PWMJATENG.COM, Jakarta – Hari pahlawan menjadi momen khusus yang diperingati setiap tanggal 10 November. Momen tersebut guna mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk membangun dan mempertahankan kemerdekaan. Riyan Betra Delza, Ketua Umum DPP IMM dikenal sebagai salah satu pimpinan yang gigih memperjuangkan Djazman Al-Kindi sebagai pahlawan nasional. Di sela segala aktivitasnya sebagai pimpinan tertinggi di IMM, redaksi melakukan wawancara langsung dengan Riyan terkait wacana dan harapan untuk menjadikan Djazman Al-Kindi sebagai pahlawan nasional. Wawancara ini berlangsung di Kantor DPP IMM, Jakarta Pusat pada Kamis (7/11/2024).
Dalam banyak forum, anda selalu mewacanakan harapan agar Pak Djazman menjadi pahlawan nasional. Bagaimana latar belakangnya?
Hari ini setidaknya sudah 24 tahun lamanya Pak Djazman meninggalkan kita. Namanya terbilang harum. Usianya telah habis, tapi pemikiran-pemikiran dan ketauladanan sikapnya masih jadi contoh bagi generasi sekarang, utamanya di kalangan Muhammadiyah, lebih khusus para kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pak Djazman sudah banyak mendharmabaktikan seluruh hidupnya untuk pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Menurut saya, sudah waktunya negara memberi gelar beliau sebagai pahlawan nasional sebagai wujud penghargaan dan apresiasi atas semua perannya.
Apa indikator yang memungkinkan Pak Djazman jadi pahlawan nasional?
Beliau saya kira terlibat dalam perjuangan sosial untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan peran-peran yang strategis. Beliau juga selalu hadir berjuang mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa di tegah tantangan segregasi sosial. kalau kita runut sejarah, awal dekade 60-an itu situasi kebangsaan kita penuh ketidakstabilan akibat pemerintahan yang mulai bertindak otoriter di satu sisi, pada sisi yang lain juga bergemuruh resistensi Partai Komunis Indonesia (PKI). Indonesia juga saat itu tengah berhadapan dengan konflik beragama yang cukup berat, ummat Islam utamany terpevah belah dan saling curiga satu sama lain. Di titik itu, Djazman Al-Kindi dalam usianya yang terbilang masih muda (26 tahun) mendiringkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bersama dengan para pendiri yang lain. Sejak saat itu, Pak Djazman dan IMM selalu terlibat dalam kerja-kerja menata bangsa. Baliau bagi kami adalah sosok tauladanan yang berjasa terhadap bangsa dan negara, sebab itu kami ingin negara memberi penghormatan sebagai wujud pengakuan terhadap jasa-jasanya.
Baca juga, Menemukan Akidah Muhammadiyah di Antara Asy’ariyah dan Atsariyah
Apa saja langkah yang akan ditempuh IMM untuk menjadikan Pak Djazman sebagai pahlawan nasional?
Saya kira proses penganugerahan gelar pahlawan nasional ke Pak Djazman ini bukan perihal mudah, perlu ada proses-proses formal yang harus sama-sama kita upayakan. Kita tahu, lazimnya proses ini meliputi tahapan pengusulan, verifikasi dan penelitian terhadap ketokohan beliau, kajian dari komisi yang khusus membidangi dan proses-proses lainnya. Ini tidak mudah tapi kita layak memperjuangkan beliau sebagai salah satu pahlawan nasional terbaik di kehidupan kebangsaan Indonesia.
Kami dari DPP IMM sejauh ini terus berupaya untuk meneliti, mengumpulkan rekam jejak Pak Djazman dalam kehidupan bangsa Indonesia. Saya kira ini paling vital sebagai bahan dasar pengajuan beliau sebagai pahlawan nasional. Kalau saja semua rekaman hidup Pak Djazman sudah sudah selesai, kami pelan-pelan akan mengusulkan beliau jadi pahlawan nasional.
Soal gelar pahlawan kepada Pak Djazman, apa harapan anda kepada para kader IMM di Indonesia?
Pertama, tentu saya mendorong semua kader IMM di Indonesia untuk memahamai dan meneladani jejak hidup Pak Djazman sebagai tokoh bangsa. Bukan hanya meneladani, pikiran-pikiran beliau seharusnya terus digelorakan kepada generasi muda saat ini. Beliau adalah inspirasi untuk generasi muda. Kedua, saya berharap para akademisi di ikatan ini ikut terlibat untuk meneliti jejak sejarah Pak Djazman sebagai tokoh bangsa. Teman-teman IMM bisa memulai ini dengan menulis biografi kehidupan beliau, pokok-pokok pemikiran dan ketauladanan sikapnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha