Kenalkan Dunia Kerajinan Tradisional, Siswa SD Muhammadiyah Pegandon Belajar Gerabah
PWMJATENG.COM, KENDAL – Gerabah, sebuah kerajinan tangan yang terbuat dari tanah liat ditambah dengan kaolin, tanah putih, menghasilkan karya seni terapan,biasanya menghasilkan peralatan-peralatan rumah tangga yang masih tradisional, seperti kendi, kuali, tungku, genting, cobek, dll. Sedangkan perkakas hiasan jenis gerabah antara lain celengan, guci, vas bunga, asbak, dan masih banyak lagi jenis hasil olahan dari tanah liat.
Hal itulah yang menjadi daya tarik siswa-siswi SD Muhammadiyah Pegandon, Kendal untuk melakukan kunjungan ke kampung gerabah, yaitu Kelurahan Langenharjo, Kec. Kota Kendal, tepatnya di Gg Bonan RT 03/RW 02.
Kepala SD Muhammadiyah Pegandon, Afif Syaefudin mengatakan, kunjungan anak – anak didiknya di kampung gerabah sebagai salah satu mengenalkan dunia industri tradisional.
“Ini Program Pengenalan Lingkungan (PPL) dimaksudkan anak tidak sebatas membayangkan atau diberi pengertian tentang lingkungan di mana mereka tinggal, tetapi kami tunjukkan, dan perlihatkan langsung kepada mereka, bahwa ada sebagian masyarakat yang ada di sekitar kita masih memproduksi, membuat kerajinan yang disebut gerabah” kata Afif ketika melepas siswa kelas menuju kampung gerabah, Langenharjo.
“Kami kenalkan anak-anak dengan gerabah agar mereka tahu, bahwa nenek moyang kita piwai membuat perkakas yang memiliki banyak fungsi” sambungnya.
Sebanyak 45 siswa mengikuti tata cara membuat gerabah, seperti vas bunga, cobek, dan peralatan rumah tangga lainnya. Mereka dibimbing langsung oleh Suyanto (56) warga Gg Bonan, Langenharjo, Kota Kendal yang kesehariannya berprofesi sebagai pengrajin gerabah.
Bagi Pak Yanto gerabah adalah dunianya sebagai lahan mengumpulkan rupiah untuk menghidupi keluarganya, sekaligus nguri-nguri salah satu kerajinan tangan yang ia terima dari nenek moyangnya, dan musim kemarau ini membawa kemudahan dalam menghasilkan berbagai produk dari gerabah.
“Di musin kemarau akan cepat mengeringkan produk dari gerabah. Terik, panas matahari akan lebih cepat memproduksinya” kata Pak Yanto.
Sementara keceriaan tampak di wajah para siswa ketika mereka bergelut dengan tanah liat, berlatih membuat peralatan dapur.
“Saya membuat cobek” ucap Wawan dengan senyum, memperlihatkan hasil karyanya yang masih basah. Di tangan anak SD kelas empat, alat untuk membuat sambal itu belum sempurna, tapi si anak merasa bangga dengan hasil kerajinan tangan yang ia ciptakan.
Merasa cukup waktu dalam melakukan PPL, siswa-siswi mohon diri, meninggalkan kampung gerabah. Mereka kembali ke sekolahannya sambil membawa kenang-kenangan yang diterima dari para pengrajin gerabah di kampung Bonan. (Fur/MPI Kendal)
One Comment