Kolom

Jejak Spiritualitas Ibrahim dalam Cermin Zaman Modern

Jejak Spiritualitas Ibrahim dalam Cermin Zaman Modern

Oleh : Muh. Rifai (Sekretaris PCM Bawen, Kab. Semarang)

PWMJATENG.COM – Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi oleh konflik, ketidakadilan sosial, dan krisis kemanusiaan, sosok Nabi Ibrahim muncul kembali sebagai figur spiritual yang mengajarkan keberanian, ketulusan, dan keteguhan hati dalam membela nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

Keteladanan Ibrahim: Titik Temu Antara Langit dan Bumi

Nabi Ibrahim bukan hanya dikenal sebagai “Bapak Para Nabi”, tetapi juga sebagai pelopor tauhid sejati—menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan yang Esa. Namun, ajaran Ibrahim tidak berhenti di langit. Ia membumikan ketuhanan dalam tindakan nyata: melawan penindasan, menolak penyembahan berhala kekuasaan, dan merawat sesama dengan penuh kasih.

Ketika ia menghancurkan berhala-berhala di zamannya, itu bukan sekadar simbol religius. Itu adalah perlawanan terhadap sistem sosial-politik yang memanipulasi kepercayaan demi kekuasaan. Dan ketika ia rela mengorbankan putranya—sebuah ujian yang akhirnya digantikan oleh Tuhan—itu mencerminkan bahwa kemanusiaan harus didahulukan, dan pengorbanan bukan berarti mengorbankan yang lemah, melainkan ego dan ambisi pribadi.

Ketuhanan yang Membebaskan, Kemanusiaan yang Menguatkan

Hari ini, dunia menghadapi bentuk-bentuk modern dari “berhala”: kekuasaan yang absolut, ekonomi yang menindas, identitas yang dipolitisasi. Dalam konteks ini, ajaran Nabi Ibrahim menjadi sangat relevan. Ia mengajarkan bahwa iman yang sejati harus membebaskan manusia—bukan menakut-nakuti atau menindas. Ketuhanan bukan alat untuk memecah belah, tetapi fondasi untuk menyatukan umat manusia.

Baca juga, Dakwah di Tengah Disinformasi: Tantangan Ulama di Era Post-Truth

Di Palestina, di Myanmar, di kamp-kamp pengungsi, atau di tengah arus pencarian makna hidup di kota-kota besar yang asing, ajaran Ibrahim menawarkan satu prinsip universal: kemanusiaan adalah cerminan dari keimanan. Tidak ada ibadah yang bermakna jika menutup mata terhadap penderitaan manusia.

Membangun Tatanan Dunia Yang Lebih Baik

Setiap tahun, umat Islam memperingati Iduladha sebagai bentuk penghormatan terhadap pengorbanan Nabi Ibrahim. Namun, maknanya akan hampa jika tidak diterjemahkan dalam tindakan nyata: berbagi dengan yang kelaparan, membela yang tertindas, memutus rantai ketidakadilan sosial.

Umat beragama—apa pun keyakinannya—bisa mengambil pelajaran dari jejak Ibrahim. Bahwa spiritualitas sejati adalah ketika iman tidak menjauhkan kita dari manusia lain, tetapi justru mendorong kita untuk hadir, peduli, dan memperjuangkan dunia yang lebih adil.

Mewarisi Spirit Ibrahim

Menjadi pengikut Ibrahim hari ini bukan berarti hanya mengulang ritual masa lalu, tetapi menghidupkan kembali semangatnya: menyuarakan kebenaran di tengah kekuasaan, menolak fanatisme yang memecah belah, dan menjadikan kasih sebagai inti dari pengabdian kepada Tuhan.

Karena pada akhirnya, seperti yang diajarkan Ibrahim, iman tanpa kemanusiaan hanyalah bayang-bayang, dan kemanusiaan tanpa iman adalah jalan yang kehilangan arah.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE