Kolom

Keteladanan Tanpa Panggung: Belajar Etika dari Parlemen Negeri Sakura

Keteladanan Tanpa Panggung: Belajar Etika dari Parlemen Negeri Sakura

Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)

PWMJATENG.COM – Ketika seorang YouTuber Indonesia mewawancarai anggota parlemen Jepang, publik dibuat tertegun. Mobil keluarga yang sederhana, apartemen kontrakan, sepeda sebagai transportasi harian—semua mencerminkan kesahajaan seorang wakil rakyat di negeri maju. Ketika ditanya, “Kenapa tidak beli Alphard?” Jawabannya sederhana namun mengena, “Busyet ..Itu mahal.!!”

Di balik kalimat singkat itu, tersimpan pelajaran panjang. Bahwa menjadi wakil rakyat bukanlah soal kemewahan, melainkan kesediaan untuk hidup dalam batas wajar dan tetap dekat dengan realitas rakyatnya. Gaji mereka cukup, tapi tidak membuat mereka melayang jauh dari bumi tempat rakyat berpijak.

Bandingkan dengan sebagian dari kita, di mana kursi parlemen seringkali menjelma menjadi tangga menuju kekuasaan dan kemewahan. Rumah mentereng, mobil mewah, hidup nyaman, semuanya sah, tapi lalu timbul pertanyaan : masihkah mereka merasa menjadi bagian dari rakyat?

Baca juga, Empat Prinsip Berorganisasi dalam Islam: Refleksi dari Surah As-Saff

Pasti mereka tetap bekerja untuk rakyat karena memang tugasnya tapi sesungguhnya yang dibela kepentingan elektoral mereka sendiri untuk pemilu akan datang. Amplop, sembako, sarpras, jalan, bangunan bertebaran sebagai transaksi untuk membeli suara rakyat setelah itu kedaulatan menjadi milik mereka.

Kita butuh inspirasi dan keteladanan baik dari ajaran Islam maupun dari perilaku manusia lintas agama, etnis dan bangsa karena persoalan etik dan moral sifatnya universal.

Kita diingatkan oleh pelajaran besar dari pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan. Bahwa nilai Islam sejati bukan sekadar diperdengarkan di mimbar atau dibaca di kitab atau di hafal meski semua jelas berpahala besar, melainkan ditemukan dalam peraturan, tindakan, aktifitas yang maslahat meski datang dari luar tradisi kita. Kiai Dahlan terbuka terhadap nilai-nilai kebaikan dan kemajuan dari manapun asalnya, selama itu membawa kemaslahatan.

Kini tugas kita meneruskan sikap inklusif itu. Menghargai nilai moral dan etika, meski datang dari bangsa lain, sistem lain, atau agama lain. Karena Islam sejati bersinar dalam keadilan, kesederhanaan, dan keberpihakan terhadap yang lemah, bukan pada simbol, tapi pada sikap dan tindakan. Wallahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE