Ide Pembaruan dan Resonansi Transformasi Sosial KH Ahmad Dahlan
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Sebelum Muhammadiyah berdiri, KH Ahmad Dahlan sudah mendirikan amal usaha pendidikan (Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah) mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum dengan menggunakan sarpras yang baru sekitar tahun 1911, bahkan berdirinya Muhammadiyah awalnya dalam rangka keberlanjutan sekolah modern tersebut sepeninggal KH Ahmad Dahlan.
Setelah Muhammadiyah berdiri AUM terus berkembang dibidang kesehatan dan sosial meskipun paham Keagamaan Muhammadiyah belum diputuskan secara formal sampai kemudian di masa kepemimpinan KH Mas Mansyur 1938-1942 berdiri Majelis Tarjih dan disusunlah 2 konsepsi ideologis pertama yaitu : 12 Langkah Muhammadiyah dan Kitab Masalah Lima (Masail Khamsah) dan berbagai keputusan ideologis lainnya (Muqaddimah, MKCH, Kepribadian, PHIWM, Manhaj Tarjih, RIB) yang membingkai dan menjadi kekuatan dalam pemikiran dan amal Muhammadiyah.
Lantas pemikiran dan inspirasi dari mana dan seperti apa yg melandasi KHA Dahlan ketika mendirikan sekolah, PKU dan Panti orang miskin itu dalam semua aktifitas sosial? para pengamat menilai perubahan pada diri kyai Dahlan terjadi ketika haji yg kedua kali sekitar tahun 1903 beliau bertemu dengan pemikiran-pemikiran baru dari ulama-ulama pembaharu, seperti Ibnu Taimiyah, Muh bin Abdul Wahab, Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha yang meski perjuangannya berbeda tapi ada benang merah yg sama yaitu kembali ke Al Qur’ an dan as Sunnah, membuka pintu ijtihad, menolak taqlid, rasional, terbuka dan menggunakan ilmu pengetahuan dalam memahami dan mengamalkan Al Qur’an dan as Sunnah.
Dari perjumpaan keilmuan dengan pikiran ulama pembaru tersebut menumbuhkan sikap inklusif (terbuka) Kiai A. Dahlan dalam menyerap kebaikan-kebaikan dari manapun datangnya meskipun dari non muslim, etnis dan bangsa yang berbeda. Yang menarik ekspresi perwujudannya dengan karya nyata dan modern yaitu melembagakan amal sholeh, sesuatu hal yang sulit dicarikan rujukannya dari kitab-kitab klasik maupun kontemporer.
Dari aktifitas di Budi Utomo beliau terinspirasi mendirikan sekolah modern, yang mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum dengan menggunakan sarpras model ‘Barat’. Resonansi sosialnya beliau dituduh murtad, kiai kristen, kafir dll. Begitu pula ketika beliau bergaul dengan orang-prang kristiani, suster, dokter serta seorang priyayi dr Sutomo yang kemudian menginspirasi pendirian PKU dan Panti Anak Yatim dan orang miskin. Ketika ada latihan Baris berbaris di Mangkunegaran beliau kemudian mendirikan Patvinder Muhammadiyah yang dikenal dengan nama Hizbul Wathan. Mengesampingkan bahwa Kraton Jawa lekat sinkretisme yang dilarang dalam Islam.
Transformasi sosial kultural lainnya adalah menggerakkan perempuan ke luar rumah untuk sekolah, kursus, berorganisasi, dan aksi sosial lainnya ditengah budaya patriarki yg kuat membatasi perempuan, sebuah langkah yang tidak hanya transformatif tapi revolusioner, ketika gaung feminisme belum terdengar di Eropa, RA Kartini juga belum muncul, Kiai Dahlan telah mengawali ide kesetaraan gender dalam perspektif Islam.
Ketika pengajaran Islam hanya ada di Pondok Pesantren saja, Kiai Ahmad Dahlan mencanangkan mubaligh keliling sehingga dakwah meluas di ruang publik sekarang menjadi tabligh Akbar, PHBI, dakwah komunitas.
Baca juga, Khutbah Jum’at: Memburu Warisan Para Nabi
Untuk lebih memudahkan orang beribadah di manapun berada, didirikan Masjid/musala di pasar, terminal dan ruang publik lainnya.
Agar Al Qur’an sebagai Wahyu Ilahi bisa dipahami oleh umat dan dijadikan pedoman hidup, diadakan penterjemahan Kitab Al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia/Jawa, meskipun dituduh merendahkan martabat dan kesucian Al Qur’an. Demikian juga dengan khotbah Jumat dengan bahasa Indonesia/Jawa agar jamaah tahu dengan apa yang disampaikan Khotib sehingga bertambah bertambah pengetahuan agamanya.
Mempelopori pendirian Takmir Masjid, Pantia Zakat Fitrah dan Panitia Qurban, langkah tersebut ditentang karena mengancam otoritas kiai/kaum dan dan merubah pertanggungjawaban tidak lagi bersifat personal tapi bersifat kolektif.
Penerbitan pers dan buku tuntunan agama semakin memudahkan guru/ustaz dalam pendidikan Islam, juga didirikan lembaga pelayanan haji untuk memudahkan orang beribadah haji yang perjalananya bisa berbulan-bulan, dst.
Transformasi Sosial Keagamaan : salat Id di tanah lapang sesuai tuntunan Rasulullah meskipun dituduh tidak tahu bersuci tidak paham thaharah, tempat gembala kambing untuk salat. Mengundurkan sahur menjelang shubuh dan segera berbuka ketika magrib tiba sesuai perintah Rasulullah, dituduh pengikut Muhammadiyah orang-orang yang tidak kuat lapar dan haus, karena selama ini mereka sahur jam 12 malam.
Transformasi sosial keagamaan dan berkemajuan : Pelurusan arah kiblat Masjid Agung Yogyakarta berdasarkan ilmu falak, meskipun berakibat langgar kidul dirobohkan oleh orang yang menentang. Mendirikan Rumah Sakit PKU agar orang tidak berobat ke dukun tapi berobat dengan penanganan medis/ilmu pengetahuan.
Semua pembaruan Muhammadiyah itu sekarang telah menjadi tradisi Umat Islam Indonesia, tanpa mereka ketahui bahwa yang memiliki ide, gagasan, mempelopori dan memperjuangkan adalah Muhammadiyah. Seandainya mereka tahu akan malu dulu membenci sekarang mengikuti.
Resonansi sejarah lebih dari seratus tahun yang lalu dimana aksi transformatif Kiai Dahlan dan Muhammadiyah itu ‘begitu tiba-tiba’ tanpa mengkondisikan, langsung action demikian juga para penerus berikutnya di berbagai daerah, sesuatu yang baru wajar timbul penolakan namun akhirnya diikuti karena kebaikan dan kebenaran pasti menemukan jalannya sendiri.
Apakah tidak ada spirit Al Qur’an? Pasti ada, banyak ayat yang bisa dijadikan panduan dan beliau menggunakan Tafsir Transformatif dan berefek sosial : seperti QS Al Ma’uun berdiri PKU dan Panti Asuhan, QS. Al Alaq :1-5 : berdiri Sekolah Modern, QS. Ali Imran :104 : mendirikan organisasi. QS. At Taubah : 34 membangkitkan etos ekonomi, kesederhanaan dan kedermawanan. Qs. Jatsiyah 23 : dakwah pemurnian melawan kemusryikan sebagai penuhanan terhadap hawa nafsu. QS. Al Asr : Spirit Islam Berkemajuan.
Untuk mengetahui pemikiran amal beliau juga bisa diketahui dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh murid-muridnya karena KHA Dahlan tidak mau menulis, khawatir nanti umat menjadikan tulisannya sebagai pedoman bukan Al Qur’an dan as Sunnah, namun ada transkrip pidato Kiai Dahlan sebagai pemikiran beliau yang melandasi amal seperti Tali Pengikat Hidup Manusia 1922, Peringatan bagi sekalian Kaum Muslimin (Muhammadiyin)1923 dan 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok ayat-ayat Al Qur’an.
Editor : M Taufiq Ulinuha