Kekufuran Bani Israil sebagai Renungan, UMS Gelar Kajian Tafsir Al-Baqarah Ayat 60–66

PWMJATENG.COM, SURAKARTA — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar Kajian Tafsir Al-Qur’an dengan menghadirkan Dr. Ainur Rha’in Bakrun, S.Th.I., M.Th. sebagai narasumber. Pada kesempatan ini, kajian difokuskan pada penafsiran Surat Al-Baqarah ayat 60–66, yang menyoroti perilaku Bani Israil dan relevansinya sebagai pelajaran bagi umat manusia.
Mengawali pemaparan, Rhain menjelaskan adanya repetisi kata “وَإِذْ” pada rangkaian ayat tersebut sebagai bentuk pengingat dari Allah SWT atas perbuatan Bani Israil.
“Pada ayat 60–66 terdapat pengulangan kata ‘واذ’ yang menunjukkan pengingat Allah kepada Bani Israil atas perbuatan mereka di muka bumi,” jelasnya, Selasa (9/12).
Dalam penjelasannya, Rhain menyebut ayat 60 menggambarkan kekufuran Bani Israil terhadap nikmat berupa mata air yang Allah berikan. Meski sudah diberikan satu sumber mata air, mereka meminta lebih banyak lagi.
Ia juga menegaskan adanya teladan pemimpin dalam ayat tersebut, sebagaimana dicontohkan Nabi Musa AS yang selalu memohon kebaikan untuk umatnya.
“Pemimpin yang benar tidak menggunakan posisinya untuk kepentingan diri sendiri, sebagaimana Nabi Musa AS,” tegasnya.
Ayat 61 kembali menunjukkan ketidaksyukuran Bani Israil terhadap makanan penuh khasiat yang Allah anugerahkan. Mereka justru meminta makanan biasa, yang mencerminkan ketamakan dan hilangnya rasa syukur.
“Kunci hidup bahagia adalah bersyukur atas nikmat Allah,” tambah Rhain.
Pada ayat 62, dijelaskan definisi orang beriman: mengikuti nabi yang diutus pada masanya—Yahudi mengikuti Nabi Musa, Nasrani mengikuti Nabi Isa, dan umat Islam mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu, ayat 63–64 menggambarkan perjanjian Bani Israil dengan Allah SWT yang kemudian mereka abaikan. Mereka meninggalkan bahkan menyelisihi Taurat yang seharusnya menjadi pedoman hidup.
Dalam menafsirkan ayat 65, Rhain membaca firman Allah:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٔيْنَ
Ia menjelaskan bahwa hukuman bagi Bani Israil bukan hanya perubahan fisik, namun juga mencakup kehinaan spiritual dan sosial. Penjelasan ini diperkuat dengan hadis riwayat al-Bukhari:
“Ketika sebagian Bani Israil diubah (oleh Allah), laki-laki dijadikan kera dan perempuan dijadikan babi.” (HR. Bukhari)
Sebagai penutup, Rhain menegaskan pesan penting dari ayat 66 yang berfungsi sebagai pengingat bagi umat manusia sepanjang masa.
“Ayat 66 mengingatkan kita agar tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan Bani Israil,” tutupnya.
Kontributor: Affiq/Humas
Editor: Al-Afasy



