
PWMJATENG.COM, Sukoharjo – Suasana ruang kelas 3D berubah menjadi laboratorium sains mini yang penuh antusiasme. Puluhan murid tampak sibuk menyiapkan wadah plastik, pakan, dan buku catatan pengamatan. Pada Jumat (25/10), mereka memulai proyek praktikum menarik bertema pengamatan siklus hidup hewan, khususnya jangkrik.
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Tujuannya ialah memberi pemahaman nyata kepada siswa tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Melalui pendekatan belajar langsung, para murid diharapkan dapat memahami konsep metamorfosis sekaligus menumbuhkan rasa peduli terhadap alam.
Guru kelas 3, Hanif Khairudin, menjelaskan bahwa proyek ini tidak sekadar menghafal teori dari buku. “Dengan mengamati secara langsung, anak-anak tidak hanya belajar urutan tahapan dalam siklus hidup, tetapi juga memahami arti tanggung jawab dalam merawat makhluk hidup dan kesabaran dalam menunggu hasil pengamatan,” ujar Hanif.
Ia menambahkan bahwa pembelajaran ini bersifat holistik. Anak-anak diajak mencatat setiap perubahan, membandingkan hasil, dan menyimpulkan data secara ilmiah. “Kegiatan seperti ini menumbuhkan keterampilan saintifik sejak dini,” tambahnya.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Setiap kelompok murid mendapat tugas memelihara beberapa ekor jangkrik dalam wadah transparan. Mereka merancang habitat mini, memberi makan, dan mengamati perubahan ukuran tubuh hingga sayap jangkrik mulai tumbuh. Aktivitas ini membuat suasana kelas menjadi hidup. Beberapa murid bahkan tampak antusias berdiskusi tentang perbedaan fase perkembangan antara satu jangkrik dan lainnya.

Nadrotan Na’ima, salah satu murid, mengaku senang bisa terlibat langsung. “Saya senang sekali karena tidak hanya mengamati, tapi juga ikut merawatnya dengan kasih sayang. Kami menyiapkan rumah yang nyaman sebelum nanti jangkriknya dilepas ke alam,” tuturnya dengan semangat.
Proyek ini juga menumbuhkan kepedulian terhadap keseimbangan ekosistem. Melalui pengalaman sederhana, anak-anak belajar bahwa setiap makhluk hidup memiliki peran penting dalam menjaga alam. Hanif berharap, rasa ingin tahu dan kecintaan terhadap lingkungan akan tumbuh kuat dalam diri para siswa.
Setelah masa pengamatan selesai, setiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Mereka menampilkan catatan harian, gambar perubahan fisik jangkrik, hingga kesimpulan yang didapat. Momen penutup proyek ini adalah pelepasan jangkrik ke habitat alaminya.
Kegiatan tersebut menjadi pengalaman berharga bagi murid-murid kelas 3D. Mereka tidak hanya memahami teori metamorfosis, tetapi juga belajar makna tanggung jawab dan empati terhadap sesama makhluk hidup.
“Lewat praktik langsung seperti ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan,” ungkap Hanif.
Kontributor : Choerul Anam
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



