Integrasi Circular Economy dalam Pendidikan Tinggi

Integrasi Circular Economy dalam Pendidikan Tinggi
Oleh : Dr. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes. (Rektor UMKU)
PWMJATENG.COM – Prinsip penting dalam dunia pendidikan ialah pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Produk pendidikan yang berkelanjutan akan meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Perlahan demi perlahan dengan mutu SDM yang semakin maju maka akan mampu mengurai problem-probem sosial.
Mengutip istilah yang dipakai Henri Bergson dalam bukunya yang berjudul L’Évolution créatrice (1907) bahwa pendidikan merupakan daya pendorong fundamental dalam mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Salah satu tokoh nasional yang juga pendiri Muhammadiyah sekaligus peletak dasar pendidikan modern K.H Ahmad Dahlan telah membuktikan, melalui kegiatan filantropinya, kini Muhammadiyah melalui Amal Usaha pendidikan mampu menuntaskan problem kebodohan, turut mengangkat problem kemiskinan dengan sharing private resources for public benefit. Tentu, untuk mewujudkan kemajuan tersebut harus terus diupayakan sesuai dengan konteks kemajuan zaman. Dan kini, tantangan semakin kompleks, problem-problem multidimensional, mulai dari krisis kemanusiaan, kemiskinan struktural, hingga degradasi ekologis. Gelombang perubahan sosial yang sedemikian kompleks harus kita sikapi dengan pendidikan, kualitas institusinya, dan infastruktur yang ergonomis.
Sri Mulyani dalam salah satu Rakernas pernah menyampaikan, “Kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yakni pendidikan, kualitas institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti, 2018). Ini artinya, ketika kita berbicara pendidikan maka proses pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada prestasi akademik tetapi juga pada pembentukan karakter, kemandirian, kreatifitas, kedewasaan, dan tentu sarana prasarana. Ketika berbicara pada ranah kampus misalnya, institusi perguruan tinggi harus menggunakan pendekatan mutu, sebab bagaimana mungkin kita ingin mencetak SDM unggul berkemajuan tetapi institusi pencetaknya justru malah tidak berkualitas. Hal yang sama juga terkait infrastuktur, sarana prasarana harus dipikirkan dalam jangka panjang tentu dengan konsep bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Baca juga, Hukum Mengikuti Kegiatan Keagamaan bersama Pacar: Ibadah atau Maksiat Terselubung?
Poin kesediaan infrastuktur dengan problem dimensi ekologis perlu dikreasikan dengan kebijakan yang proporsional namun mengandung unsur kreatifitas seni yang cerdik. Dalam hal ini, kita kenal dengan istiliah Circular Economy. Ia merupakan salah satu pendekatan yang dapat membantu mengubah cara kita memandang penggunaan sumber daya, pengelolaan limbah, dan pembangunan yang berkelanjutan. Mengadopsi prinsip Ekonomi Sirkular dalam pendidikan membuka peluang bagi mahasiswa untuk mempelajari cara-cara mengurangi dampak lingkungan, melalui langkah-langkah seperti mempertimbangkan kembali penggunaan sumber daya (Rethink), mengurangi pemakaian (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), mendaur ulang (Recycle), memulihkan (Recovery), dan memperbaiki (Repair).
Menciptakan kesadaran dilingkungan kampus contoh sederhananya kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan disesuaikan dengan jenis sampahnya. Konsep pendidikan dengan mengedepankan Circular Economy kini diterapkan dalam penyediaan infrastuktur pembangunan gedung perkuliahan yang terdapat pada Universitas Muhammadiyah Kudus(UMKU). Kampus yang terletak di jantung Kota Kudus ini membangun gedung 4 lantai dengan bahan dasar container bekas. Gedung yang digadang-gadang terbesar di Jawa Tengah ini memiliki 13 ruang kuliah, ruang dosen, ruang meeting, dan rooftop untuk kegiatan mahasiswa.
Penggunaan container bekas termasuk dalam kategori mengurangi pemakaian (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), mendaur ulang (Recycle) hingga bak sulapan Ajaib, kini menjadi gedung yang benar-benar berkualitas dan representatif sebagai tempat kawah candra dimuka atau sangat layak sebagai sarana ‘penggemblengan’ calon-calon penerus estafet bangsa. Bukan mustahil jika nantinya salah Perguruan Tinggi Muhammadiyah(UMKU) ini akan menjadi episentrum pendidikan dengan prinsip circular ekonomi.
Dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, hemat dan tidak merusak lingkungan, manajemen (kampus berkembang) dapat mengalokasikan pendanaan ke dalam berbagai aspek yang tentu ergonomis, semisal dukungan beasiswa, riset, hingga curah gagasan menemukan inovasi-inovasi baru. Penerapan model pendidikan yang berfokus pada 3 hal (pendidikan, kualitas institusi dan kesediaan infrastruktur) akan mampu membentuk generasi emas yang mampu membawa perubahan, generasi-genarasi trengginas yang lebih mandiri, adaptif, berkemajuan dan mampu memberikan dampak luar biasa bagi tantangan global.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha