PWMJATENG.COM, Jakarta – Gaya hidup hemat energi kini bukan hanya soal efisiensi, melainkan juga bagian dari pengamalan nilai-nilai keislaman. Hal ini ditegaskan dalam Sosialisasi Konservasi Energi bertajuk “Hemat Energi, Gaya Hidup Islami: Peran Ibu untuk Lingkungan yang Berkelanjutan”, yang digelar daring pada Selasa, 5 Agustus 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), bekerja sama dengan Program 1000 Cahaya Muhammadiyah serta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PP ‘Aisyiyah.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa ibu rumah tangga memiliki peran sentral dalam mendorong perubahan perilaku hemat energi. “Gaya hidup hemat energi juga bagian dari pengamalan nilai keislaman. Ibu sebagai pendidik pertama, sangat strategis untuk menanamkan budaya hemat energi demi kelestarian lingkungan dan masa depan anak cucu,” ujarnya.
Eniya menjelaskan bahwa investasi energi terbarukan memang besar, seperti pemasangan panel surya atau pembangkit tenaga angin. Namun, penghematan 37% emisi dapat dicapai hanya dengan perubahan perilaku sederhana di rumah, tanpa memerlukan biaya tinggi.
Ketua PP ‘Aisyiyah, Masyitoh Chusnan, menegaskan pentingnya keteladanan ibu dalam keluarga. “Sebagai ibu, kita harus menjadi contoh dalam penggunaan energi sehari-hari. Harapannya, ibu yang menjadi teladan akan melahirkan imam dan umat yang bisa diteladani pula,” katanya. Ia menambahkan bahwa hemat energi adalah bagian dari amanah sebagai khalifah di bumi, untuk menciptakan keadilan, kedamaian, dan kemaslahatan umat.
Sementara itu, Direktur Program 1000 Cahaya Muhammadiyah, Hening Parlan, menyebut ibu sebagai pusat energi di rumah. Ia menyampaikan, “Dari cara ibu mengatur listrik, air, hingga memilih alat rumah tangga, semua berdampak besar terhadap emisi. Perubahan perilaku energi bisa mengurangi 15% emisi karbon keluarga. Ini amal jariyah,” ucap Wakil Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah ini.
Baca juga, Pandangan Muhammadiyah terhadap Qunut Subuh dan Sujud Sahwi: Edukasi Fikih dalam Praktik Salat Jamaah Lintas Mazhab
Menurutnya, Program 1000 Cahaya menjadi strategi Muhammadiyah dalam mendorong transisi energi melalui dua pendekatan: efisiensi dan pemanfaatan energi terbarukan. Gerakan ini digerakkan melalui masjid, ranting, sekolah, pondok pesantren, serta jaringan ‘Aisyiyah. “Ibu-ibu adalah Green Hero, pahlawan bumi yang membawa cahaya ilmu dan kesadaran di rumah, komunitas, dan bumi,” tegas Hening.
Devi Laksmi, Koordinator Pengembangan Usaha Konservasi Energi, menjelaskan bahwa perubahan iklim erat kaitannya dengan penggunaan energi. “Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil menjadi penyebab utama pemanasan global,” tuturnya. Ia menekankan, hemat energi adalah bentuk dukungan terhadap ketahanan energi nasional dan juga penghematan pengeluaran rumah tangga.
Devi mengutip QS Al-A’raf ayat 56 sebagai dasar pentingnya hemat energi dalam Islam. “Allah melarang manusia berbuat kerusakan di bumi, termasuk pemborosan energi. Maka mari kita gunakan seperlunya dan matikan jika tak digunakan,” imbaunya.
Endang Widayati, Widyaiswara Ahli Madya PPSDM KEBTKE, turut menekankan pentingnya menciptakan healthy building atau rumah sehat dan hemat energi. Ia menjelaskan, “Kebersihan rumah itu dasar. Pencahayaan dan tata udara yang baik meningkatkan kenyamanan, produktivitas, dan efisiensi energi.”
Endang mendorong penggunaan ventilasi alami seperti jendela untuk memperlancar sirkulasi udara dan mengurangi kebutuhan listrik dari pendingin ruangan.
Herlin Herlianika dari CLASP mengingatkan pentingnya memilih peralatan rumah tangga yang hemat energi. “Saat beli rice cooker, mesin cuci, atau lampu, pastikan memilih yang berlabel hemat energi. Semakin banyak bintangnya, makin efisien,” jelasnya. Ia juga mendorong edukasi dari ibu kepada komunitas. “Pengetahuan ini bisa kita sebarkan ke teman dan tetangga. Ini investasi jangka panjang,” tambahnya.
Sosialisasi ini diikuti lebih dari 285 peserta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk LLHPB ‘Aisyiyah se-Indonesia dan komunitas umum. Para peserta diharapkan menjadi pelopor gaya hidup berkelanjutan yang dimulai dari rumah sendiri.
Kontributor : Farah
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
