
PWMJATENG.COM, Sragen – Desa Gubug Mimpi, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, dikenal sebagai wilayah dengan aktivitas pertanian dan hidroponik yang cukup pesat. Namun, serangan hama kutu kebul masih menjadi masalah besar yang menyebabkan penurunan produktivitas pertanian dan kerugian ekonomi bagi para petani.
Untuk menjawab tantangan tersebut, para petani berinisiatif mengolah kotoran kambing menjadi pupuk organik ramah lingkungan. Sayangnya, keterbatasan alat membuat produksi pupuk berjalan lambat. Melihat kondisi itu, tim dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) turun tangan menghadirkan inovasi teknologi.
Tim ini dipimpin oleh Dewi Novita Sari dari Fakultas Geografi UMS. Ia berkolaborasi dengan Sri Hartati dari Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara serta Sartono Putro dari Fakultas Teknik UMS. Mereka mengimplementasikan Program DPPM Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2025 dengan tema “Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan oleh Petani Milenial untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Pupuk Kotoran Kambing di Desa Gubug Mimpi, Plupuh, Sragen.”
“Kami membantu petani milenial untuk meningkatkan efisiensi produksi pupuk kotoran kambing dan hidroponik sebagai produk unggulan,” jelas Dewi Novita Sari, Senin (8/9).
Kolaborasi tersebut berlangsung efektif sejak Juni 2025. Kegiatan pelatihan pertama digelar Sabtu (23/8) dengan fokus pada pengelolaan bibit hidroponik di greenhouse, penyemaian tanaman, serta pencegahan hama kutu kebul.
Baca juga, Ibrah di Balik Tugas-Tugas Kenabian Muhammad SAW
“Di dunia pertanian memang banyak tantangan besar, karena itu ada banyak faktor yang harus kita urus agar tanaman tumbuh baik,” ungkap Sri Hartati saat memberikan materi.
Selain pelatihan, Sartono Putro memperkenalkan inovasi teknologi berupa vertical screw conveyor untuk mencacah kotoran kambing menjadi serbuk serta power sprayer portable guna mensterilkan greenhouse. Kedua alat tersebut dirancang selama tiga bulan dan telah diserahkan kepada petani pada awal September 2025.

“Kita harus berinovasi agar lebih maju dan lebih cepat,” ujar Sartono saat menjelaskan teknologi baru tersebut.
Dengan adanya inovasi itu, petani di Gubug Mimpi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi pengolahan pupuk organik. Pupuk kambing yang dihasilkan tidak hanya mempercepat proses produksi, tetapi juga mendukung pertanian yang ramah lingkungan.
Tim dosen UMS berharap pendampingan yang diberikan dapat membuka peluang baru bagi petani milenial untuk mengembangkan pertanian modern. Harapan besarnya, inovasi ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan desa.
“Pendampingan ini kami lakukan agar para petani bisa beradaptasi dengan teknologi, sekaligus menciptakan pola pertanian yang lebih berkelanjutan,” kata Dewi menambahkan.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha