Khutbah Iduladha: Ibrah dari Nabi Ibrahim A.s.
Khutbah Iduladha: Ibrah dari Nabi Ibrahim A.s.
Oleh : Syifa’ Ma’ruf, M.Pd. (Bidang Dakwah Kominfo PDPM Kab. Pekalongan)
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَاِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di hadapan-Nya pada hari yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt.
Berkaitan dengan hari raya idhul adha salah satu bulan bersejarah yang ada dalam Islam, kita tentu teringat dengan kisah Nabi Ibrahim As. Salah seorang dari lima orang Rasul ulul azmi karena ujian berat yang diberikannya. Setelah selamat dari peristiwa pembakaran yang dilakukan raja Namrud kemudian mendapatkan perintah menyembelih putra kesayangannya sangat dicintainya Ismail melalui sebuah mimpi. Peristiwa itu menjadi syariat Islam dan kemudian diteladani serta dilanjutkan oleh Nabi Muhammad Saw adalah kurban yang diteladankan oleh kekasih Allah (Khalilullah), Ibrahim As. Seperti dalam Qs. As-Saffat ayat 101-103 :
فَبَشَّرۡنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيۡمٍ
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰى قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ
فَلَمَّاۤ اَسۡلَمَا وَتَلَّه لِلۡجَبِيۡنِۚ
“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).”
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Kisah yang digambarkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an suat As-Saffat tentang perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim A.s. dan Nabi Ismail A.s. memberikan keteladanan dan pelajaran kepada kita di antaranya :
Pertama, Pengorbanan Menurunkan Ego
Ego merupakan pengendali utama atas cara kerjanya kepribadian yang menjadi pembeda antar manusia. pengorbanan Nabi Ibrahim yang bersedia menyembelih Ismail, umat Islam belajar bahwa ego duniawi sama sekali tidak boleh mengungguli kecintaan kepada Allah. Dalam kisah tersebut, ego duniawi yang dimiliki Nabi Ibrahim yakni kecintaan terhadap anaknya yang sangat berbakti. Sebagai seorang ayah, hal yang sangat wajar apabila beliau tidak mau kehilangan putra yang begitu saleh dan berakhlak baik. Rasulullah Saw. bahkan mengancam orang-orang yang mampu berkurban tapi tidak melaksanakan.
مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا
Artinya: “Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakan, maka jauhilah tempat shalat kami”. (HR. al-Baihaqi).
Jika kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah dikalahkah oleh ego duniawinya, maka kemungkinan beliau akan memohon agar perintah tersebut dibatalkan. Namun, Nabi Ibrahim menunjukkan keteladanan yang luar biasa. Beliau sangat memahami bahwa tidak ada yang lebih agung dibandingkan perintah langsung dari Allah dan tidak ada yang kenikmatan yang lebih baik dibandingkan kesempatan untuk mematuhi kewajiban dari Allah.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Kedua, Keikhlasan Dalam Diri
Ikhlas merupakan ruh dari semua diterimanya amal perbuatan. Nabi Ibrahim dengan keikhlasan yang tingkatnya begitu tinggi sehingga tidak ragu sedikitpun untuk mematuhi perintah Allah. Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan sesuatu yang bahkan melampaui maqom ikhlas. Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak yang dikasihinya untuk dipersembahkan kepada Allah. Dalam surat Al-Imarn : 92
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Baca juga, Hukum dan Tata Cara Salat ‘Idain: Tinjauan Hadis
Hal ini tentu lahir karena kecintaan hamba terhadap Tuhannya. keikhlasan dapat muncul bila ada cinta atau kasih sayang. Begitu pun dengan Nabi Ismail yang rela disembelih untuk menaati perintah Allah, padahal ia masih berusia muda dan punya masa depan yang masih panjang. Ismail sangat pasrah walaupun nyawa akan menjadi taruhan demi menjalankan perintah Allah. Ia berserah diri, memantapkan hati dan percaya kepada ayahnya untuk melakukan penyembelihan dengan tenang.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Ketiga, Role Model Bagi Generasi
Bagi para orang tua, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dapat dijadikan pelajaran untuk berusaha menjadi role model yang baik bagi anak-anak. Selama hidup, Nabi Ibrahim merupakan sosok orang tua yang tidak pernah berbohong, dapat diandalkan, amanah dan penuh kasih sayang. Beliau sama sekali tidak pernah mengecewakan anaknya dan selalu mendidik dengan benar, sesuai ajaran Islam. Alhasil, Ismail sangat mengidolakan ayahnya dan percaya penuh kepada Nabi Ibrahim. Sebagai dasar fondasi orang tua salah satu awal pembentukan generasi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَ
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi dan Nasrani..
Nabi Ibrahim adalah figur yang layak dijadikan role model. Beliau memiliki sifat keayahan yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang. Semua karakter positif tersebut merupakan tarbiyah ilahiyyah atau bimbingan dari Allah. Lebih dari itu Ibrahim telah menunjukkan kepada istri dan anaknya makna ketaatan terhadap perintah Allah tanpa membantah
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Akhirnya, marilah kita jadikan momentum Idhuladha ini memperbaiki dengan menerapkan ibrah yang ada pada Ibrahim yang mudah-mudahan kita semua menjadi Ibrahim di zaman sekarang Aamii yarabbal alamiin…
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَالِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ
رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا
Yaa..Rahman Yaa ..Rahim, Hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan. Luruskan dan kuatkanlah akidah kami seperti Ibrahim dan keluarga dalam menyembah-Mu. Tolonglah kami seperti engkau menolong Ibrahim dalam peristiwa pembakaran Raja Namrud.
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rizki yang baik dan amal yang baik diterima. Berikanlah rezeki yang baik seperti engkau berikan rezeki saat Hajar dan Ismail menemukan air minumnya. Terimalah segala pengorbanan amal kami seperti saat Ibrahim dan keluarga berkorban dalam penghambaan-Mu
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, keluarga dan keturunan kami sebagai penyenang Mudahkanlah kami dalam mendidik keturunan seperti Ibrahim dan Hajar dalam mendidik Ismail. Jadikanlah keturunan kami yang saleh salehah seperti Ismail yang patuh dan taat dalam melaksanakan perintah-Mu
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Editor : M Taufiq Ulinuha