Kemerdekaan Kebudayaan Tradisional: Meneguhkan Identitas di Tengah Arus Globalisasi
Oleh : Nashrul Mu’minin (Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta)
PWMJATENG.COM – Saya sebagai seorang mahasiswa, saya melihat isu “Kemerdekaan Kebudayaan Tradisional” sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi generasi muda Indonesia saat ini. Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, kita dihadapkan pada ancaman pudarnya nilai-nilai luhur kebudayaan tradisional yang telah menjadi identitas dan jati diri bangsa.
Artikel di Kompas.id https://komp.as/kemerdekaan-kebudayaan-tradisional ini dengan sangat jelas menggambarkan situasi tergerusnya kebudayaan kita di kalangan generasi muda akibat disrupsi zaman. Dampak lalu lintas kebudayaan asing yang tidak terfilterisasi dengan baik membuat kita kehilangan pegangan akan akar budaya sendiri. Fenomena ini sangat memprihatinkan mengingat kebudayaan tradisional merupakan kekayaan tak ternilai yang menjadi perekat persatuan dan jati diri bangsa Indonesia.
Sebagai mahasiswa, saya memahami betul bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki keunikan dan kearifan lokalnya masing-masing. Namun, artikel ini juga menyoroti kerumitan kemajemukan masyarakat Nusantara yang dipengaruhi oleh faktor ras, bahasa, dan organisasi sosial. Masalah disparitas antarpulau dan perbedaan latar belakang budaya ini rentan memicu konflik jika tidak disikapi dengan bijak.
Di sini, saya melihat pentingnya penguatan kearifan lokal sebagai upaya melestarikan dan meneguhkan identitas kebudayaan nasional. Sebagaimana disampaikan dalam artikel, Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan dari berbagai campuran rasial yang sangat menarik. Kita harus mampu memanfaatkan kekayaan ini sebagai modal untuk memperkuat jati diri bangsa di tengah gempuran budaya asing.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan dan mempopulerkan kebudayaan tradisional di kalangan generasi muda. Sebagai mahasiswa, saya merasa perlu adanya edukasi yang lebih intensif mengenai warisan budaya nusantara di lingkungan kampus maupun sekolah. Hal ini penting agar generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga mencintai dan melestarikan kebudayaan tradisional.
Baca juga, Mewujudkan Pancasila Butuh Sekularitas?
Selain itu, pemerintah juga perlu berperan aktif dalam melindungi dan mempromosikan kebudayaan tradisional. Upaya revitalisasi dan pemberdayaan komunitas adat harus menjadi prioritas agar mereka dapat terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya leluhur. Dukungan infrastruktur, pendanaan, serta kebijakan yang berpihak pada pelestarian budaya tradisional juga menjadi hal yang krusial.
Tidak kalah penting, peran media massa dan industri kreatif juga sangat strategis dalam menjaga keberlangsungan kebudayaan tradisional. Mereka dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan, mempopulerkan, dan mengadaptasi warisan budaya dalam berbagai bentuk konten yang menarik bagi generasi muda. Digitalisasi dan inovasi dalam memperkenalkan kearifan lokal juga patut didorong agar dapat bersaing di era digital.
Sebagai mahasiswa, saya meyakini bahwa kemerdekaan kebudayaan tradisional tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Kita semua harus berpartisipasi aktif dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya leluhur. Dengan demikian, identitas dan jati diri bangsa Indonesia dapat terus terjaga di tengah derasnya arus globalisasi.
Kebudayaan tradisional yang kaya akan nilai-nilai luhur, seperti kebersamaan, gotong royong, dan harmonisasi dengan alam, perlu dilestarikan agar tidak tergerus oleh budaya asing yang cenderung individualistis dan materialistis. Selain itu, kearifan lokal yang terkandung di dalamnya juga dapat menjadi solusi bagi berbagai permasalahan modern, seperti perusakan lingkungan, konflik sosial, dan krisis moral.
Melalui upaya meneguhkan kemerdekaan kebudayaan tradisional, kita dapat membangun karakter dan mentalitas bangsa yang lebih tangguh. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti toleransi, empati, dan kebijaksanaan, dapat menjadi fondasi yang kokoh bagi pembangunan karakter generasi muda Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri, globalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat. Sebagai mahasiswa, saya meyakini bahwa kita harus mampu bersikap selektif dan bijak dalam menyikapi arus perubahan ini. Kita perlu memfilter budaya asing yang masuk agar tidak menghilangkan identitas dan jati diri bangsa.
Kemerdekaan kebudayaan tradisional harus menjadi prioritas bagi generasi muda Indonesia saat ini. Dengan meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap warisan budaya leluhur, kita dapat memperkuat fondasi identitas nasional dan membangun peradaban Indonesia yang lebih bermartabat. Upaya ini merupakan sebuah investasi berharga bagi masa depan bangsa yang lebih berkarakter dan sejahtera.
Editor : M Taufiq Ulinuha