Ideologi Duitisme dalam Tubuh IMM
Ideologi Duitisme dalam Tubuh IMM
Oleh : Naufal Abdul Afif, S.Sos. (Ketua Umum PC IMM Kendal; Instruktur Madya DPD IMM Jawa Tengah)
PWMJATENG.COM – Dalam era globalisasi dan kapitalisme yang semakin merajalela, fenomena hubbuddunya (cinta dunia) menjadi semakin dominan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ideologi Duitisme mengacu pada pandangan bahwa uang adalah tujuan utama dalam hidup dan segala sesuatu diukur berdasarkan nilai finansialnya. Fenomena ini tidak hanya merambah dunia bisnis dan ekonomi, tetapi juga merasuk ke dalam ranah politik, sosial, dan bahkan budaya. Bagi seorang kader IMM, ideologi semacam ini menjadi ancaman serius yang patut diwaspadai dan diantisipasi.
Ideologi Duitisme?
Ideologi Duitisme dapat diartikan sebagai keyakinan bahwa uang adalah ukuran utama keberhasilan dan kebahagiaan. Dalam konteks ini, nilai agama, moral, dan etika sering kali dikesampingkan demi mengejar keuntungan materi. Orang-orang yang menganut pandangan ini cenderung mengukur segala sesuatu berdasarkan potensi finansialnya, termasuk hubungan antar-manusia, politik, pendidikan, dan bahkan kesehatan.
Bagi kader tulus yang biasa memperjuangkan sesuatu tanpa pamrih, melihat Ideologi Duitisme sebagai bentuk degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Mereka percaya bahwa manusia seharusnya tidak diukur berdasarkan seberapa banyak uang yang mereka miliki, tetapi berdasarkan kontribusi mereka terhadap kesejahteraan bersama dan kualitas karakter mereka.
Ideologi Duitisme cenderung memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Dalam masyarakat yang mengagungkan uang, akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi sering kali hanya terbuka bagi mereka yang mampu membayar. Kader sejati melihat hal ini sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip keadilan sosial. Ketika uang menjadi ukuran utama, hubungan antar-manusia sering kali dikomodifikasi. Pertemanan, cinta, dan keluarga bisa terpengaruh oleh kepentingan materi. Ini mengikis nilai-nilai kejujuran, kepercayaan, dan soliditas sejati.
Harus ada upaya serius untuk melawan Ideologi Duitisme ini. Butuh kajian komprehensif dengan melibatkan para tokoh intelektual dan religius, dari Immawan dan immawati IMM se-Indonesia. Melalui pendidikan, kader IMM harus berusaha menyadarkan masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai agama dan kemanusiaan yang tidak dapat diukur dengan uang. Kader harus yakin bahwa kebahagiaan sejati dan kesejahteraan tidak selalu berkaitan dengan materi.
Baca juga, Mengapa Paham Salafi Mudah Masuk di Muhammadiyah?
Rasulullah Saw., bersabda yang artinya, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin, jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.” (Al-Hadis)
Bahkan Allah Swt. memberikan garansi kepada kita, sebagaimana QS. Luqman : 16, yang penulis artikan ulang dalam koteks IMM, “Hai kader IMM, sesungguhnya jika engkau berbuat sesuatu (pergerakan yang ikhlas) walau itu kecil dan remeh, niscaya Allah akan mendatangkan balasannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.“
Maka pandangan yang menjadikan materi (uang) sebagai tujuan utama dalam pergerakan (aktivisme) merupakan kebodohan yang nyata. Pandangan semacam ini berpotensi mengikis nilai-nilai religiusitas, intelektualitas, dan humanitas dalam tubuh seorang kader. Tulisan ini tidak untuk menghakimi para pimpinan DPP yang baru sowan ke kantor PSI, tidak! Tulisan ini penulis buat murni dari kegelisahan pribadi melihat realita akhir zaman.
Editor : M Taufiq Ulinuha