Berita

Kajian Tauhid: “Cukupkah Meyakini Allah Sebagai Rabb?”

PWMJATENG.COM, Ngadirejo, Temanggung — Dalam rangka kegiatan Dakwah Korps Mubaligh Muhammadiyah, Mushola Al-Jihad Klurak, Ngadirejo, kembali menyelenggarakan Kajian Jum’at Ba’da Maghrib (7 November 2025). Kajian kali ini menghadirkan Ustaz Fajar Harjiyanto, atau yang akrab dikenal Fajar Abu Salman, dengan tema “Cukupkah Meyakini Allah Sebagai Rabb?”

Kajian ini membahas hakikat keimanan kepada Allah SWT, khususnya tentang makna Rabb serta pentingnya memahami konsep tauhid secara menyeluruh, tidak parsial.

Dalam pemaparannya, Ustaz Fajar menjelaskan bahwa kata Rabb secara bahasa berarti Tuhan, namun secara makna mencakup sifat-sifat Allah sebagai Al-Khāliq (Maha Pencipta), Al-Hafīzh (Maha Menjaga), dan Al-Mudabbir (Maha Pengatur).
Artinya, seluruh yang ada di alam semesta—termasuk kehidupan, kematian, hingga daun yang jatuh—tidak lepas dari kehendak dan ketetapan Allah SWT di Lauh al-Mahfūzh.

Namun, beliau menegaskan bahwa meyakini Allah sebagai Rabb saja belum cukup menjadikan seseorang Muslim sejati. Kaum musyrik jahiliyah pun mengakui Allah sebagai Pencipta dan Pengatur, tetapi tetap diperangi Rasulullah SAW karena mereka menyekutukan Allah dalam ibadah.

Ustaz Fajar kemudian mengutip firman Allah dalam QS. Yunus [10]:31 yang menunjukkan bahwa orang musyrik mengakui Rububiyah Allah, tetapi belum mentauhidkan-Nya dalam ibadah.

Untuk memudahkan jamaah, Ustaz Fajar menjelaskan tiga pembagian tauhid yang tidak dapat dipisahkan:

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid ini berasal dari kata Rabbun, yang berarti Tuhan, Pengatur, dan Pemelihara. Pengakuan terhadap Rububiyah Allah saja tidak cukup, sebagaimana Iblis yang mengakui Allah sebagai Rabb tetapi tetap kafir karena kesombongannya.

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid ini menjelaskan tentang penghambaan dan ibadah hanya kepada Allah SWT.
Beliau mengutip QS. Az-Zumar [39]:3, yang menegaskan bahwa agama yang benar hanyalah untuk Allah semata.

Dalam konteks tawassul, Ustaz Fajar menjelaskan dua bentuk:

  • Tawassul yang Syirik: menjadikan pribadi orang saleh sebagai perantara doa, seperti memohon langsung kepada orang yang telah wafat.
  • Tawassul yang Diperselisihkan Ulama: menggunakan kemuliaan orang saleh dalam doa, yang sebagian ulama membolehkan, sebagian menganggap bid’ah.

Beliau menekankan agar umat Islam tidak mudah menuduh syirik kepada sesama Muslim yang berziarah kubur atau membaca Al-Qur’an di makam, selama tidak memohon kepada selain Allah. Dalam madzhab Syafi’i, membaca Al-Qur’an di kuburan diperbolehkan.

3. Tauhid Asma’ wa Shifat

Bagian terakhir adalah meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, tanpa menyerupakan dengan makhluk dan tanpa mempertanyakan bentuknya.
Ustaz Fajar menegaskan bahwa sifat Allah tidak terbatas pada 20 sifat wajib yang biasa diajarkan dalam kitab klasik, karena nama dan sifat Allah jauh lebih banyak.

Di akhir kajian, Ustaz Fajar Abu Salman menegaskan bahwa tauhid yang benar harus menyeluruh: mencakup Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma’ wa Shifat. Ketiganya saling melengkapi dan menjadi dasar utama keimanan.
Beliau mengajak jamaah untuk terus memperbaiki pemahaman tauhid agar terhindar dari kesyirikan, baik besar maupun kecil.

Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE