Ketua PWM Jateng Optimis Ekspansi Dakwah Muhammadiyah ke Luar Negeri Lewat Layanan Kesehatan
PWMJATENG.COM, Boyolali – Pada Sabtu, 7 September 2024, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, meresmikan Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah dr. Soemowidagdo Boyolali. Dalam sambutannya, Tafsir menekankan pentingnya peran rumah sakit ini dalam meningkatkan layanan kesehatan di daerah dan di luar kabupaten.
Tafsir memulai pidatonya dengan mengucapkan selamat kepada semua pihak yang terlibat dalam peresmian rumah sakit tersebut. “Delanggu kini menjadi salah satu dari dua PCM di Jawa Tengah yang memiliki rumah sakit di luar kabupaten,” ungkapnya. Ia melanjutkan, Gombong juga memiliki rumah sakit di luar kabupaten seperti di Kroya, Cilacap, dan Banyumas. “Kami berharap ke depan, rumah sakit Muhammadiyah dapat hadir di luar Pulau Jawa, bahkan di luar negeri,” tambah Tafsir.
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, seperti yang dijelaskan Tafsir, saat ini mengelola 52 rumah sakit dengan tiga rumah sakit baru sedang dalam tahap pembangunan. “Sebentar lagi, jumlah rumah sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia akan mencapai 55 dari total 123,” kata Tafsir. Ia juga berharap bahwa rumah sakit Muhammadiyah akan menjadi pionir di daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas medis memadai, termasuk di Papua dan bahkan luar negeri.
Tafsir memaparkan, “Kita tidak hanya fokus pada pembangunan rumah sakit di dalam negeri, tetapi juga mempertimbangkan peluang internasional. Mungkin saja kita bisa mendirikan PKU Muhammadiyah di Frankfurt, Jerman. Ini adalah bagian dari internasionalisasi Muhammadiyah.” Ia menambahkan bahwa Muhammadiyah harus menjadi pelopor dalam sektor kesehatan, bukan hanya menerima kontribusi dari luar negeri.
Baca juga, Jadi Rumah Sakit Muhammadiyah ke-52 di Jateng, RS PKU Muhammadiyah dr. Soemowidagdo Resmi Dilaunching
Lebih lanjut, Tafsir mengungkapkan tentang upaya Muhammadiyah untuk menjaga independensi dan visinya dalam mendirikan fasilitas kesehatan. “Muhammadiyah tidak mencari pemegang saham. Kami lebih memilih menabung prabayar daripada mengandalkan utang atau saham untuk membangun rumah sakit,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa pinjaman yang digunakan oleh Muhammadiyah di Jawa Tengah mencapai 3,8 triliun rupiah, yang mencakup pembiayaan untuk berbagai jenis institusi pendidikan dan rumah sakit.
Dalam sambutannya, Tafsir juga menyinggung tentang filosofi “fastabiqul khairat,” yang berarti berkompetisi dalam kebaikan dan menjadi yang pertama dalam membangun fasilitas yang bermanfaat. “Jangan sampai kita terlambat dalam hal kebaikan. Jadilah yang terdahulu,” ujarnya dengan semangat.
Tafsir mengakui tantangan besar dalam mendirikan rumah sakit, terutama di daerah-daerah dengan sumber daya terbatas. Ia menceritakan pengalaman Salatiga, sebuah daerah kecil dengan populasi terbatas yang berhasil mendirikan rumah sakit berkat kerja keras dan semangat yang tinggi. “PDM Salatiga memiliki jamaah sekitar seribu dua ratus orang, namun mereka berhasil mendirikan rumah sakit senilai enam puluh miliar rupiah. Ini adalah contoh nyata ketekunan dan keberanian,” ungkapnya.
Menurut Tafsir, meskipun membangun rumah sakit memerlukan investasi besar, Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas dan visinya dalam melayani masyarakat. “Kami tidak ingin visinya terkontaminasi oleh pemegang saham. Dengan menabung prabayar, kami memastikan bahwa visi Muhammadiyah tetap utuh,” tegas Tafsir.
Editor : M Taufiq Ulinuha