Kajian Sekaten Solo PWPM Jateng : Strategi Membangun Peradaban Kebudayaan Islam
PWMJATENG.COM, Surakarta – Bertempat di Bangsal Saweyana Siti Hinggil Lor Kerator Kasunanan Surakarta, Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Tegah menggelar Kajian Sekaten bertajuk Strategi Membangun Peradaban Kebudayaan Islam, Sabtu (1/10).
Hadir secara langsung pada kesempatan ini Ketua LDA Keraton Kasunanan Surakarata GKR. Koes Moertiyah, Ketua PWM Jawa Tengah KRAT. Tafsir, Ketua LHKP PWM Jawa Tengah Khafid Sirotudin, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto, Ketua PWPM Jawa Tengah Eko Pujiatmoko, dan segenap peserta kajian.
Kajian ini sendiri merupakan rangkaian acara Baitul Arqom Madya (BAM) Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan diikuti oleh kader Pemuda Muhammadiyah se Jawa Tengah.
Dalam sambutannya, Ketua PWPM Jawa Tengah Eko Pujiatmoko menyampaikan bahwasanya kajian ini bertujuan untuk memahaman peserta BAM tentang interkoneksi Keraton Kasunanan Surakarta dengan kebudayaan Islam di tanah Jawa.
“Kegiatan ini kita landasi dari beberapa kaidah yang ada di Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Khususnya dalam kehidupan seni dan budaya,” ucap Eko.
Ia juga menyampaikan salah satu poin di dalam PHIWM, “Setiap warga Muhammadiyah, baik dalam menciptakan maupun menikmati seni dan budaya selain dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan, namun seni dan budaya juga dijadikan sarana untuk mendekatkan kepada Allah Swt.”
Baca juga, Yu Pur, Perawat RSA Boyolali Dikirim ke Pakistan untuk Dukung Penanganan Darurat Bencana Banjir
“Nah kemudian di poin selanjutnya, bahwa menunjukan seni dan budaya itu merupakan strategi membangun peradaban kebudayaan Islam. Dan poin terakhir inilah yang kita jadikan tema pada kegiatan ini,” pungkas Eko.
Kemudian Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto dalam sambutannya menyampaikan bahwa Islam masuk di Indonesia tidak sertamerta melakukan akulturasi dengan kesaklekan usul fikih yang berlaku dalam agama Islam, melainkan dengan pendekatan-pendekatan budaya.
“Oleh sebab itu maka, inilah yang menjadi trilogi dakwah kita di dalam mencerahkan keagamaan dan mengantarkan Islam yang rahmatan lil alamin. Pendekatan yang dilakukan tidak langsung dengan amar makruf nahi munkar seperti pengertian yang saklek,” ucap Cak Nanto, sapaan akrab Sunanto.
Salanjutnya, GKR. Koes Moertiyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa Keraton Kasunanan Surakarta merupakan penerus kerajaan Mataram Islam, bersama-sama dengan Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Gusti Moeng (sapaan akrab GKR. Koes Moertiyah) juga menuturkan bahwa Keraton Surakarta senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaan Islam yang sudah sejak turun temurun dilakukan, salah satunya adalah sekaten.
“Sebagai penerus Keraton Mataram Islam, kita selalu memperingati hari-hari besar Islam, salah satunya Maulid Nabi Muhammad. Hari besar Islam di lingkungan Keraton Surakarta diperingati dengan upacara yang besar,” ucap Gusti Moeng.
Ia juga menambahkan bahwasanya sebagai salah satu bentuk pembudayaan ajaran Islam, di Keraton sendiri terdapat tempat khusus untuk mendirikan salat malam dan salat Jum’at bagi abdi dalem.
Kemudian pada sesi inti, Ketua PWM Jawa Tengah KRAT. Tafsir megapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh Pemuda Muhammadiyah. Ia juga meminta para peserta untuk mengingat bahwasanya mereka sedang berada di Keraton Mataram Islam.
“Keraton merupakan manifestasi dari Islam. Muhammadiyah lahir dari Keraton. KH. Ahmad Dahlan adalah orang keraton. Namun, mengapa hari ini Muhammadiyah seakan-akan tercerabut dari akarnya,” ucap Tafsir.
Dalam penyampaian kajiannya, Tafsir juga mendoakan agar Keraton Surakarta bisa menjadi seperti Jogja.
“Saya doakan semoga Surakarta bisa seperti Jogja. Menjadi Daerah Istimewa Surakarta,” pungkasnya.