autentik (al-hanif) yang secara vertikal menjadikan setiap kaum beriman meneguhkan jiwa ketauhidan untuk selalu taat kepada Allah Yang Maha Esa, sekaligus merawat setiap perilaku agar tetap lurus di jalan yang benar dan tidak terjerembab ke jurang bathil dan kemusyrikan. Insan yang bertauhid akan membenamkan hawa nafsunya pada kehanifan diri, berupa jiwa yang bening dari noda syirk dan dosa.

Ibadah kurban tidak dapat dipisahkan dari ibadah haji karena salah satu ritual (manasik) haji, yaitu melempar jumrah merupakan manifestasi dari napak tilas perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim As mengaktualisasikan cintanya kepada Allah Swt dengan menyerahkan dan mengorbankan Nabi Isma’il As anak yang paling dicintainya, karena cinta kepada Allah Swt itu tidak menyisakan ruang untuk merasa berat hati mengorbankan segala yang dimilikinya, termasuk anak yang paling dicintainya. Cinta kepada Allah Swt. itulah cinta dengan totalitas, cinta tanpa pamrih dan tanpa syarat.

Prosesi dan ritual haji memang sangat syarat dengan dinamika cinta kasih (rahmah). Karena cinta, dua insan, Nabi Adam As dan Ibunda Hawa, yang telah lama berpisah saling mencari dan dipertemukan kembali oleh Allah Swt di Jabal Rahmah (bukit cinta dan kasih sayang) di kawasan Arafah. Keduanya saling mencari cinta sejati: cinta kemanusiaan dan cinta Tuhan. Dalam usaha mencari dan menemukan cinta kemanusiaan itu terdapat spirit perjuangan yang tulus dan kerelaan berkurban, sehingga membuahkan kearifan (arafah) yang mendalam, baik kearifan personal, kearifan sosial, maupun kearifan keduniaan dan kearifan keakhiratan. Karena itu, jamaah haji yang khusyuk meraih cinta Tuhan harus berhenti sejenak sambil berefleksi (wuquf ) di Arafah. Sejarah Arafah adalah sejarah pencarian cinta dan kasih sayang yang sangat humanis, berorientasi kepada kesadaran pentingnya mencintai sesama dengan menghormati dan menegakkan hak-hak asasi manusia (HAM), dan kesadaran perlu cinta masa depan: cinta ukhrawi dan cinta Tuhan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah.

Di Arafah ini pula Nabi Muhammad Saw dulu pernah menyampaikan khotbah wada’ yang pada intinya menyerukan integrasi cinta Tuhan dan kemanusiaan dengan tidak menumpahkan darah (perdamaian, hidup harmoni, anti kekerasan), menjaga hak properti (antikorupsi, eksploitasi, dan pemerolehan harta secara tidak halal dan ilegal), dan menjaga kehormatan diri (antipelecehan, anti-perbuatan amoral). Cinta kemanusiaan juga diperagakan oleh ibunda Nabi Ismail As pada saat mencari air kehidupan. Ketika diminta tinggal oleh Nabi Ibrahim As di lembah Mekkah sambil diberi amanah memelihara putra satu-satunya, Nabi Ismail As, di tanah yang tandus dan gersang, tanpa tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Perbekalan makanan dan minuman yang dimiliki Ibunda Hajar semakin hari semakin sedikit.

Cinta Ibunda Hajar tumbuh bersemi mengasihi putranya. Karena keyakinan dan cintanya kepada Tuhan dan suami, Ibunda Hajar berusaha mencari air kehidupan untuk anaknya yang mulai kehausan karena kekurangan air minum. Cinta anak mendorong ibunya mengoptimalkan segala usaha demi masa depannya. Daya juang dan etos pengorbanan tanpa kenal lelah karena anak yang dicintainya menjadikan sang ibu melejitkan tekad kuat dengan hati yang bersih dan tulus (shafa) untuk terus mencari dan menemukan air kehidupan, sehingga apa yang diusahakan hanyalah semata-mata untuk mencapai keberkahan dan kepuasan (marwah) bagi masa depan anaknya. Cinta seorang ibu yang tanpa pamrih mengantarkan masa depan Nabi Ismail As yang penuh dedikasi. Sejarah dan dinamika cinta anak manusia juga terjadi di Mina (berarti: lembah cinta dan cita-cita). Di tempat ini Ibrahim As pernah diuji imannya melalui mimpi, berupa perintah menyembelih anak yang sangat dicintainya, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt dalam surat Ash-Shaffat ayat 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar” (QS Ash-Shaffat: 1-3).

Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah.

Cinta Tuhan harus melebihi dan mengatasi segala bentuk cinta yang ada: cinta keduniaan, cinta harta benda, cinta kedudukan dan kekuasaan, terutama cinta buah hati. Pengorbanan di Mina memberi pelajaran kepada kita bahwa cinta Tuhan mengharuskan totalitas kepasrahan, ketaatan, dan ketulusan mengorbankan segala yang dimilikinya, termasuk anak sendiri yang paling dicintainya. Mengapa Allah Swt meminta kepada Nabi Ibrahim As untuk mengorbankan putranya (Nabi Isma’il As)? karena Nabi Isma’il As adalah sesuatu (anak) yang paling dicintainya? Karena manusia kerap terjebak dalam cinta buta, yaitu cinta dunia, cinta harta, cinta anak, cinta wanita, dan cinta takhta, sementara ia melupakan cinta abadi, yaitu cinta Ilahi. Singkatnya, jangan berharap meraih cinta abadi atau cinta Ilahi, jika tidak ada pengorbanan sepenuh hati terhadap karunia Allah Swt yang paling dicintainya! Itu esensi dari pendidikan cinta.

Dengan kata lain, pendidikan cinta yang tulus karena Allah Swt merupakan senjata paling ampuh untuk menangkal segala bujuk rayu setan yang selalu menyesatkan. Pendidikan cinta dalam ibadah kurban sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As memberi pelajaran berharga bagi kita bahwa manusia, seperti Nabi Ismail As yang dicita-citakan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya, tidak pantas dan tidak semestinya disembelih untuk dikorbankan. Terlalu mahal manusia dijadikan korban; biarlah hewan- hewan saja yang dikorbankan, agar manusia tidak lagi berperilaku seperti hewan korban.

Walhasil, dengan pendidikan cinta melalui kurban, manusia harus dihormati, dihargai, dicerdaskan dan diberdayakan, bukan disikapi dengan kekerasan, penindasan, pelecehan, apalagi pengorbanan. Adakah maqam cinta yang melebihi Khalilullah ? Karena itu, kita tidak mungkin dapat mencintai Allah Swt bila kita lebih mencintai ego dan individualitas kita. Karena itu, jika kita mampu mencintai Allah Swt melebihi cinta kita kepada yang lain, niscaya kita akan dapat mencintai dan menyayangi sesama. Dengan mengorbankan nafsu kebinatangan dan ego yang ada dalam diri, kita akan dapat meraih cinta Allah Swt. Dengan modal pendidikan cinta Allah Swt itu kita akan dapat meraih cita-cita mulia dan agung dalam hidup ini: mencintai sesama dengan penuh dedikasi kemanusiaan.

Di akhir khutbah ini marilah kita berdo’a agar salat Iduladha, ibadah kurban, serta segenap ibadah kita selaku Muslim melahirkan kehidupan yang khusyuk, baik, dan utama dan saudara-saudara kita yang tengah menunaikan ibadah haji diberi kemudahan dan keberkahan oleh Allah serta bisa meraih haji yang mabrur. Amin ya Rabb al-‘Alamin.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن اَللَّـهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءالِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ءالِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءالِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ءالِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

Ya Allah, Ya Rabb, hanya dalam kuasa-Mu segala apa yang terjadi pada hamba-Mu ini, tiada daya dan upaya selain keagungan-Mu. Ya Allah, jadikanlah segala nikmat dan titipan-Mu menjadikan hamba-Mu semakin pandai bersyukur.

Berikanlah kekuatan Iman dan Islam kepada kami, ya Allah. Tuntunlah setiap langkah kami dijalan-Mu, ya Allah. Curahkanlah segala rahmat dan karunia-Mu kepada keluarga dan anak-anak kami, ya Allah

Ya Allah, ya Rabb, di hari yang engkau ciptakan ini, ajarkanlah kami agar senantiasa menempatkan-Mu ditempat yang paling agung, karena kami sadar seringkali dunia ini lebih kami pentingkan daripada Engkau ya Allah.

Ya Allah, wahai yang maha Menatap, wahai yang maha Agung dan maha Perkasa, Engkaulah yang Maha Tahu, ampunilah sebusuk apapun diri kami selama ini, ampuni sekelam apapun masa lalu kami, tutupi seburuk apapun aib-aib kami, ampunilah kami ya Allah. Bukakan lembaran-lembaran baru yang bersih yang menggantikan lembaran lama yang kelam, masa lalu kami.

Ya Allah, ampuni dan selamatkan orang tua kami, darah dagingnya melekat pada tubuh kami, ya Allah. Ampuni jika selama ini kami telah menzhaliminya, jadikan sisa umur kami menjadi anak yang tahu balas budi, ya Allah.

Ya Allah, lindungi kami dari mati suul khotimah, lindungi kami dari siksa kubur-Mu ya Allah. Ya Allah, satukanlah hati kami dalam ketaatan dan keistiqamahan dalam menjalankan kewajiban-Mu ya Allah

Jadikanlah kami orang-orang yang istiqamah dijalan-Mu, ya Allah. Anugerahkanlah segala kemuliaan-Mu kepada hamba-Mu ini, ya Allah.

رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE