Kolom

Kesadaran Kolektif di Masa Pandemi

Oleh : Rachmat Agung Cahyo, S.E.
Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kebakkramat

Dampak Kolektif
Pandemi Corona berbeda dengan bencana alam wilayah seperti tanah longsor, banjir dan gempa bumi. Atau bencana alam seperti gunung meletus yang terjadi di suatu daerah, maka dampaknya hanya di daerah itu pula, kemudian dalam waktu dekat dengan teknologi informasi, berita menjadi viral dan disambut daerah-daerah yang aman lainnya dengan menggalang donasi, berbondong-bondong datang memberikan bantuan di wilayah terdampak bencana.

Tetapi, pandemi yang sedang kita hadapi saat ini tidak sama dengan bencana alam yang kami sebut tadi, karena danpaknya tidak hanya mengenai satu daerah tertentu saja. Mungkin saja dampak kesehatan sementara hanya terjadi di daerah tertentu, tetapi dampak ekonominya nyaris merata di tanah air tercinta ini.

Maka, bagi pejuang kemanusiaan dan aktivis sosial juga merasakan perbedaannya. Kami misalnya bersama komunitas jamaah yang biasanya semampu kita menggalang donasi bersama lembaga sosial jika ada bencana, tapi kali ini terasa sulit mendapatkan donasi, tidak seperti biasanya, karena memang para donatur yang biasa membantu pun juga ikut terdampak secara ekonomi pada bisnis maupun usaha mereka.

Kesadaran Kolektif
Ironisnya, ketika para CSR, gerakan sosial, MDMC, LazisMu, Kokam, para relawan kemanusiaan dan dermawan lainnya sedang menjual dan melelang barang berharga miliknya, tapi ada juga pihak yang lain malah berkesempatan membeli kendaraan baru dari hasil jualan masker madis dengan harga tak wajar.

Di satu pihak masyarakat berusaha berderma, memberikan bantuan, tetapi di pihak lain ada yang sampai hati malah memanfaatkan keadaan.

Tidak ada yang salah dengan jualan masker, asalkan dengan harga wajar. Juga dalam pendistribusiannya, masker medis sebaiknya diprioritaskan untuk tenaga medis, sedangkan masker kain justru dianjurkan diproduksi lebih banyak, dijual untuk umum tidak apa-apa.

Ini adalah pilihan, kita mau menempatkan diri sebagai pihak yang mana. Pihak yang berusaha bergotong royong berusaha bersama pahlawan kemanusiaan untuk kesembuhan dunia atau menjadi pihak yang mendapat keuntungan tak wajar di atas kesulitan kemanusiaan.

Ikhtiar Kolektif
Tidak mudah berikhtiar secara kolektif, menentukan sikap sama untuk membendung pesebaran virus corona. Karena memang keadaan masyarakat tidak kolektif, tidak sama. Di satu sisi ada yang khawatir dengan virus corona, menimbun makanan dan kebutuhan yang cukup di rumah, menikmati kebersamaan bersama keluarga, di sisi lain ada yang tak kalah khawatir dengan bagaimana memenuhi kebutuhan dapur, terpaksa tetap keluar rumah karena terancam oleh kebutuhan yang tak kalah urgen.

Maka ikhtiar kolektif ini harus dibarengi dengan kesadaran kolektif. Pertama kita perlu tahu mana yang mampu berdiam di rumah dan tahu mana yang terpaksa tidak mampu berdiam di rumah. Kemudian ta’awun, memberikan solusi. Solusi inilah yang disebut hikmah, bukan sekedar hukum “boleh” dan “tidak boleh”.

Konsekuensi kolektif
Karena musibah ini mengancam bersama, dibutuhkan kesadaran bersama dan ikhtiar bersama. Kesadaran kolektif akan menghasilkan konsekuensi kolektif. (*)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE