IMM di Tengah Distraksi: Menjaga Identitas dan Orientasi Gerakan

IMM di Tengah Distraksi: Menjaga Identitas dan Orientasi Gerakan
Oleh : Fika Annisa’ Sholihah, S.Ars., M.Arch. (Instruktur Madya DPD IMM Jawa Tengah)
PWMJATENG.COM – Di tengah derasnya arus perubahan zaman, setiap organisasi dituntut untuk kembali membaca ulang arah tujuan dan landasan geraknya. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang lahir pada 14 Maret 1964, tentu tidak terlepas dari keharusan ini. IMM hadir sebagai wadah perkaderan, pergerakan intelektual, sekaligus ruang pembentukan kepemimpinan mahasiswa. Namun, lebih dari enam dekade perjalanannya, tantangan zaman terus berubah dan kerap kali membuat organisasi ini menghadapi dinamika yang kompleks. Kita perlu melihat secara substansial, sesuai arah perkaderan IMM yang termaktub dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI): dimana organisasi ini bertujuan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Di era digital ini, IMM harus mampu menjaga esensi gerakan, dan juga mengemas apa yang dilakukan ke portal digital. Menurut Preli (2021) dalam buku IMM di Era 4.0 menekankan pentingnya popularitas gerakan untuk melancarkan gerakan organisasi. Sehingga sangat penting untuk organisasi membangun opini publik melalui narasi digital, maupun massifikasi gerakan-gerakan nyata. Dengan upaya tersebut, maka IMM dapat memberikan jalan dakwah di lingkungan sekitar.
Pertanyaan mendasar yang perlu diajukan ialah: apakah kader IMM hari ini masih memahami alasan lahirnya organisasi ini? Tanpa pembacaan ulang atas sejarah, visi, dan sistem yang telah dibangun, kader hanya akan berjalan tanpa arah. Di sinilah pentingnya bagi setiap kader untuk menempatkan diri dalam kerangka pemahaman yang utuh, tekstual, konseptual, kontekstual, sekaligus aktual. Pemahaman tekstual berarti kembali pada dasar dan landasan IMM; konseptual berarti mampu merumuskan gagasan baru; kontekstual berarti membaca realitas terkini; dan aktual berarti mewujudkan ide dalam gerakan nyata.
Tantangan Generasi dan Orientasi Baru
IMM hari ini berhadapan dengan generasi yang karakternya berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi Z, misalnya, memiliki karakteristik yang unik cenderung pragmatis: orientasi mereka bukan lagi pada “proses”, melainkan pada “hasil instan”. Ditunjukkan dalam penelitian bahwa karakteristik digital, realistis, dan do it yourself (D.I.Y.) dianggap sebagai tiga karakter generasi Z yang paling ideal dan relevan terhadap prospek bonus demografi 2030.
Dapat disimpulkan pula bahwa pematangan karakteristik melalui pembentukan dan pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk menghasilkan soft skill yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh generasi Z dalam menghadapi bonus demografi 2030” (Arum, Zahrani, & Duha, 2023, hlm. 59). Dalam suasana ini, organisasi kerap dianggap tidak lagi relevan, terlebih dengan semakin maraknya wadah yang bisa mengembangkan minat bakat ketertarikan dari mahasiswa.
Akibatnya, tidak sedikit kader yang kehilangan orientasi berorganisasi.
Mereka kebingungan harus berbuat apa, bahkan ada yang sekadar menjadikan organisasi sebagai formalitas. Jika kondisi ini dibiarkan, IMM berpotensi kehilangan marwah dan esensinya.
Resiliensi sebagai Jalan Keluar
Dalam memahami identitas, kader IMM idealnya mengetahui jati diri organisasi. Menurut Wagnild & Young (dalam Andriani dkk. 2017: 178) resiliensi merupakan kekuatan emosional pada diri individu untuk lebih percaya diri dan menyesuaikan diri pada kegagalan hidup. Dalam konteks organisasi prinsip “Memanusiakan Manusia”, sehingga anggota organisasi dapat memaksimalkan kekuatan individu untuk menyesuaikan diri dari berbagai dinamika organisasi.
Baca juga, Takwa: Jalan Menuju Kesejahteraan Lahir dan Batin
Maka, apa yang dibutuhkan IMM hari ini adalah resiliensi organisasi. Resiliensi bukan sekadar bertahan, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi positif, bangkit dari keterpurukan, dan tetap produktif meski dalam tekanan. Baik dari organisasi maupun individu pengurus organisasi. Apabila dilihat dari aspek organisasi, maka baiknya organisasi mampu membaca kebutuhan kader atau anggotanya.
Sehingga relevansi organisasi di era disrupsi ini dapat tersampaikan dan terinternalisasi dalam tubuh Ikatan. Ada beberapa aspek penting dari resiliensi yang relevan bagi IMM:
- Adaptasi Positif – Kader IMM harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru tanpa kehilangan identitas organisasi. IMM tidak boleh sekadar ikut arus, tetapi harus menghadirkan arah yang jelas di tengah kerumunan pilihan bagi mahasiswa.
- Kesadaran dan Tanggung Jawab – Setiap kader perlu sadar bahwa bergabung dengan IMM adalah pilihan sadar yang menuntut tanggung jawab. Kesadaran inilah yang melahirkan konsistensi, bukan sekadar ikut-ikutan atau terjebak rutinitas.
- Memperkuat Jati Diri – IMM perlu terus kembali ke marwah awalnya sebagai gerakan kaderisasi, intelektual, dan dakwah. Pengalaman pahit atau masa stagnan tidak boleh mengikis jati diri organisasi, tetapi justru menjadi batu pijakan untuk bergerak lebih maju.
- Pengelolaan Stres Organisasi – IMM harus mengakui bahwa kuliah tetap prioritas utama bagi mahasiswa. Namun, dengan pengelolaan organisasi yang sehat, IMM dapat menjadi ruang yang justru membantu kader mengelola stres, bukan menambah beban.
Peran Kolektif dan Sinergi
Resiliensi tidak bisa dibangun oleh individu semata. IMM sebagai organisasi harus menghadirkan sistem kolektif yang saling menguatkan. Alumni, instruktur, maupun simpatisan perlu ikut memberikan kontribusi melalui gagasan, pendampingan, dan teladan di bidang masing-masing. Dengan sinergi ini, IMM dapat menjelma menjadi wadah yang relevan bagi mahasiswa baru: bukan hanya tempat mencari pengalaman organisasi, tetapi juga ruang menemukan jati diri.
IMM harus menghadapi derasnya distraksi zaman dan pergeseran orientasi generasi. Namun, setiap tantangan selalu membuka peluang untuk pembaruan. Resiliensi adalah kunci agar IMM tetap berdiri kokoh: mampu membaca ulang sejarah, menyusun konsep baru, menyesuaikan dengan konteks hari ini, dan mengaktualisasikannya dalam gerakan nyata.
Jika IMM mampu menjaga ketangguhan ini, maka ia tidak hanya akan bertahan, tetapi juga terus menjadi organisasi kader yang melahirkan insan berilmu, beramal, dan berintegritas, sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah: menghadirkan Islam berkemajuan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha