Ilmu, Iman, dan Adab sebagai Esensi Pendidikan Islam
Ilmu, Iman, dan Adab sebagai Esensi Pendidikan Islam
Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd. (Mudir Pesantren At-Tin UMP)
PWMJATENG.COM – Dalam pandangan Islam, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi sebuah proses pembentukan jiwa yang integral. Ilmu, iman, dan adab adalah tiga pilar utama yang menggerakkan pendidikan menuju tujuannya yang paling tinggi, yaitu pengenalan dan penghambaan kepada Allah. Dalam proses pendidikan ini, ilmu, iman, dan adab bukan berdiri sendiri, melainkan berjalin sebagai komponen yang saling mengisi.
Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan, menjadikan manusia mampu berpikir, memahami, dan bertindak. Akan tetapi, pendidikan tidak hanya berhenti pada transfer ilmu atau pengetahuan teoritis. Proses ini mesti dirancang secara bertahap sesuai kemampuan, kapasitas, dan perkembangan mental dan spiritual peserta didik. Ilmu yang ditanamkan secara sistematis akan membawa pemahaman mendalam, yang menjadi bekal dalam menghadapi tantangan dunia.
Namun, ilmu saja tidak cukup. Dalam Islam, ilmu tanpa iman dapat menjerumuskan pada kesombongan intelektual dan kekeringan jiwa. Di sinilah peran iman sebagai fondasi yang menghidupkan ilmu dan memberikan tujuan hidup. Iman menjadi akar yang meneguhkan ilmu dan membimbing pemiliknya untuk menggunakan ilmu dengan hati yang bersih. Iman mengajarkan bahwa segala sesuatu dalam alam ini berasal dari Allah, sehingga setiap pengetahuan yang dipelajari harus membawa kesadaran tentang kehadiran-Nya. Iman menciptakan kesadaran bahwa ilmu adalah anugerah dari Allah yang harus dimanfaatkan untuk maslahat bersama, bukan untuk kepentingan ego semata.
Lalu, bagaimana dengan adab? Dalam konteks pendidikan, adab adalah pengakuan bahwa peserta didik adalah insan dengan jiwa, akal, dan qalb yang harus dihargai. Mengajarkan ilmu tanpa menanamkan adab adalah seperti memberi pedang kepada seseorang tanpa mengajarkannya bagaimana dan kapan pedang itu seharusnya digunakan. Adab membentuk karakter manusia yang luhur, menciptakan kesantunan dalam bertindak, menghargai guru dan ilmu, serta menempatkan diri sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah.
Baca juga, Naskah Pidato Milad ke-112 Muhammadiyah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”
Adab juga mengarahkan peserta didik untuk mengenal dirinya secara utuh—jiwa, nafs, akal, dan qalb yang terikat dengan Allah. Dalam pengajaran adab, ada penekanan bahwa manusia memiliki daya dan potensi yang besar, tetapi semuanya tunduk kepada kehendak Allah. Di sinilah peran pendidik sebagai murabbi, yang tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga membimbing peserta didik untuk mengenali dan menyadari eksistensi mereka sebagai makhluk Allah yang lemah, yang selalu membutuhkan petunjuk-Nya.
Pendidikan Islam sejatinya merupakan proses penyelarasan antara ilmu, iman, dan adab. Ilmu memberikan pengetahuan, iman menuntun arah penggunaan ilmu, dan adab menumbuhkan kehalusan jiwa dalam mengamalkan ilmu itu. Ketiga pilar ini adalah esensi yang harus ada dalam setiap proses pendidikan, agar tidak hanya mencetak manusia berpengetahuan, tetapi manusia yang berakhlak, beradab, dan beriman.
Dalam realisasinya, pendidikan berbasis ilmu, iman, dan adab ini membentuk manusia yang tidak hanya cakap secara intelektual tetapi juga bijaksana secara moral dan spiritual. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menghasilkan manusia yang pandai, tetapi juga manusia yang sadar akan keberadaan Allah, yang menghormati sesama, dan yang bertindak berdasarkan adab dan hikmah. Pendidikan sejati adalah yang membawa manusia semakin dekat kepada Sang Pencipta, menjadikannya insan kamil yang memancarkan cahaya ilmu dan akhlak dalam setiap langkah hidupnya.
Inilah esensi pendidikan dalam Islam, yang menjadikan ilmu, iman, dan adab sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Editor : M Taufiq Ulinuha
