PWMJATENG.COM, Surakarta – Tim Al-Khawarizmi dari Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), kembali mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Dalam ajang bergengsi yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) di Bali pada 5-10 November 2024, tim ini berhasil menyabet medali perak melalui inovasi bertajuk “Gamification with Traditional Games: An Innovation to Enhance Elementary School Students’ Critical Thinking Skills in Mathematics Learning.”
Dalam lomba tersebut, yang diikuti oleh lebih dari 1000 tim dari 24 negara, Tim Al-Khawarizmi memperkenalkan metode baru yang mengombinasikan gamifikasi dan permainan tradisional. “Keberhasilan ini bukan hanya sebuah pencapaian bagi tim UMS, namun juga menegaskan pentingnya inovasi pendidikan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan kritis yang sangat diperlukan di era sekarang,” kata Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS, Nuqty Fauziah, pada Rabu (13/11).
Tim ini diketuai oleh Ganesa Alfi Hidayah dengan anggota tim Khairunnisa Nurul Aini, Rahmadani Fitri Nur Handayani, Maghfira Alya Khaida, dan Ghina Amaliana, serta dosen pendamping Christina Kartika Sari. Medali perak ini diumumkan pada 9 November 2024, setelah mereka sukses mempresentasikan poster inovatif mereka pada 6 November di Balai Diklat Industri, Denpasar, Bali.
Dalam inovasinya, Tim Al-Khawarizmi mengembangkan metode pembelajaran matematika berbasis gamifikasi yang menggunakan permainan tradisional sebagai alat bantu belajar. “Kami menggabungkan permainan congklak, engklek, dan maling-malingan untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam suasana yang menyenangkan dan akrab di kalangan anak-anak Indonesia,” jelas Ganesa Alfi Hidayah.
Baca juga, Merayakan Milad Muhammadiyah dengan Syukur dan Bangga
Menurut Ganesa, pendekatan ini bertujuan agar siswa lebih mudah memahami konsep-konsep matematika dalam suasana interaktif yang menarik. “Kami berharap metode ini dapat menjadi alternatif pembelajaran matematika di Indonesia, menggabungkan unsur edukasi dan hiburan yang sejalan dengan budaya lokal,” tambahnya.
Kesuksesan ini, lanjut Ganesa, menjadi langkah awal bagi Tim Al-Khawarizmi dalam mengembangkan metode pembelajaran matematika yang lebih bervariasi dan menarik. “Ke depan, kami berencana mengembangkan lebih banyak permainan tradisional lainnya sebagai media pembelajaran matematika. Kami juga ingin menginspirasi tenaga pendidik untuk memanfaatkan permainan tradisional, yang juga melestarikan kearifan lokal yang mulai ditinggalkan,” ujar Ganesa.
Inovasi yang dikembangkan oleh tim ini menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran tidak selalu harus berupa perangkat lunak digital. Teknologi sederhana seperti permainan tradisional pun, jika dirancang dengan baik, dapat menjadi media pembelajaran efektif dan inklusif yang mudah diakses oleh siswa di berbagai daerah.
Dalam dunia pendidikan, metode ini diharapkan dapat diaplikasikan tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di luar kelas. Dengan adaptasi permainan tradisional yang sudah akrab, siswa dapat mempelajari konsep matematika secara lebih alami, interaktif, dan bermakna, tanpa ketergantungan pada perangkat digital.
Kontributor : Yusuf
Editor : M Taufiq Ulinuha